PBNU Meminta Maaf atas Kunjungan 5 Nahdliyin ke Israel

Jakarta — 1miliarsantri.net : Lima anggota organisasi Islam terbesar di Indonesia (NU) mendapat kecaman karena mengunjungi Israel dan bertemu dengan presiden Israel Isaac Herzog ketika perang di Gaza berkecamuk.

Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan vokal mengutuk serangan Israel di Gaza, sekaligus memberikan bantuan kepada Palestina.

Pemerintah Indonesia menjauhkan diri dari kunjungan lima aktivis Nahdlatul Ulama (NU) tersebut karena dianggap tidak mencerminkan sikap resmi pemerintah.

“Kementerian Luar Negeri tidak dalam posisi untuk mengomentari kunjungan tersebut, yang sama sekali tidak terkait dengan posisi resmi pemerintah Indonesia,” kata juru bicara kementerian Roy Soemirat.

Kunjungan tersebut terungkap setelah seorang peserta, ulama NU Zainul Maarif, berbagi foto grup dengan Herzog di Instagram pada tanggal 7 Juli, yang memicu gelombang kecaman yang memaksanya untuk menonaktifkan bagian komentar di akunnya.

Selain Pak Zainul yang merupakan dosen filsafat Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), empat aktivis lain yang ditemui Pak Herzog adalah Pak Munawir Aziz, Ibu Nurul Bahrul Ulum, Pak Syukron Makmun, dan Ibu Izza Annafisah Dania.

Belum diketahui kapan pertemuan itu terjadi, namun dalam caption Instagram-nya, Pak Zainul mengatakan mereka berbicara tentang konflik Hamas-Israel dan hubungan Indonesia-Israel.

“Saya bukan demonstran, tapi filosof agama. Daripada berdemonstrasi di jalan dan memboikot, saya lebih memilih berdiskusi dan mengutarakan gagasan,” tulisnya.

Menurut ulama NU Nadirsyah Hosen, program kunjungan ulama Indonesia ke Israel sudah berjalan bertahun-tahun namun cenderung menimbulkan kontroversi setiap kali perjalanannya diketahui publik.

Pada tahun 2018, misalnya, tokoh NU Yahya Cholil Staquf dikritik karena bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dia adalah Ketua Umum NU saat ini setelah terpilih pada tahun 2021.

Kunjungan terakhir kelima aktivis tersebut dikatakan dalam kapasitas pribadi mereka, namun para pemimpin NU dan Islam di Indonesia mengatakan mereka seharusnya tahu lebih baik.

Meskipun mereka diundang secara pribadi melalui jaringan alumni Harvard untuk tujuan akademis dan startup, menurut Dr Nadirsyah, afiliasi mereka dengan NU akan menjadi alasan utama mereka diundang.

“Kalau mereka hanya ‘aktivis dan cendekiawan’, saya yakin mereka tidak akan diundang bertemu presiden. Justru karena mereka anggota NU maka mereka diundang,” tulis Dr Nadirsyah yang juga merupakan associate professor di Melbourne Law School, di akun Instagram miliknya.

Para pemimpin dan anggota NU harus menolak undangan tersebut selama konflik di Gaza masih berlanjut, katanya.

“Yang diuntungkan (dari program kunjungan ini) hanya Israel dengan kunjungan NU,” ujarnya.

Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebuah badan yang terdiri dari para ulama terkemuka di negara itu, mengatakan mereka “sangat (menyesalkan)” kunjungan tersebut pada saat puluhan ribu warga Palestina telah dibunuh oleh Israel.

Ketua NU Syafi Alielha mengatakan pertemuan tersebut menunjukkan kurangnya pemahaman mengenai kondisi geopolitik dan kebijakan NU, dan menambahkan bahwa pertemuan tersebut tidak mewakili organisasi tersebut.

“Kami tidak tahu apa tujuannya dan siapa yang mensponsorinya. Ini tindakan yang patut disesalkan,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dimuat di situs NU, Minggu (14/7/2024).

Sekjen NU Saifullah Yusuf keesokan harinya mengatakan NU sedang meminta klarifikasi dan akan memanggil kelima aktivis tersebut untuk dimintai penjelasan.

Jika terbukti melanggar salah satu prinsip organisasi, mereka dapat diberhentikan dari jabatannya di NU, katanya.

Unusia juga mengatakan akan mengadakan sidang etik terhadap Zainul dan mengatakan kunjungan kelompok tersebut telah merusak reputasinya. “Unusia mendukung penuh kemerdekaan Palestina dan mengutuk keras praktik genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina yang masih berlangsung,” demikian pernyataan universitas tersebut.

Didirikan pada tahun 1926, NU mengusung aliran Islam moderat dan memiliki sekitar 91,2 juta anggota, berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri Indonesia tahun 2019. Organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah, memiliki sekitar 60 juta anggota.

Ini bukan pertama kalinya isu terkait Israel memicu kemarahan di Indonesia di tengah perang di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.000 orang, menurut otoritas kesehatan setempat.

Pada bulan April, Kementerian Luar Negeri Indonesia menolak laporan media yang menyatakan bahwa negara tersebut akan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel dengan imbalan keanggotaan di Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).

(wink)

Baca juga :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *