Semangat Tauhid Harus Selalu Tertanam Dalam Mengisi Kemerdekaan

Jakarta — 1miliarsantri.net : Kabid Sosial dan Pemerdayaan Umat BPMI, Laksma TNI (Pur) KH Asep Saepudin, menilai, masyarakat Indonesia perlu memaknai kemerdekaan dengan bingkai ketauhidan. “Sebagaimana para pejuang dahulu berjuang dengan bingkai ketauhidan seperti kumandang kalimat tasbih, tahmid, dan takbir serta yakin akan kekuatan yang dimiliki Allah SWT akan diberikan kepada orang-orang yang bertauhid,” ujar Asep usai melaksanakan sholat Jumat di Masjid Istiqlal Jakarta (18/08/2023). Menurut Asep, ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan dalam memaknai kemerdekaan dengan bingkai ketauhidan: Menurut Asep, hal utama yang harus dilakukan masyarakat Indonesia adalah meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat kemerdekaan Indonesia. Dengan rasa syukur itu, diharapkan Allah SWT menambah dan membantu masyarakat Indonesia dalam mengisi kemerdekaan. وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS Ibrahim: 7) Masyarakat Indonesia, terkhusus umat Islam, perlu meningkatkan Iman dan Takwa kepada Allah SWT. Itu agar kemerdekaan yang dinikmati menjadi berkah untuk bangsa Indonesia. وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-A’raf: 96) Masyarakat Indonesia perlu m engisi Kemerdekaan dengan membangun keseimbangan antara kepentingan akhirat dan dunia. Keseimbangan itu dilakukan dengan berbuat berbagai kebaikan dan yang bermanfaat bagi umat manusia. “Di antaranya turut melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, serta tidak membuat kerusakan di muka bumi ini karena Allah subhanahu wata’ala tidak suka kepada orang yang suka berbuat kerusakan,” ujar Asep. وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qasas: 88) (rid) Baca juga :

Read More

Bareskrim Usut Pemilik Akun Pelecehan Kepada Nabi Muhammad SAW

Jakarta — 1miliarsantri.net : Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri akan menyelidiki sebuah konten video di kanal Youtube yang diduga menghina Nabi Muhammad SAW. Akun Youtube @sunnahnabi1 tersebut mengunggah video-video berupa animasi yang menghina Nabi Muhammad SAW. “Kami sudah temukan akun tersebuf, sekarang sedang di-profiling untuk proses takedown. Saat ini sedang berproses (penyelidikan),” tegas Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Adi Vivid Agustiadi Bachtiar kepada awak media, Jumat (18/08/2023). Sementara itu, pihak Kementerian Kominfo memastikan juga telah mengajukan pemblokiran atas seluruh konten di akun Youtube @sunnahnabi1. “Sudah kami ajukan ke Google untuk take down. Paling lama besok jam 11 pagi mereka akan turunkan… Saya sedang minta semoga bisa lebih dipercepat,” ujar Budi. Dalam deskripsinya tertulis bahwa kanal ini khusus menampilkan video-video animasi tentang Nabi Muhammad dan ajaran Islam yang tidak disampaikan secara jujur oleh para ulama. Tertulis juga akun tersebut memiliki 5.960 subscriber dan 29 video dengan total penonton lebih dari 1 juta orang. “Mereka sengaja menyembunyikan perbuatan, tabiat, tindakan sang Nabi demi tetap menampilkan Islam sebagai agama damai bagi seluruh umat manusia,” tulis deskripsi kanal Youtube dengan akun @sunnahnabi1 tersebut. Salah satu video yang beredar berjudul “Nabi Muhammad Perencana Pernikahan”. Dalam video berdurasi 10.18 menit itu, pemilik akun menggambarkan nabi sebagai “seorang penjahat dengan kekuatan militer yang kuat.” Bahkan akun tersebut menggambarkan wajah nabi Muhammad melalui animasi. Ketua Relawan Pro Jokowi tersebut memastikan, pemerintah tidak akan membiarkan konten-konten digital memecah belah berkeliaran di masyarakat. Karena itu, pihaknya akan segera menindak konten yang meresahkan dan berpotensi memecah belah. “Semua konten yang memecah belah bangsa akan kami tindak. Kami ingin Indonesia yang damai dan bersatu,” pungkas Budi Arie. (wink) Baca juga :

