Kemendikdasmen Ubah Sistem 24 Jam Mengajar

Jakarta — 1miliarsantri.net : Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan perubahan signifikan dalam sistem 24 jam mengajar bagi guru. Kebijakan baru ini memberi ruang bagi guru untuk memenuhi kewajiban mengajar tidak hanya dari aktivitas di dalam kelas. Selama ini, banyak guru terpaksa mengajar di beberapa sekolah untuk memenuhi target 24 jam mengajar per minggu. Kondisi ini sering membuat peran penting guru dalam membimbing siswa menjadi terabaikan. “Tidak harus 24 jam mengajarnya itu sesuai dengan jadwal dan mata pelajaran yang ada di sekolah. Kemudian pemenuhan yang lainnya untuk 24 jam itu berasal dari membimbing peserta didik,” terang Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, Sabtu (14/12/2024). Berdasarkan sistem baru ini, guru dapat memenuhi jam kerjanya melalui beberapa aktivitas. Selain mengajar mata pelajaran di kelas, waktu yang digunakan untuk membimbing siswa juga akan dihitung sebagai jam kerja. Dalam sistem baru ini, guru juga bisa mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas profesional. Namun, Kemendikdasmen menyoroti kondisi pelatihan yang ada saat ini. “Karena sekarang banyak pelatihan yang abal-abal dan asal-asalan. Banyak seminar yang kaleng-kaleng, yang kadang-kadang tidak menjadi bagian dari peningkatan kompetensi dan kualitas guru,” ulasnya. Dalam sistem pelaporan yang baru, Kemendikdasmen juga akan menghitung waktu yang digunakan guru untuk mengikuti pelatihan profesional sebagai jam tatap muka. Hal ini bertujuan mendorong guru meningkatkan kualitas diri mereka. Abdul Mu’ti menekankan, perubahan sistem ini bertujuan agar guru bisa lebih fokus pada peningkatan kualitas pengajaran dan pembimbingan siswa. Dengan begitu, guru tidak lagi harus mengejar jam mengajar dari satu sekolah ke sekolah lain. Lewat kebijakan baru ini, Kemendikdasmen berharap guru bisa menjalankan perannya secara optimal dalam mendidik dan membimbing siswa. Fokus utamanya adalah meningkatkan kualitas pendidikan, bukan sekadar mengejar pemenuhan jam mengajar. (rid) Baca juga :

Read More

Cara Menentukan Najis atau Bukan Menurut Islam

Jakarta — 1miliarsantri.net : Para ulama merumuskan kaidah-kaidah untuk menentukan suatu benda tergolong najis atau tidak. Kaidah-kaidah ini dibuat untuk membantu umat Islam memahami dan menerapkan hukum-hukum tentang najis dengan lebih mudah dalam kehidupan sehari-hari. Meski demikian, para ulama sering kali berbeda pendapat dalam menghukumi suatu benda, tergantung pada kaidah yang mereka gunakan. Dalam buku Najis yang Dimaafkan, Isnawati, Lc., mengungkapkan, Madzhab Al-Hanafiyah membagi najis ke dalam dua kategori utama, yaitu najis mughaladzah atau berat, dan najis mukhaffafah atau ringan. Najis mughaladzah mencakup benda-benda seperti darah, mani, wadi, madzi, nanah, muntah, tinja, air kencing, termasuk air kencing bayi laki-laki maupun perempuan, baik yang sudah makan atau belum. Selain itu, kotoran binatang, baik yang boleh dimakan dagingnya maupun tidak, juga termasuk dalam kategori ini, seperti kotoran sapi, ayam, tikus, dan kucing. Khamar, daging bangkai, air liur anjing, serta darah yang mengalir juga digolongkan ke dalam najis berat. Sementara itu, najis mukhaffafah mencakup air kencing binatang yang dagingnya boleh dimakan, seperti unta, dan kotoran burung yang dagingnya tidak boleh dimakan, seperti burung elang. Namun, ada beberapa benda yang dianggap suci, seperti potongan bangkai yang tidak dialiri darah, termasuk tulang, tanduk, gigi, bulu, rambut, dan kuku. Madzhab Al-Malikiyah memiliki pandangan yang sedikit berbeda. Mereka menetapkan bahwa hukum asal seluruh bangkai adalah najis, kecuali yang dikecualikan oleh Nabi Muhammad SAW, seperti bangkai manusia, ikan, dan belalang. Selain itu, hukum asal semua binatang yang hidup dianggap suci, kecuali yang telah jelas ditetapkan najis dalam Alqur’an atau hadis, seperti babi dan anjing. Hukum asal benda mati juga dianggap suci kecuali yang memabukkan atau yang telah dinyatakan najis secara jelas. Hewan yang darahnya tidak mengalir, seperti semut atau ulat pada buah-buahan, dianggap suci, sehingga keberadaannya tidak menyebabkan kenajisan. Pandangan Madzhab Asy-Syafi’iyah menekankan bahwa hukum asal semua makhluk yang ada di bumi adalah suci. Namun, mereka memberikan rincian lebih lanjut bahwa beberapa makhluk atau benda dinyatakan najis berdasarkan dalil Alqur’an dan hadis. Anggota tubuh yang terputus dari binatang yang masih hidup dihukumi seperti bangkai, sementara semua bangkai dinyatakan najis kecuali bangkai manusia, ikan, belalang, dan binatang buruan yang tidak sempat disembelih. Kaidah-kaidah yang dibuat oleh para ulama ini sangat membantu umat Islam dalam menentukan hukum kenajisan suatu benda, terutama ketika tidak ada penjelasan yang jelas dalam Alqur’an atau hadis. Dengan memahami panduan ini, umat Islam dapat lebih mudah menjalankan ibadah secara syar’i dan sesuai dengan tuntunan agama. (yan) Baca juga :

