Jejak Langkah Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik

Gresik – 1miliarsantri.net : Diantara deretan nama-nama para Waliyyullah (Wali Songo) penyebar agama Islam di Pulau Jawa, Syekh Maulana Malik Ibrahim merupakan wali senior di antara para Wali Songo lainnya. Meski bukan orang Islam pertama yang datang ke Jawa, Syekh Maulana Malik Ibrahim boleh dikata sebagai pelopor penyebar Islam di tanah Jawa.
Syekh Maulana Malik Ibrahim yang juga dikenal dengan sebutan Syekh Maghribi tiba di Desa Leran, Gresik, Jawa Timur pada 1404 Masehi. Asal-usul Syekh Maulana Malik Ibrahim ada yang mengatakan berasal dari Arab. Tapi, juga ada yang menyampaikan berasal dari Gujarat, India.
Syekh Maulana Malik Ibrahim berdakwah melalui perdagangan dan pendidikan pesantren. Pada awalnya, ia berdagang di tempat terbuka dekat pelabuhan agar masyarakat tidak kaget dengan ajaran baru yang dibawanya.
Selain itu, Syekh Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara bercocok tanam kepada masyarakat kelas bawah yang selama ini dipandang sebelah mata oleh ajaran Hindu. Karena strategi dakwah inilah, ajaran agama Islam secara berangsur-angsur diterima oleh masyarakat setempat.
Pada suatu hari, Syekh Maulana Malik Ibrahim dan muridnya berkeliling kampung untuk melihat dari dekat keadaan penduduk sekitar pesantren. Saat tiba di pinggir lapangan, Syekh Maulana Malik Ibrahim terkejut menyaksikan dua orang pemuda yang saling memukul.
Kedua pemuda itu, dengan dikelilingi penduduk setempat terus saja saling memukul, hingga akhirnya pingsan lah keduanya. Setelah kedua pemuda itu disingkirkan dari arena perkelahian, tiba-tiba seorang ketua adat dengan angkuhnya maju di tengah kerumunan penduduk. Tangan kanannya mengacungkan sebilah keris dan mulutnya komat-kamit membaca mantra.
Setelah diselidiki, rupanya sang ketua adat itu hendak membunuh seorang gadis remaja sebagai persembahan kepada dewa hujan.
“Hentikan …..!” kata Syekh Maulana Malik Ibrahim melerai.
Agaknya mereka tidak mendengarkan kata yang diucapkan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Bahkan para penduduk semakin kuat memegangi sang gadis yang hendak mereka korbankan. Gadis itu pun meronta dan menjerit ketakutan.
Apa yang kisanak kehendaki dengan mempersembahkan gadis yang tak berdosa ini?” suara Syekh Maulana Malik Ibrahim kembali terdengar.
Mereka pun menoleh ke arah Syekh Maulana Malik Ibrahim.
“Kami mengharapkan hujan,” serentak mereka menjawab.
“Untuk itukah kisanak hendak mengorbankan gadis sebagai persembahan?” kata Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Merasa dihalangi maksudnya, ketua adat marah dan memerintahkan kedua orang kepercayaannya untuk mengusir Syekh Maulana Malik Ibrahim. Kedua suruhan itu bangkit hendak menendangnya.
Tapi yang terjadi, sungguh di luar dugaan. Kedua orang itu berdiri kaku bagaikan patung.
Menyaksikan peristiwa itu, mereka mulai memperhatikan ucapan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Mereka memang sangat mengharapkan hujan.
Lepaskan dulu gadis itu, dan setelahnya baru kami akan memohon hujan kepada Allah,” pinta Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Singkat cerita Syekh Maulana Malik Ibrahim dan muridnya melakukan sholat istisqa (sholat minta hujan). Selang beberapa waktu, hujan turun dengan derasnya.
Para penduduk yang hadir bersorak kegirangan. Hanya ketua adat dan kedua orang suruhannya yang nampak tercengang.
“Sihir….. jangan Anda percaya…..semua ini adalah sihir…..” kata ketua adat kepada para penduduk.
Tak ada penduduk yang memperhatikan ucapan ketua adat. Mereka sudah tertarik terhadap Syekh Maulana Malik Ibrahim. Dan mereka mulai belajar Islam dari Maulana Malik Ibrahim. (jal)