Read More

Warga Denmark Melarang Pembakaran Al Qur’an

Denmark — 1miliarsantri.net : Serangkaian aksi pembakaran Alquran yang dilakukan oleh kelompok sayap kanan Denmark, Danske Patrioter, telah memantik kecaman dunia internasional, terutama negara-negara Muslim. Aksi pembakaran dilakukan di depan gedung kedutaan besar (kedubes) negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), termasuk Indonesia. Merespons kejadian itu, Indonesia telah berkali-kali mengirimkan nota protes kepada Pemerintah Denmark. Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Denmark Dewi Savitri Wahab mengatakan setiap kali ada pembakaran di depan KBRI Kopenhagen, pemerintah Indonesia selalu memberikan nota protes. “Setiap kali terjadi pembakaran Alquran, kita langsung mengirimkan nota diplomatik kepada Kemenlu Denmark. Sejauh ini kita sudah mengirimkan tujuh nota protes,” katanya kepada media, Jumat (18/08/2023). Dewi menambahkan, setiap mengirimkan nota protes, pemerintah Denmark menegaskan aksi tersebut dilakukan beberapa individu, tidak merepresentasikan pandangan atau posisi Pemerintah Denmark. Pemerintah Denmark juga menegaskan pembakaran Alquran tidak mewakili pandangan masyarakat Denmark secara umum. Hal ini diperkuat dengan jajak pendapat yang dilakukan oleh agency megaphone untuk TV 2 Denmark. Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa dari sekitar 1.098 responden masyarakat Denmark, 51 persen menyetujui adanya larangan aksi pembakaran atribut-atribut suci agama. Sementara 39 persen lainnya tidak menyetujui karena dikhawatirkan hal itu akan memberikan batasan pada kebebasan berekspresi. “TV 2 Denmark ini termasuk stasiun televisi arus utama, jadi saya kira cukup bisa dipandang untuk merepresentasikan nuansa atau pandangan masyarakat Denmark. Jadi, aksi pembakaran ini tidak mewakili pandangan mayoritas masyarakat Denmark.” pungkasnya. (tyo-reu) Baca juga :

Read More

SDN Jatimulya 11 Gelar Rangkaian Acara Peringatan HUT RI Ke-78 Tahun 2023

Bekasi – 1miliarsantri.net : Beragam kegiatan dalam rangka Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 dilaksanakan di SDN Jatimulya 11 Tambun Selatan Kabupaten Bekasi, sejak Rabu 16/8/2023 dan puncaknya Kamis 17/8/2023. Rangkaian acara melibatkan seluruh siswa dan siswi SDN Jatimulya 11, guru-guru dan orang tua murid, yang dimotori koordinator kelas (korlas) berlangsung dalam dua hari itu mengusung tema “Dengan Semangat Kemerdekaan, Terus Maju Untuk Indonesia Maju”. Panitia tahun ini mengkonsep kegiatan fokus pada keikutsertaan semua murid agar tumbuh semangat nasionalisme dan kebersamaan. Dimulakan pada Rabu 16/8 dengan aneka perlombaan (mewarnai gambar, estafet sarung, estafet bendera, estafet sinpai dan ketangkasan yes or no), kemudian Upacara Puncak Peringatan HUT RI ke-78 Kamis 17 Agustus 2023, serta Karnaval (peserta memakai pakaian adat berbagai daerah nusantara), ‘Alhamdulillah lancar tanpa kendala dan sesuai rencana panitia’, tutur mama Kenzie selaku ketua panitia. Salah satu wali kelas, Iriana Ngesti Utami, M. Pd mengungkapkan “kegiatan tahun ini sudah cukup ramai”,  terutama saat karnaval. Anak-anak sangat menikmati dan bergembira sambil menyanyikan laskar pelangi, disambut anak-anak dengan cikampek gondangdia. “Saya juga apresiasi peran wali murid yang luar biasa dalam kegiatan ini”, Iriana menambahkan. Kumpul, S.Pd, MM Kepala Sekolah SDN Jatimulya 11 Tambun Selatan pada acara puncak peringatan HUT RI ke-78 mengingatkan untuk terus menanamkan semangat juang 45 dalam jiwa raga warga sekolah demi terwujudnya “6 Dimensi Profil Pelajar Pancasila”. Untuk mewujudkannya memerlukan kolaborasi semua pihak terutama peran serta orang tua murid dan guru-guru serta perangkat sekolah lainnya, ungkap Kumpul. Kolaborasi itu terlihat dari meriahnya rangkaian acara Peringatan HUT RI ke-78 di lingkungan SDN Jatimulya 11, yang melibatkan siswa-siswi, orang tua murid, dewan guru dan semua yang peduli pada dunia pendidikan, sebagai manifestasi “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah perjuangan para pahlawan sehinga menjadi bangsa yang kuat dan merdeka”,  pungkasnya. (TAH/Red7