Read More

Pria 100 Tahun Nikahi Wanita 102 Tahun

Jakarta — 1miliarsantri.net : Sepasang suami istri dari Philadelphia telah memecahkan Rekor Dunia Guinness dengan menjadi pasangan pengantin baru tertua di dunia. Bernie Littman, berusia 100 tahun, dan Marjorie Fiterman, berusia 102 tahun, menikah awal tahun ini, dengan total usia gabungan mereka yang luar biasa, yaitu 202 tahun dan 271 hari, sebagaimana dikonfirmasi pada tanggal 3 Desember oleh Guinness World Records. Kisah cinta pasangan yang berusia seratus tahun ini dimulai di sebuah fasilitas perawatan lansia di Philadelphia, tempat mereka berdua tinggal. Mereka bertemu sembilan tahun lalu di sebuah pesta kostum yang diadakan di lantai mereka dan dengan cepat mengembangkan hubungan romantis. Perjalanan mereka bersama mencapai puncaknya dalam sebuah upacara pernikahan yang diadakan pada tanggal 19 Mei, di fasilitas yang sama tempat hubungan mereka dimulai. Baik Bernie maupun Marjorie telah menjalani kehidupan yang kaya dan memuaskan, telah menikah dengan pasangan mereka masing-masing selama lebih dari enam dekade sebelum menjadi janda. Meskipun kuliah di University of Pennsylvania secara bersamaan di masa muda mereka, mereka tidak pernah bertemu sampai takdir mempertemukan mereka di tahun-tahun terakhir mereka. Bernie menjadi seorang insinyur, sementara Marjorie mengejar karier sebagai seorang guru. Saat mengumumkan pernikahan para centenarian tersebut, cucu perempuan Littman, Sarah Sicherman, mengatakan kepada Jewish Chronicle, “Dengan begitu banyak kesedihan (dan) ketakutan di dunia, senang rasanya bisa berbagi sesuatu yang membawa kegembiraan bagi orang lain.” Dia berbagi dalam sebuah unggahan: “Hari ini kakek saya yang berusia 100 tahun menikahi pacarnya yang berusia 102 tahun. Bernie Littman dan Marjorie Fiterman tinggal di lantai yang sama di fasilitas tempat tinggal senior di Philadelphia. Mereka berdua telah menikah selama lebih dari 60 tahun dengan pasangan pertama mereka dan menemukan cinta lagi pada usia 100 tahun!” Rabbi Adam Wohlberg, yang meresmikan pernikahan tersebut, mengatakan kepada Fox News, “Sebagian besar pasangan yang saya nikahi akhir-akhir ini bertemu di semacam aplikasi kencan. Saya lebih suka cara lama. Anda tinggal di gedung yang sama, Anda bertemu satu sama lain, dan Anda jatuh cinta.” Ikatan pasangan itu semakin erat melalui makan bersama dan partisipasi aktif mereka dalam berbagai acara komunitas, termasuk produksi teater. Bernie mengaitkan umur panjang dan kebahagiaannya dengan kecintaannya pada membaca dan terus mendapatkan informasi, sementara Marjorie menganggap buttermilk sebagai rahasia umur panjangnya. Upacara pernikahan itu merupakan acara pribadi, yang dihadiri oleh empat generasi keluarga Bernie. Diselenggarakan di bawah chuppah tradisional Yahudi di fasilitas tempat tinggal lansia mereka, pasangan itu mengucapkan janji pernikahan di hadapan orang-orang terkasih dan simpatisan. Baik Bernie maupun Marjorie diantar ke upacara pernikahan dengan kursi roda mereka, berseri-seri karena kegembiraan saat mereka memulai babak baru ini bersama. (Iin) Baca juga :