Read More

Laskar Hizbullah Memiliki Andil Besar Dalam Kemerdekaan Indonesia

Jakarta — 1miliarsantri.net : Sebagai laskar kesatuan perjuangan semi militer umat Islam yang dilandasi dengan niat jihad fi sabilillah, Laskar Hizbullah juga memiliki semangat kebangsaan dan perannya cukup besar dalam melawan tentara sekutu yang ingin kembali menduduki Indonesia. Sejarawan Anhar Gonggong mengatakan, para Tentara Allah yang tergabung dalam Hizbullah memainkan peran yang cukup besar dalam perang kemerdekan, baik dalam merebut maupun mempertahankan kemerdekaan. “Perannya sangat besar itu. Hizbullah itu dapat dikatakan pada saat itu memberikan kekuatan yang sangat besar untuk menghadapi Belanda. Nah itu yang sering dilupakan orang,” urai Anhar kepada 1miliarsantri.net, Kamis (17/08/2023). Menurut Anhar, sebagai panglima besar pertama di Tentara Indonesia, Jenderal Soedirman juga memiliki hubungan dekat dengan tokoh-tokoh Hizbullah. “Soedirman itu kan juga Islam. Gak ada yang bisa menyangkal. Soedirman itu adalah tokoh Muhammadiyah dan tentu saja mempunyai arti tertentu dalam posisinya sebagai seorang panglima. Jadi hubunganya dengan tokoh-tokoh Hizbullah itu sangat erat, tidak bisa disangkal. itu yg tidak pernah ditampilkan itu,” ungkap Anhar. Dia menambahkan, salah satu peran besar Laskar Hizbullah dalam perang kemerdekaan adalah pertempuran 10 November 1945. Saat itu, sekitar seribuan Laskar Hizbullah datang dari berbagai daerah menuju Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan. “Di dalam 10 November, laskar Hizbullah punya peranan tertentu. Dan waktu mempertahankan agresi I dan Agresi II itu Hizbullah sangat besar peranannya. Cuma orang tidak pernah menampilkan. Dan tidak pernah ada yang menyebutkan, padahal perannya besar sekali,” jelas Anhar. Dalam mekakukan perang gerilya, menurut dia, para Laskar Hizbullah juga memiliki peranan yang tak kalah besar. “Perang gerilya itu Hizbullah tidak bisa dilepaskan begitu saja. Hanya, yang selalu ditampilkan seakan-akan hanya perannya daripada TNI. Padahal Hizbullah punya peran penting dalam mempertahankan darerah-daerah di mana mereka berada,” imbuhnya. Dengan perannya yang besar itu, Laskar Hizbullah pada perkembangannya akhirnya diajak untuk bergabung dengan TNI. “Karena itu, sebenarnya harus ada semacam penulisan sejarah di mana menampakkan peranan dari macam-macam kekuatan, tidak hanya didominasi oleh kekuatan tertentu,” jelas Anhar. Sementara itu, dalam buku “Laskar Ulama-Santri dan Resolusi Jihad Garda Depan Menegakkan Indonesia”, Zainul Milal Bizawie menjelaskan, Laskar Hizbullah dan Sabilillah menjadi bukti historis yang tidak terbantahkan dalam membela Republik Indonesia. Namun, setelah pasukan Belanda semakin banyak yang masuk ke Indonesia, pemerintah Republik Indonesia mengambil sikap yang lebih militan. Pada 1 Januari 1946, Kementerian Keamanan diganti namanya menjadi Kementerian Pertahanan dengan mendapatkan tanggung jawab yang luas. Pada saat bersamaan, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) juga diubah namanya menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Namun, ternyata nama ini belum final. Pada 24 Januari 1946, nama itu diganti lagi menjadi Tentara Republika Indonesia (TRI). Bulan berikutnya, Kementerian Pertahanan kemudian membentuk Panitia Besar Penyelenggaraan Organisasi Tentara yang bertugas untuk menyusun tentang hal-hal yang berkaitan dengan urusan pertahanan, organisasi tentara, peralihan dari TKR menjadi TRI, dan kedudukan laskar-laskar perjuangan. Kendati demikian, dalam internal Hizbullah sempat muncul penolakan terhadap upaya penggabungan ketika kesatuan reguler masih bernama TRI. Sikap ini ditunjukkan oleh kesatuan Hizbullah yang bergabung dalam Hizbullah Sunan Ampel di bawah pimpinan Mayor Mansur Solichy. Ia khawatir dengan penggabungan itu, maka Hizbullah nantinya akan diperlakukan seperti anak tiri. Namun, pada 5 Mei 1947 akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan penetapan tentang penyatuan TRI dengan badan dan laskar perjuangan menjadi satu organisasi tentara. Pada 3 Juni 1947, Soekarno meresmikan penyatuan TRI dengan laskar-laskar perjuangan menjadi satu wadah tentara nasional dengan nama Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang dipimpin Jenderal Sudirman. Dalam ketetapan itu juga menyatakan bahwa semua angkatan perang dan satuan laskar yang menjelma menjadi TNI diwajibkan untuk taat dan tunduk kepada segala perintah dari instruksi yang dikeluarkan oleh pucuk pimpinan TNI. Setelah TKR diubah menjadi TNI, maka sikap Hizbullah Sunan Ampel pun melunak. Hizbullah akhirnya lebih memilih mengikuti langkah pemerintah dan pimpinan TNI dengan berbagai pertimbangan, diantaranya karena keterbatasan persenjataan yang dimiliki. Sebagai tindak lanjut, pada 15 Juni 1947 seluruh jajaran pimpinan pusat Hizbullah mengadakan Konferensi Hizbullah se-Jawa dan Madura di Yogyakarta. Hasil konferensi didapatkan keputusan aklamasi bahwa Hizbullah bergabung ke dalam TNI. Akhirnya, kesatuan-kesatuan Hizbullah dalam TNI melebur ke dalam kesatuan setingkat brigade, resimen, batalyon, dan seksi pasukan dalam organisasi TNI. Namun, berdasarkan keterangan KH Saifuddin Zuhri, perundingan tingkat tinggi antara pimpinan kelaskaran dengan pihak pemerintah dicapai satu keputusan bahwa tidak semua anggota kelaskaran dilebur dalam TNI. Pemerintah menetapkan bahwa Hizbullah hanya mendapat satu batalyon dalam satu divisinya. KH Wahib Wahab akhirnya menyerahkan Batalyon Munasir menjadi TNI dan Munasir menjadi komandan dengan pangkat Mayor. Sedangkan devisi yang dipimpin KH Saifuddin Zuhri menyerahkan Batalyon Suroso menjadi TNI dan Suroso sebagai komandannya. Begitu juga dengan devisi-devisi Hizbullah di beberapa daerah lainnya. Keputusan yang diambil oleh kesatuan Hizbullah itu untuk membantu TNI memperkuat barisan pertahanan. Mereka bertekad untuk menjaga kemerdekaan Indonesia tanpa harus bersikukuh mempertahankan eksistensi laskar. Ketika Hizbullah dilebur ke dalam TNI, Panglima Hizbullah KH Zainul Arifin diangkat sebagai sekretaris pada pucuk pimpinan TNI atau semacam Sekretaris Jenderal Pertahanan Keamanan sekarang. Kiai Zainul Arifin sempat kecewa dan prihatin dengan banyaknya anggota Hizbullah dan Sabilillah yang tidak lulus untuk masuk TNI. (yan) Baca juga :