Read More

Ulama Suriah DR Taufiq Ramadhan Al-Buthi Dikabarkan Terbunuh

Damaskus — 1miliarsantri.net : Kondisi Syekh DR Taufiq Ramadhan al-Buthi putra almarhum as-Syahid Syekh Sa’id Ramadhan al-Buthi, dipastikan baik-baik saja. Kepastian informasi ini membantah sejumlah isu yang berbedar luas bahwa sosok yang dikenal sebagai penasihat kepresidenan Bashar al-Assad telah terbunuh. “Alhamdulillah beliau baik-baik saja,” kata Syekh Mahmud al-Buthi, putra Syekh Taufiq, dalam pesan berantai, Sabtu (13/12/2024 Dia menegaskan kabar tersebut adalah kabar bohong tidak bisa dibenarkan. Tujuannya hanya untuk mengadudomba sesama bangsa Suriah. “Ini adalah isu untuk menyesatkan dan menebarkan api fitnah di antara rakyat,” ujar dia. DR Taufiq Ramadhan dikenal sangat aktif menyuarakan pentingnya persatuan Suriah dan menghindari perpecahan yang sengaja dikobarkan pihak tak bertanggung jawab. Beberapa kali dia berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan sejumlah tokoh dari pejabat hingga ulama. Dia juga dikenal mempunyai banyak murid di Indonesia yang moderat. Sementara itu, mahasiswa Indonesia yang tengah belajar di Damaskus, Muhammad Setia mengaku sempat didatangi oposisi bersenjata Suriah dalam masa transasi pemerintahan Suriah. Menurut dia, pihak oposisi tidak melakukan sweeping setelah menjatuhkan kekuasaan Presiden Bashar al-Assad. Namun, lanjut dia, pihak oposisi sempat berkunjung ke asrama mahasiswa Indonesia yang berada di distrik Rukn Dien. “Gak ada (sweeping), tapi ada kunjungan mas ke asrama kita semalam,” ungkap Setia dihubungi 1miliarsantri.net, Sabtu (13/12/2024). Setia mengatakan, pada malam itu ada dua orang yang mengunjungi asrama mahasiswa dengan membawa senjata. Walaupun, kata dia, dalam kunjungannya itu mereka hanya untuk menenangkan mahasiswa. “Iya dengan senjata, tetapi dalam rangka berkunjung untuk menenangkan kita semua untuk jangan takut dan mereka siap menjaga keamanan jiwa kita,” ucap Setia. Ketua Tim Literasi PPI Suriah ini melaporkan, suasana depan asrama mahasiswa kini sudah mulai kondusif. Angkutan umum sudah mulai berjalan seperti biasanya. Konflik berdarah di Suriah telah berlangsung lebih dari satu dekade. Namun, Setia bersyukur situasinya tidak seperti konflik berdarah yang terjadi pada 2011 lalu. “Alhamdulillah, kejadian sekarang sangat berbeda dengan konflik 2011 kemarin yang berdarah, sekarang aman damai,” lanjutnya. Saat pasukan oposisi mulai masuk Damaskus, kata dia, juga nyaris tidak ada bunyi pertempuran. “Ketika mereka masuk ke Damaskus hampir gak ada bunyi pertempuran, mungkin ada suara tembakan euforia kemenangan mereka seperti yang tersebar di media-media,” jelas Setia. Dia menambahkan, masyarakat lokal dan mahasiswa Indonesia di Damaskus saat ini juga sudah merasa aman. “Ini yang kami rasakan di sni, tidak semenakutkan yang diberitakan di media-media,” sambung mahasiswa tahun ketiga Universitas Bilas-Syam ini. Seperti diketahui, setelah peralihan kekuasaan yang menggulingkan Presiden Bashar al-Assad, suasana di Damaskus berubah dengan cepat. Proses transisi ini berlangsung tanpa adanya perang kota, terutama dalam pengambilan alih Damaskus. Hal ini menjadi sumber kebahagiaan bagi banyak warga Suriah yang merayakan momen ini karena tidak ada korban sipil selama peristiwa tersebut. Jalan-jalan utama dipenuhi penduduk lokal yang bersorak-sorai, membawa simbol-simbol perdamaian sebagai harapan baru untuk masa depan negara. Menurut informasi terbaru dari KBRI Damaskus, sebanyak 1.146 warga negara Indonesia yang berada di Suriah dinyatakan dalam kondisi aman. Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai korban atau cedera di antara mereka. KBRI telah mengeluarkan imbauan evakuasi bagi seluruh WNI sebagai langkah antisipasi, meskipun rincian pelaksanaannya masih dalam proses koordinasi. Hari ini, perlahan-lahan aktivitas warga Damaskus mulai berjalan kembali. Beberapa pasar lokal, toko-toko, dan pusat kegiatan masyarakat telah membuka pintu mereka, meski belum sepenuhnya pulih seperti situasi normal sebelumnya. Warga tetap waspada, namun optimisme terlihat dalam semangat mereka untuk kembali menjalani rutinitas sehari-hari. (fat) Baca juga :