Read More

Majelis Hukama Muslimin Apresiasi Pemerintah RI Mendorong Perdamaian ASEAN

Jakarta — 1miliarsantri.net : Majelis Hukama Muslimin (MHM) menyampaikan selamat memperingati HUT ke-78 Republik Indonesia serta mengapresiasi upaya Presiden Joko Widodo yang mendorong perdamaian di wilayah Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN) . “Majelis Hukama Muslimin menyampaikan apresiasi atas upaya Republik Indonesia dalam menyebarkan dan mempromosikan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan,” kata Ketua Majelis Hukama Muslimin (MHM) yang juga Grand Syekh Al-Azhar, Imam Akbar Ahmed Al-Tayeb, dalam keterangan kepada media di Jakarta, Kamis (17/08/2023). Grand Syekh Ahmed Al Tayeb bersama seluruh jajaran Majelis Hukama Muslimin mendoakan pemimpin, pemerintah, dan rakyat Indonesia lebih maju dan sejahtera. Majelis Hukama Muslimin adalah organisasi internasional independen yang diketuai oleh Grand Syekh Al-Azhar, Imam Akbar Dr Ahmed Al-Tayeb. Organisasi tersebut didedikasikan untuk mempromosikan perdamaian di berbagai masyarakat. Sejumlah cendekiawan moderat dari sejumlah negara Islam yang terkenal dalam mempromosikan nilai-nilai pemahaman, perdamaian, saling menghormati, dan dialog antaragama, bergabung dengan lembaga tersebut. “Majelis Hukama berusaha untuk memenuhi misinya melalui kemitraan yang berarti dengan lembaga dan entitas internasional yang memiliki tujuan dan aspirasi yang sama,” imbuhnya. Sementara itu, Cendekiawan Indonesia, Quraish Shihab tercatat sebagai salah satu pendiri dan anggota Majelis Hukama. Sementara TGB M Zainul Majdi tercatat sebagai Anggota Komite Eksekutif MHM. Beberapa waktu lalu, Staf Khusus Presiden Ayu Kartika Dewi melakukan kunjungan kerja ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), dan bertemu Sekjen Majelis Hukama Muslimin, Judge Mohamed Abdelsalam. Ayu mengatakan pertemuannya dengan Judge Abdelsalam membahas program-program yang selama ini telah dilakukan hingga mengerucut pada diskusi bentuk-bentuk kolaborasi yang dapat dilakukan dalam rangka memperkuat toleransi di kalangan anak muda. “Kegiatan kunjungan kerja ini telah memberikan saya kesempatan berharga untuk saling bertukar pikiran dengan Sekjen Majelis Hukama Al-Muslimin dan Menteri Toleransi dan Koesistensi UEA terkait bentuk-bentuk kolaborasi yang dapat dilakukan bersama,” ujar Ayu Kartika. (rid) Baca juga :

Read More

Pesantren Merupakan Pusat Menggalang Kekuatan dan Mengatur Strategi di Masa Pra Kemerdekaan