Read More

Vladimir Putin tak Lagi Tertarik Lindungi Assad

New York — 1miliarsantri.net : Presiden terpilih AS Donald Trump menyebut Presiden Suriah Bashar al-Assad telah “melarikan diri dari negaranya. Assad telah kehilangan dukungan dari Rusia. Assad sudah hilang. Pelindungnya, Rusia, Rusia, Rusia, yang dipimpin oleh Vladimir Putin, tidak tertarik untuk melindunginya lagi,” katanya di platform X miliknya. Rezim Bashar al-Assad di Suriah telah tumbang. Assad ynng sebelumnya dibantu oleh Iran dan Rusiah untuk mempertahankan kekuasan kini tak lagi mendapatkan keuntungan tersebut. Teheran diketahui tengah repot dalam membantu pertempuran Hizbullah melawan Israel. Sementara Rusia sibuk dalam perang melawan Ukraina. Rusia dan Iran tak lagi mengirimkan bantuan seperti hal ketika awal mula pergolakan berlangsung pada 2011 silam. David Des Roches, seorang profesor madya di Near East South Asia Center for Security Studies, mengaitkan keberhasilan serangan kilat pemberontak Suriah karena kurangnya moral dan kepemimpinan dalam tentara Suriah. “Jika kita kembali ke intervensi pasukan Iran dan Rusia tahun 2014, kita mulai mendengar laporan tentang bagaimana pasukan rezim Arab Suriah pada dasarnya tidak dipimpin dengan baik, dan lebih tertarik memeras uang suap dari penduduk sipil daripada benar-benar bertempur,” ujarnya. Saat itu, Pertempuran sebenarnya justru dilakukan oleh proksi yang dipimpin Iran yang didukung oleh kekuatan udara dari Rusia. Bukan dari tantara pemerintahan Bashar al-Assad. “Ketika kekuatan udara Rusia disingkirkan, seperti yang telah terjadi, dan proksi yang dipimpin Iran tidak dapat terlibat dalam pertempuran, yang tersisa adalah demoralisasi, kepemimpinan yang buruk, perlengkapan yang buruk, dan institusi yang benar-benar korup. Dan orang-orang tidak mau mengambil risiko dalam situasi seperti itu,” tutupnya. (riz) Baca juga :