Jakarta — 1miliarsantri.net : Dalam catatan sejarah, Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak bisa lepas dari peran dan jasa para ulama, para santri dan pondok pesantren. Tiga komponen ini memiliki andil cukup besar mengusir penjajah di bumi Nusantara. Pondok pesantren di Indonesia tidak hanya menjadi tempat menimba ilmu para santri. Pada masa perjuangan kemerdekaan, pesantren menjadi tempat menggalang kekuatan dan mengatur strategi melawan penjajah. Para kiai menjadi motor penggerak, memobilisasi ribuan santri untuk turun ke medan pertempuran. Mengapa bisa ulama, santri dan pesantren mati-matian memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia? Pakar sejarah yang juga Ketua Lembaga Peradaban Luhur, KH Rakhmad Zailani Kiki mengatakan sebelum datang penjajah di bumi Nusantara, di setiap daerah sudah memiliki sistem kekuasaan yang hampir semuanya berbentuk kerajaan Islam. Karena itu ketika Belanda menginjakan kaki di Nusantara, mereka berhadapan dengan dengan berbagai kerajaan Islam yang sudah kokoh berdiri dan besar pengaruhnya. “Karena sudah ada tuan rumahnya, penjajah ketika datang pertama kali seperti tamu yang sopan dengan menawarkan kerja sama perdagangan dengan kerajaan-kerajaan Islam yang karena kerakusannya kemudian penjajah melakukan berbagai upaya perampas, penaklukan dan penaklukan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia,” kata kiai Kiki yang juga ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) DKI Jakarta kepada Kiai Kiki menjelaskan bahwa kerajaan-kerajaan Islam merupakan negara yang memiliki peraturan yang mengikat warga negaranya, termasuk aturan bela negara atau hifdz ad-daulah yang bersumber dari ajaran Islam. Ajaran bela negara ini diajarkan oleh para ulama di pondok pesantren yang tersebar di berbagai daerah. Pondok pesantren yang merupakan lembaga pendidikan yang mengkader ulama dan juga pemimpin Islam diajarkan kitab-kitab fiqih yang isinya juga tentang jihad, perang sabil dalam konteks bela negara. Contoh saja kitab fiqih matan Ghayah wa at-Taqrib yang ditulis oleh Al-Qadhi Abu Syujai, ulama madzhab Syafii yang wafat di Madiah pada 593H atau 1196 M menjadi kitab fiqih yang biasa diajarkan di pondok pesantren-pondok pesantren di Nusantara dari sebelum penjajah datang sampai saat ini. Di dalamnya terdapat bab tentang jihad atau perang sabil yang di antaranya membahas tentang hukum jihad, keadaan orang kafir, syarat-syarat jihad, macam-macam tawanan, ghanimah atau harta rampasan perang), dan salab atau pakaian yang dikenakan orang yang terbunuh dalam perang. “Dalam pembahasan hukum jihad dijelaskan bahwa orang-orang kafir, yaitu kafir harbi, yang masuk ke salah satu daerah kaum Muslimin, atau mereka berada di dekat daerah tersebut, maka ketika demikian, hukum jihad adalah fardlu ‘ain bagi kaum Muslimin. Sehingga, bagi penduduk daerah tersebut wajib menolak kaum kafir dengan apapun yang mereka bisa,” kata kiai Kiki yang juga penulis Genealogi intelektual ulama Betawi: melacak jaringan ulama Betawi dari awal abad ke-19 sampai abad ke-21. Kiai Kiki mengatakan karena para penjajah berasal dari kerajaan-kerajaan kafir yang awalnya berstatus sebagai kafir dzimmi yang haram untuk diperangi karena datang untuk bertamu dan berdagang, namun kemudian melakukan penjajahan dengan berbagai upaya perampas, penaklukan dan penaklukan kerajaan-kerajaan Islam sehingga statusnya berubah menjadi kafir harbi yang wajib untuk diperangi. Hukum memerangi penjajah kafir harbi ini bukan lagi wajib kifayah, melainkan sudah wajib `ain untuk melakukan bela negara atau hifdz ad-daulah karena penjajah sudah masuk ke salah satu daerah kaum Muslimin atau mereka sudah berada di dekat daerah tersebut. “Karena hukum jihad atau perang sabil-nya sudah wajib `ain ketika itu, maka pondok pesantren turut juga melakukan perang sabil, aktif memerangi penjajah yang sudah berstatus kafir harbi,” pungkasnya.