Read More

Perjalanan Muhammadiyah Menghadapi 3 Front

Jakarta — 1miliarsantri.net : Muhammadiyah kini tengah memperingati milad yang ke-112. Organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini lahir pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan dengan 18 November 1912 M. Bagaimana sejatinya gambaran masa lalu perjuangan salah satu ormas terbesar di Indonesia yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini? Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan mengatakan di masa lalu, sebelum gerakan pembaruan dilakukan Kiai Ahmad Dahlan, ajaran Islam itu misterius, penuh mistik, tahyul, gugon tuhon, hanya terkait persoalan sesudah mati. “Selain itu, tidak setiap orang bebas memperoleh pembelajaran ajaran Islam karena memperolehnya memerlukan persyaratan yang rumit,” ujar Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan dalam tulisannya berjudul “Kiai Ahmad Dahlan Mengganti Jimat, Dukun, dan Yang Keramat Dengan Ilmu Pengetahuan Basis Pencerahan Umat Bagi Pemihakan Terhadap Si Ma’un” dalam buku “KH Ahmad Dahlan (1868-1923)”. Buku ini diterbitkan Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015. Abdul Munir Mulkan adalah Guru Besar tetap UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Guru Besar Emiritus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Menurut Abdul Munir kala itu, dunia sosial pemeluk Islam dipenuhi selimut tebal jimat, perdukunan, benda dan orang keramat, serta kisah-kisah membingungkan sehingga hubungan sosial antar pemeluk Islam sulit dikoordinasikan. Tiap orang lebih sibuk dengan diri sendiri tanpa pemimpin yang memberi arah, bahkan cenderung saling bertikai. Pembaruan Kiai Ahmad Dahlan, membuat ajaran Islam menjadi sederhana. Tiap orang bisa dengan mudah memperoleh sumber belajar dengan guru yang setiap saat siap bersedia mendatangi tempat-tempat umat tinggal, melalui apa yang disebut tabligh (pengajian), sekarang dikenal sebagai majlis taklim. Kiai Ahmad Dahlan memulai membuka kegiatan tabligh menjadi kegiatan terbuka, bisa dilakukan siapa saja asal bersedia. Gerakan yang dikembangkan Kiai Ahmad Dahlan membuat ajaran Islam menjadi agama rakyat bagi si Ma’un (orang pinggiran) sekaligus berfungsi bagi pemecahan persoalan kehidupan yang dihadapi umat dalam kehidupan sehari-hari. Peran sentral Kiai Ahmad Dahlan dalam perkembangan Muhammadiyah, sebagai pendiri, juga dalam kaitan dengan pembaruan keagamaan Islam, dilukiskan dalam catatan budayawan, Kuntowijoyo. Sejarawan yang budayawan ini, menyatakan tentang apa dan bagaimana warisan Kiai Ahmad Dahlan. Gambarannya tentang sosok Kiai Ahmad Dahlan berikut bisa dijadikan dasar melihat peran sentral Kiai Ahmad Dahlan dalam pembaruan keagamaan Islam. Juga tentang strategi mengembangkan pembaruan keagamaan tersebut. Kuntowijoyo mengatakan kenyataan sejarah yang sering dilupakan oleh para pengikut Muhammadiyah (dan “musuh-musuhnya”) ialah bahwa KH Ahmad Dahlan sangat toleran dengan praktik keagamaan zamannya, sehingga ia dapat diterima semua golongan. “Sebagai seorang santri, ia menjadi pengurus BO (Boedi Oetomo), mengajar agama untuk murid-murid Kweekschool, dan dengan mudah bergaul dengan orang-orang BO yang pasti dari golongan priyayi yang cenderung abangan,” tulis Kuntowijoyo. Terbukti pada 1914, ia bermaksud mendirikan sekolah Muhammadiyah di Karangkajen, Yogyakarta, teman-temannya di BO meminjamkan uang dan menyediakan diri menjadi penjamin supaya ia dapat meminjam uang dari bank (Darmo Kondo, 12 Des 1914). Akan tetapi, lanjut Kuntowijoyo, orang hanya mengingatnya sebagai tokoh pemurnian Islam yang konsekuen dengan gagasannya. Namun, rupanya Islam murni hanya berlaku bagi dirinya sendiri dan orang-orang yang sepaham, tetapi tidak untuk orang lain. Kuntowijoyo menyebut pada waktu itu, Muhammadiyah menghadapi tiga front, yaitu modernisme, tradisionalisme, dan Jawaisme. Modernisme sudah dijawab dengan pendirian sekolah-sekolah (termasik HIS met de Qur’an dan Scakelshool di Wuluhan itu), kepanduan, dan voluntary association lainnya. Mengenai model jawaban terhadap tradisionalisme, KH Ahmad Dahlan menggunakan tabligh (penyampaian) dengan mengunjungi murid-muridnya, lebih daripada menunggu mereka datang. Padahal waktu itu “guru mencari murid” adalah aib sosial-budaya. KH Ahmad Dahlan yang menjadi Ketua Hoofd-Bestuur Muhammadiyah, beberapa tahun kemudian bermukim di Makkah, relatif cukup umur (lahir 1868), khatib Mesjid Besar Kesultanan, anggota pengadilan agama Kesultanan, penasehat agama CSI, dan sebenarnya sudah berhak menjadi guru yang didatangi murid. Akan tetapi tidak, ia memilih mengunjungi para muridnya. Penampilannya tidak lebih dari guru mengaji masa kini. Surat kabar yag terbit di Solo, Bromartani, pada 2 Zulkaidah (?) 1915 memberitakan bahwa ia mengajar anak-anak perempuan di Solo, kemudian 8 September 1915 dia dikabarkan mengantar murid-murid berekreasi di Sri Wedari.” Saat itu, “Tabligh yang sekarang tampak sebagai perbuatan biasa, pada waktu itu adalah perbuatan yang luar biasa. Setidaknya tabligh mempunyai dua implikasi, yaitu perlawanan tak langsung terhadap idolatri (pemujaan tokoh) ulama dan perlawanan tak langsung terhadap mistifikasi agama (agama dibuat misterius). Seperti diketahui pada waktu itu kedudukan ulama dalam masyarakat sangat tinggi. Mereka adalah mediator antara manusia dan Tuhan, elite agama dalam masyarakat, dan guru yang menyampaikan agama. …maka kedudukan sebagai mediator itulah yang terancam oleh kegiatan tabligh. Tabligh menjadikan penyampai agama sebagai orang sehari-hari yang tidak keramat. Kegiatan menyiarkan agama telah dibuat kemanungsan, kekeramatan ulama badhar (batal) oleh tabligh. Monopoli ulama atas agama, yang dimungkinkan oleh budaya lisan, dihilangkan oleh tabligh.” Selanjutnya tabligh juga merupakan perlawanan tak langsung terhadap mistifikasi agama, yaitu pengaburan agama, agama dianggap misterius, tinggi, dan adiluhung yang hanya patut diajarkan oleh orang-orang terpilih (tuanku, guru, kiai, tuan guru). Dengan tabligh agama yang semula misterius menjadi agama yang sederhana, terbuka, dan accesible bagi setiap orang. Agama yang semula bersifat esoteris-mistis milik kaum virtuosi (spsialis) menjadi agama etis rasional milik orang awam.” Menghadapi Jawaisme KH Ahmad Dahlan menggunakan metode positive action (…mengedepankan amar makruf) dan tidak secara frontal menyerangnya (nahi munkar). Dalam Suwara Muhammadiyah Tahun 1, Nomor 2, 1915 dalam artikel tentang macam-macam salat sunnah, ia menyebutkan bahwa keberuntungan (begjo, rahayu) itu semata-mata karena kehendak Tuhan, dan salat sunah adalah salah satu jalan meraihnya. Itu berarti bahwa keberuntungan tidak disebabkan oleh pesugihan (jimat kaya), minta-minta di kuburan keramat, dan memelihara tuyul. Itu berarti pula sebuah demitologisasi, karena mitos-mitos ditolak. Rupanya ia sadar betul bahwa cita-cita kemajuan yang waktu itu sedang populer akan mendapat tempat, sehingga tahayul diberantas selanjutnya dengan sendirinya hilang. Perhatian utama Muhammadiyah di awal kebangunannya terletak pada usaha terkait pemberdayaan dan pemihakan kaum fakir-miskin dari kaum pinggiran atau mustadl’afin, si Ma’un. Hampir seluruh kegiatannya dalam bidang pendidikan, tabligh, kesehatan dan kepustakaan terfokus pada pemberdayaan dan pemihakan terhadap kaum fakir-miskin atau si Ma’un tersebut. Baru dalam perkembangannya di kemudian hari, usaha tersebut tampak kurang lagi menjadi perhatian utama, berbeda dari fokus gerakan ini pada periode generasi pendirinya, yaitu pada masa Kiai Ahmad Dahlan. Kegiatan dan fokus gerakan Muhammadiyah di awal kebangunannya tersebut di atas adalah respons terhadap kenyataan objektif kehidupan umat pemeluk Islam dan warga negeri Hindia Timur…