Read More

Indonesia Negara Yang Dibangun oleh Para Cendikiawan Muslim

Jakarta — 1miliarsantri.net : Kemerdekaan serta pembangunan yang diraih Republik Indonesia merupakan kerja keras dari para pejuang, termasuk diantaranya para cendekia, aktivis muslim dan hal ini berbeda dengan negara-negara di Timur Tengah yang punya kecenderungan dibangun oleh politisi lama dan para raja. Hal ini disampaikan Pakar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI), Tiar Anwar Bachtiar. “Sebetulnya Indonesia sendiri memiliki potensi ke arah sana (sebagaimana Timur Tengah), dalam hal ini, Van Mook selaku Gubernur Jenderal di wilayah Hindia-Belanda saat itu mendirikan negara bagian. Konteksnya saat itu memanfaatkan politisi-politisi lama. Meski tidak semua bangsawa pro-Belanda, misalnya Sultan Yogyakarta ini kan masuk kategori pro-republik,” ungkap Tiar kepada 1miliarsantri.net, Kamis (17/08/2023). Tiar mengutip Plato, filosof Yunani klasik, yang menyatakan tampuk pimpinan harus diberikan pada kaum intelegensi, atau pemikir. Memang sejarah Indonesia berpihak ke arah tersebut. Tiar menyebut mencontohkan KH Agus Salim atau H.O.S Cokroaminoto, yang merupakan pemikir sekaligus aktivis. “Dalam hal ini, misalnya, H.O.S Cokroaminoto kan kita tahu berwacana mengenai bentuk ideal bagi Indonesia ke depannya yang menurutnya Islam dan sosialisme,” tuturnya. Sejarah mencatat, Soekarno tampil dalam rumusannya mengenai NASAKOM. Rumusan itu nantinya direalisasikan saat diri Bung Karno berada di tampuk kekuasaan. Itu menandakan Indonesia sangat didominasi oleh pemikir dan aktivis. “Jadi artinya, Indonesia ini sangat didominasi oleh para pemikir, aktivis. Gagasan keindonesiaan ini bukan dilahirkan dari pragmatisme politik yang hanya sekadar ingin mengambil keuntungan sesaat,” katanya. Tiar memaparkan, memang terdapat ketegangan yang mewarnai cakrawala perpolitikan Tanah Air. Hingga kemudian, para pemikir bersepakat dengan rumusan yang dikenal dengan Pancasila. Dalam konteks ini, para pemikir berkontestasi menawarkan hasil perenungan dan penghayatan, yang kemudian disepakati Pancasila. “Inilah hasil dari keprihatinan, dan kegelisahan para pemikir terdahulu akan kenyataan. Bukan dari pesanan, tapi bersama merumuskan visi ideal,” ucapnya. Tiar menekankan perihal relevansi Pancasila yang masih terasa bagi rakyat Indonesia. Itu karena Pancasila dirumuskan dari berbagai gagasan ideal. Maka itu, Tiar menekankan ihwal sila pertama, yakni nilai-nilai agama. “Dalam hal ini, Al-Qur’an dan sunnah Rasul, yang jangan sampai dikesampingkan. Sebab, jika demikian terjadi, akan kehilangan daya kekuatan yang begitu besar dalam upaya membangun negara. Semangat agama (Islam) itu inheren, atau menyatu dengan berbagai aktivitas pergerakan,” tuturnya. Tiar lalu mengajak para intelegensi muda untuk mengambil uswah kepada pendahulu atau pada sejarah. Pada mereka yang merancang republik Indonesia. Para pendiri bangsa telah melakukan dengan penuh ketulusan, ikhlas, pengabdian kepada Allah SWT sebagai ibadah. Kaum intelegensia ini merupakan benteng terakhir, karena mereka merupakan yang dekat dengan ilmu pengetahuan. Artinya, para pendiri bangsa harus menjadi teladan bagi generasi muda saat ini. Apalagi, Indonesia sudah memasuki usia ke-78 tahun kemerdekaan. “Jika kaum intelegensia tidak bisa menjadi uswah, tidak bisa menjadi teladan peradaban, bagaimana hidup dalam keikhlasan, dalam pengabdian, dalam upaya memberi kebermanfaatan yang lebih luas, maka saya kira, sulit untuk mencari benteng mana lagi yang akan membantu keberlangsungan bangsa ini,” jelas Tiar. Tiar menukil Firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 16, yang artinya; “Bilamana Kami berkehendak menghancurkan sebuah kota (peradaban), Kami suruh (jadikan) orang-orang yang bergelimang dalam kemewahan (al-mutrafun) dan melampaui batas, tetapi mereka durhaka, maka pantaslah mereka menerima adzab kemudian Kami menghancurkan mereka sehancur-hancurnya.” “Inilah peringatan Allah SWT yang cukup keras untuk kita semua,” ungkap Tiar. (fat) Baca juga :

Read More

Menjaga Marwah Masjid Agar Tetap Pada Fungsinya

Jakarta — 1miliarsantri.net : Program Masjid Pelopor Moderasi Beragama (MPMB) telah di launching Kementerian Agama (Kemenag) RI pada 13 Nopember 2022 lalu. Melalui program ini, masjid diharapkan mengalami transformasi dan revitalisasi sehingga makin profesional manajemennya, kian moderat cara pandang dan paham keagamaan seluruh ekosistemnya, serta kian berdaya masjidnya dan akhirnya mampu memberdayakan umatnya. Sejak kelahirannya, institusi masjid memiliki peran sentral dalam rangka pembentukan, pengembangan dan kemajuan komunitas Muslim, di luar sebagai tempat ibadah. Inilah bangunan yang mendapat prioritas pertama untuk didirikan, begitu Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Masjid pertama, Quba (23 September 622) menjadi simbol eksistensi Islam, sekaligus pertanda umat Islam mulai tumbuh dan bersiap membangun peradaban baru. Kata masjid berasal dari sa-ja-da, disebut dalam al-Qur’an sebanyak 28 kali. Secara harfiyah, masjid bermakna tempat sujud. Tetapi, masjid bukan hanya berfungsi untuk sujud saja (place for worship). Pada dasarnya, masjid merupakan tempat melakukan berbagai aktifitas (center for community) yang mengandung makna kepatuhan kepada Allah Swt (Shihab, 2012: 247), dalam makna yang luas. Peran masjid sebagai pusat aktifitas komunitas muslim akhirnya melebar hingga menyentuh aspek pendidikan, ekonomi, sosial dan juga—yang tak mungkin dihindari—politik. Karena itu, Allah Swt (QS, 9: 18) mensyaratkan orang-orang tertentu yang mampu menjadi pemakmur (takmir) masjid, baik dalam konteks idarah (manajemen), imarah (berbagai kegiatan yang dirancang) maupun ri’ayah (pemeliharaan dan pemenuhan berbagai fasilitas). Kualifikasi takmir tersebut adalah beriman kepada Allah Swt dan hari akhir, menunaikan shalat dan zakat serta orang-orang yang hanya takut kepada Allah SWT. Di luar itu, masjid mungkin akan disalahgunakan fungsinya. Pada zaman Rasulullah SAW, masjid digunakan untuk berbagai keperluan yang positif. Selain sebagai tempat shalat dan dzikir, masjid juga digunakan untuk sebagai pendidikan, santunan sosial, konsultasi dan komunikasi berbagai persoalan umat, latihan militer, pengadilan, tempat tahanan, penerangan dan lain-lain. Peran dan fungsi masjid sangat strategis dan sentral bagi umat Islam. Karakternya terbuka, egaliter dan ramah terhadap siapa saja. Orang yang berada di masjid selalu dianggap pasti baik. Bukan hanya Rasulullah SAW yang ingin membangun masjid, bahkan kaum munafiq Madinah juga membangun masjid dengan motif politik yang membahayakan umat Islam. Masjid itu disebut masjid al-Dhirar (QS, al-taubah: 107), dibangun persis disebelah masjid Quba. Ibn Katsir (VII, 188-90) menyebut, masjid Dhirar dibangun oleh 12 (dua belas) orang munafiq (Khidzam bin Khalid, dkk). Riwayat lain menyebut, masjid ini dibangun oleh Bani Ghanim bin Auf. Sejak awal, masjid ini dibangun dengan niat yang tidak baik: membahayakan Nabi Muhammad SAW dan menimbulkan perpecahan umat Islam. Agar legitimatif, para pendirinya, berharap dan menghendaki agar Nabi Muhammad SAW berkenan shalat di masjid ini. Untungnya Nabi Muhammad SAW menolak, dan menjanjikan pasca peristiwa Tabuk, beliau akan mendatangi masjid tersebut. Di tengah perjalanan pulang, Allah SWT mengingatkannya melalui QS: 9,107-110. Sejak zaman dulu, masjid merupakan tempat yang ramah untuk semua orang, termasuk non-Islam. Orang bebas keluar-masuk masjid, termasuk tidur dan menginap didalamnya. Masjid termasuk ‘tempat favorit’ terjadinya kejahatan, apalagi saat shalat berlangsung. Dari kejahatan ringan hingga berat. Tercatat dalam sejarah, Umar bin Khattab meninggal di masjid disaat shalat shubuh di tangan Abu Lu’luah, sahaya Mughirah bin Syu’bah (Siyar al-salaf al-shalihin: 46). Mughirah merupakan gubernur Kufah yang diangkat oleh Umar bin Khattab. Ali bin Abi Thalib mewarisi kekacauan politik masa sebelumnya, pasca meninggalnya Utsman bin Affan. Terjadilah perang saudara yang mengenaskan. Perang Jamal terjadi antara Ali bin Abu Thalib melawan Aisyah binti Abu Bakar. Perang Shiffin Meletus di mana Ali bin Abu Thalib harus berhadapan dengan Muawiyah bin Abu Sufyan. Perang Nahrawan tak bisa dihindari, di mana kelompok Khawarij melawan Ali bin Abu thalib). Ali bin Abu Thalib wafat di tangan pendukungnya sendiri, Abdurrahman bin Muljam (seorang ahli ibadah dan al-muqri’) ketika sedang menuju Masjid jelang shalat Subuh pada 17 Ramadhan. Mimbar Jumat masjid pernah menjadi ajang caci maki kepada para shahabat pada Dinasti Umayyah. Di masa Umar II, tradisi ini dihilangkan, diganti dengan kalimat yang jauh lebih baik. Al-Dasuqi dalam Hasiyah-nya meriwayatkan, Umar II adalah orang pertama yg mengutip QS al-Nahl: 90 sebagai penutup khutbah. Cerita sejarah ini harus diingat oleh umat Islam dan jangan sampai terulang. Sebagai tempat ibadah dan tempat berkumpulnya umat Islam untuk berbagai keperluan yang positif, masjid harus dijaga sesuai titahnya. Secara manajemen, masjid harus dikelola secara profesional. Pada akhirnya, masjid dapat mendatangkan kemaslahatan bagi umat Islam. Masjid harus menyatukan dan ikut menyelesaikan berbagai masalah, bukan malah memecah belah umat dan membuat berbagai masalah. Melalui mimbar-mimbarnya, masjid mesti membumi dan merasakan nafas kehidupan umat dan bangsa. Masalah masjid merupakan masalah bangsa, dan masalah bangsa juga meruapakan masalah masjid. Program MPMB sejatinya untuk mendorong agar masjid menjadi bagian dari solusi persoalan keumatan dan kebangsaan. Sebagaimana dimaklumi, intoleransi masih menjadi persoalan bangsa ini. Begitu pula dengan radikalisme. Hasil kajian lembaga riset dan temuan beberapa lembaga negara, menunjukkan jamaah masjid tidak tertutup kemungkinan terpapar intoleransi dan radikalisme. Masjid digunakan untuk menyebarkan ajaran yang justru bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Untuk membuktikannya, tidak sulit. Cukup didengarkan saja bagaimana isi ceramah atau khutbah yang disampaikan oleh khatib di masjid tersebut. Ceramah yang mengajarkan intoleransi, provokasi dan ujaran kebencian kepada kelompok yang berbeda, dan pemanfaatan masjid untuk kegiatan politik praktis, merupakan beberapa indikasi yang patut kiranya diwaspadai. Karena itu, takmir dan jamaah masjid harus terlibat dalam upaya menjaga agar masjid menjadi tempat yang khusuk untuk beribadah dan sejuk untuk bermuamalah. Dari masjid, kita harus menguatkan tekad dan semangat untuk membangun bangsa dan negara agar seluruh komponen bangsa berketuhanan, berprikemanusiaan, menjaga persatuan dan kesatuan, bermusyawarah-mufakat dalam menyelesaikan berbagai persoalan serta berusaha mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Program MPMB merupakan wasilah menuju ke sana. (Iin) Baca juga :