Read More

Kemenag Gelar Pertemuan Serius dengan 28 Ormas Islam

Jakarta — 1miliarsantri.nret : Direktorat Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag menggelar pertemuan dengan 28 perwakilan organisasi masyarakat (ormas) Islam. Pertemuan berlangsung di Auditorium H.M. Rasjidi, Kementerian Agama, Jakarta Pusat. Giat ini mengusung tema “Pertemuan Pimpinan Ormas Islam dan Fasilitasi Lembaga Keagamaan Islam Tingkat Pusat”. Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin mengatakan, pertemuan ini bertujuan mempererat sinergi antara pemerintah dan ormas dalam menjaga keberagaman. Kamaruddin Amin, mengapresiasi kontribusi ormas Islam dalam merawat keberagaman Indonesia. Ia menilai ormas tidak hanya menjaga nilai-nilai agama, tetapi juga membina harmoni sosial. “Kita semua diberi kesempatan untuk berkhidmat dan mengabdikan diri. Atas nama pemerintah, saya mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan memberi apresiasi setinggi-tingginya atas khidmat bapak/ibu sekalian kepada bangsa dan negara,” ujar Kamaruddin. Kamaruddin juga menegaskan pentingnya kolaborasi untuk menjaga kerukunan beragama dan stabilitas nasional. “Terjaganya keharmonisan sehingga masyarakat dapat menjalankan agama masing-masing dengan baik tidak lepas dari kerja sama solid antara pemerintah dan masyarakat. Ini adalah pekerjaan luar biasa,” tuturnya. Ia menambahkan, komunitas keagamaan di Indonesia menjadi aset berharga dalam menjaga harmoni sosial. “Hubungan baik antara agama, pemerintah, dan masyarakat telah menciptakan stabilitas yang tidak kalah dibandingkan negara lain,” jelasnya. Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, menyebut pertemuan ini menjadi momentum penting memperkuat hubungan antara lembaga keagamaan dan pemerintah. “Kegiatan ini tidak hanya membahas keberagaman, tetapi juga merumuskan langkah konkret untuk menjaga keharmonisan sosial dan keindonesiaan,” ungkapnya. Zayadi menambahkan, pada 2025, Kemenag akan memperkenalkan model kerja sama berbasis prestasi untuk meningkatkan kontribusi ormas Islam. “Kami berharap model ini dapat memperkuat kedamaian dan keberagaman di Indonesia,” katanya. Berikut daftar 28 ormas Islam yang hadir: (wink) Baca juga :