Read More

Semarak HUT Kemerdekaan di Pesantren Ngruki Berlangsung Meriah

Sukoharjo — 1miliarsantri.net : Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin Ngruki yang didirikan oleh eks narapidana terorisme Abu Bakar Ba’asyir memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 dengan meriah. Pesantren yang berada di Ngruki, Sukoharjo ini menyemarakan HUT Proklamasi RI ke-78 dengan berbagai kegiatan mulai dari upacara pengibaran bendera merah putih, tasyakuran hingga perlombaan. Dalam kegiatan tersebut, pihak pesantren mengundang instansi pemerintah yaitu Bupati Sukoharjo, Kepala Kemenag Sukoharjo, Kapolres Sukoharjo, Dandim Sukoharjo, BNPT dan Densus 88 Anti Teror, Camat Grogol dan Kepala Desa Cemani serta beberapa pejabat lainnya. “Panitia mengkonsep kegiatan semarak kemerdekaan kali ini dengan berbagai macam perlombaan yang harus menampilkan kekompakan dan kebersamaan. Disamping itu juga ada beberapa kegiatan lainnya seperti pelaksanaan upacara dan tasyakkuran,” urai Ketua Panitia Semarak Kemerdekaan Indonesia ke-78 Pondok Ngruki, Ustadz Sudaryanto, dalam rilis yang disampaikan ke 1miliarsantri.net, Kamis (17/08/2023). Rangkaian kegiatan Semarak Kemerdekaan Indonesia di Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo juga melibatkan seluruh santri mulai tingkat MTs, MA dan Sekolah Tinggi serta seluruh dewan guru. Rangkaian kegiatan dalam rangka Semarak Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 di Pondok Ngruki Solo ini akan dipungkasi dengan Upacara dan Tasyakkur Kemerdekaan yang diselenggarakan pada tanggal 17 Agustus 2023 pagi dengan inspektur upacara KH. Farid Makruf, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Al Mukmin Ngruki. Ustadz Ageng Bagus Priendy, menyampaikan rangkaian kegiatan Semarak Kemerdekaan Indonesia ke-78 di Pondok Pesantren Ngruki diawali dengan pemasangan umbul umbul dan bendera merah putih di sekitar pesantren dan lomba-lomba perorangan maupun kelompok seperti tarik tambang, voli air, tangkap belut hingga balap karung. (jar) Baca juga :

Read More