Read More

3 Fase Tazkiyatun Nafs Menurut Said Hawwa

Jakarta — 1miliarsantri.net : Gagasan Said Hawwa tentang keteguhan jiwa (nafs) dapat dikatakan lebih dikenal luas. Karyanya, Tarbiyatuna ar-Ruhiyah, mengeksplorasi lebih jauh pemikiran Imam Ghazali tentang jiwa. Menurutnya, jiwa manusia dapat dibagi dalam tiga keadaan, yakni an-nafs al-muthmainnah, an-nafs al-lawwamah, dan an-nafs laammarat bis su`. Penjelasan keadaan pertama merujuk pada Alquran surah al-Fajr ayat 27-30. Jiwa yang tenang (an-nafs al-muthma`innah) bertujuan pada ridha Allah SWT. Caranya melalui keikutsertaan pada golongan kebaikan. Bila menjauh dari golongan ini, (jiwa) seseorang akan merasa resah. Sementara itu, jiwa yang amat menyesali diri sendiri (an-nafs al-lawwamah)—seperti diilustrasikan dalam surah al-Qiyamah ayat 2. Munculnya keadaan ini yakni ketika seseorang rentan terhadap hawa nafsu, sehingga lalai dari perintah Tuhannya. Jiwa yang lalai akan terperosok kepada keadaan ketiga, yakni nafsu yang selalu menyuruh pada kejahatan (an-nafs laammarat bis su), seperti disinggung dalam surah Yusuf ayat 53. Surah ini menuturkan keadaan Nabi Yusuf AS ketika terbebas dari fitnah di lingkungan istana Mesir. Putra Nabi Ya’qub AS itu terbukti tidak bersalah. Yang terjadi, justru istri penguasa Mesir yang menggoda Nabi Yusuf AS. Bagaiamanapun, seperti dijelaskan dalam tafsir ayat tersebut, Nabi Yusuf AS tidak mengklaim diri suci. Sebab, secara naluri jiwa manusia selalu condong kepada kesenangan, yakni menganggap indah keburukan dan kejahatan. Dia bersyukur Allah SWT menjaganya dari terpedaya nafsu. Hanya jiwa yang dijaga atau diberi rahmat oleh Allah SWT (“maa rahima rabbii”) yang akan dihindarkan dari kejelekan. Dengan menyadari tiga kondisi jiwa (nafs), maka dirasakan perlu adanya penyucian jiwa (tazkiyatun nafs). Menurut Said Hawwa, tazkiyatun nafs pada hakikatnya menjauhkan diri dari kemusyrikan, yakni mengakui dengan setulus hati dan sebenar-benarnya tentang keesaan Allah SWT. Tidak hanya itu, seseorang hendaknya meneladani akhlak Rasulullah SAW. Ada tiga fase yang mesti dilalui, yaitu tathahhur, tahaqquq, dan takhalluq. Tahap pertama berarti memfokuskan hati dan pikiran hanya kepada Allah SWT. Kuncinya adalah zikir, baik secara lisan, batin, maupun perbuatan. Kepaduan zikir ini digambarkan dalam surah Ali Imran ayat 191. Di dalamnya, Allah menyinggung orang-orang yang mengingat-Nya baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring. Mereka itu menyadari tanda-tanda kekuasaan Allah di langit dan bumi. Tahap kedua dapat diartikan sebagai perwujudan sifat-sifat Allah yang mulia dalam aktivitas seorang Muslim. Semboyannya adalah “Berakhlak sebagaimana akhlak Tuhan.” Misalnya, salah satu sifat Allah adalah ar-Rahmaan dan ar-Rahiim. Maka dari itu, seseorang hendaknya cenderung bersifat pengasih dan penyayang terhadap sesama. Tahap ketiga adalah membiasakan akhlak-akhlak baik ke dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah puncak perwujudan disiplin diri, sehingga jiwa cenderung pada kondisi ideal, an-nafs al-muthma`innah. Demikianlah gagasan-gagasan sang salik, Said Hawwa. (yan) Baca juga :

Read More

Ketika Umar Menyuruh Gubernur Menggembala Kambing

Jakarta — 1miliarsantri.net : Saat menjadi pemimpin, Umar bin Khattab sangat tegas mengawasi para gubernurnya di daerah-daerah. Hal itu tecermin dalam kisah berikut, sebagaimana disarikan dari buku Fatawa wa Aqdhiyah Amiril Mu`minin ‘Umar bin Khaththab karangan Muhammad ‘Abdul ‘Aziz al-Halawi. Untuk diketahui, Khalifah Umar bin Khattab apabila hendak mengangkat seorang gubernur, akan mengambil sumpah jabatan. Prosesi itu dilakukannya di hadapan orang-orang Anshar serta para sahabat Nabi Muhammad SAW lainnya. Ada sedikitnya empat perkara yang selalu disebutkan dalam teks sumpah jabatan. Pertama, hendaknya seorang gubernur tidak menunggangi kuda pengangkut barang-barang berat. Ini bermakna bahwa seorang pemimpin tidak akan memamerkan harta miliknya. Kedua, seorang gubernur tidak memakai baju berbahan kain halus. Ini bermakna seorang pemimpin tidak tampil bermewah-mewahan. Ketiga, tidak makan roti putih. Artinya, seorang gubernur lebih mengutamakan perut rakyat daripada diri sendiri. Terakhir, seorang gubernur tidak boleh menutup pintu rumahnya. Ini berarti ia mesti siap melayani kebutuhan rakyatnya. Hal lainnya adalah, Umar juga melarang seorang gubernur memiliki ajudan. Alkisah, Umar bin Khattab sedang berjalan-jalan di Madinah usai melantik seorang pejabat. Tiba-tiba, seorang pria berlari mendatanginya. “Wahai Amirul mukminin! Benarkah keempat syarat itu bisa menyelamatkan Tuan dari siksa Allah, sedangkan gubernur Tuan sendiri di Mesir telah memakai baju bagus dan mengangkat ajudan?” Khalifah Umar terkejut mendengar keterangan pria ini. Segera, ia memanggil kurir negara, Muhammad bin Maslamah. Tujuannya untuk menyelidiki, benarkah Ayyadh bin Ghanam selaku gubernur Mesir berperangai seperti dideskripsikan pria Madinah ini. “Pergilah ke tempat Ayyadh. Bawalah dia kepadaku dalam keadaan persis sebagaimana engkau saksikan dia ketika bertemu,” demikian perintah Umar kepada si kurir. Berangkatlah Muhammad bin Maslamah ke Mesir. Beberapa waktu lamanya, ia pun sampai di kediaman sang gubernur, Ayyadh bin Ghanam. Ternyata, Ayyadh memang berpenampilan mewah.Bukan hanya soal pakaian. Kini, gubernur Mesir itu mempekerjakan seorang ajudan pribadi. Sang gubernur menyambut Muhammad bin Maslamah dengan baik. Tanpa berbasa-basi, sang kurir menyampaikan maksud kedatangannya. “Wahai, Gubernur Ayyadh. Engkau dipanggil Khalifah Umar ke Madinah,” kata Muhammad. “Baiklah. Tetapi, saya minta waktu sebentar untuk ganti baju,” jawab Ayyadh bin Ghanam. “Tidak perlu. Ikutlah denganku sekarang, sebagaimana aku mendapatimu saat bertemu ini,” kata Muhammad. Dengan sedikit bertanya-tanya, sang gubernur pun menyanggupi. Keduanya berangkat ke Madinah untuk menemui Khalifah Umar. Sampai di tujuan, mereka menghadap sang amirul mukminin. Demi melihat gubernur Mesir ini, pandangan mata Umar menahan amarah. Wajahnya memerah, menyiratkan perasaan tidak suka. “Lepas baju itu!” perintah Khalifah Umar kepada Ayyadh bin Ghanam. Kemudian, Umar menyuruh Muhammad untuk mengambilkan sebuah jubah yang terbuat dari bulu hewan ternak. Tidak hanya itu, sang khalifah juga menginstruksikannya mengumpulkan sekawanan kambing serta sebatang tongkat. Semua itu lalu diberikannya kepada gubernur Mesir ini. “Pakailah baju bulu ternak ini. Ambil tongkat ini. Kemudian, pulanglah ke Mesir dengan menggembalakan kambing-kambing ini! Dan berilah minum kepada orang-orang yang kau temui di jalan!” demikian perintah Umar kepada Ayyadh bin Ghanam. “B-baik, ya Amirul mukminin,” jawab sang gubernur. Di pintu keluar, Ayyadh terdengar menggerutu: “Sungguh, saya lebih baik mati daripada tampil begini.” Mendengar gerutuannya, Khalifah Umar dengan keras berkata, “Mengapa engkau tidak senang dengan pekerjaan seperti ini? Ayahmu dahulu dikenal sebagai ghanam karena ia menggembala kambing. Tahukah engkau? Apa kau kini merasa lebih baik daripada ayahmu!?” Sejak peristiwa ini, sosok Ayyadh bin Ghanam berubah drastis. Pribadinya kemudian menjadi sangat tawaduk. Ia menjadi gubernur yang dicintai rakyat Mesir. (jeha) Baca juga :

Read More

PBNU Tegaskan Aksi Miftah Maulana Bukan Guyonan Ala Santri

Jakarta — 1miliarsantri.net : Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Media, IT & Advokasi, Mohamad Syafi’ Alielha atau dikenal Savic Ali, ikut menanggapi viralnya perilaku Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah belakangan ini. Savic Ali menegaskan aksi Miftah Maulana yang menyebut seorang penjual es teh dengan umpatan “goblok” dan melecehkan seniwati senior Suyati atau Yati Pesek, bukan guyonan ala santri. Savic Ali menambahkan, perilaku Miftah Maulana tersebut bahkan dapat mencoreng nama besar Nahdlatul Ulama (NU). “Guyonan Kang Miftah itu bukan guyonan (ala) santri. Apalagi yg rekaman ama Bu Yati. Jelas menjadi masalah buat NU jika diterus-terusin,” cuit Savic lewat akun X, @savicali, dikutip Rabu (18/12/2024). Pengasuh Pondok Pesantren Taswirul Afkar Klaten Jawa Tengah ini pun berharap, Miftah Maulana segera sadar bahwa aksinya bisa berdampak pada warga NU lainnya. “Mugo wae wonge sadar (semoga saja orangnya sadar) kalo tindakan dan omongan dia jg berdampak pada sesama warga NU yang lain,” harapnya. Menurut Savic, ceramah seorang pendakwah seharusnya menjadi tuntunan jamaah. Mirisnya, berkaca pada aksi dakwah Miftah, hal tersebut malah berubah menjadi tontonan yang disukai masyarakat. “Apa yang mestinya mjd tuntunan berubah menjadi tontonan. Sehingga cangkem elek (omongan jelek) pun disukai,” sambungnya. Membawa atribut santri, tambah Savic, apalagi seorang da’i sudah semestinya bertindak atau bicara secara hati-hati. “Membawa atribut santri apalagi dai sdh semestinya kalo bertindak ato ngomong hati-hati, bukan spt punya privilege dan tinggi diri. Enough is enough,” lanjut Savic. Diketahui, Miftah Maulana panen kecaman usai beredar video yang memperlihatkan dirinya memperolok penjual es teh di acara Magelang Bershalawat di Magelang, Jawa Tengah pada Rabu, 20 November 2024. Usai video viral tersebut, warganet terus menguliti perilaku negatif Miftah Maulana di beberapa kesempatan, salah satunya saat bersanding dengan Yati Pesek. Miftah Maulana menyebut Yati Pesek dengan kata-kata kasar seperti “bajingan” dan “lonte (pelacur)”. Banjir kecaman dan desakan publik atas perilakunya yang viral, Miftah Maulana Habiburrahman resmi mengundurkan diri dari jabatan Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan dan Pembinaan Sarana Keagamaan pada Jumat (6/12/2024) lalu. (rid) Baca juga :

Read More