Inses di Jaman Nabi Adam

Surabaya – 1miliarsantri.net : Inses atau perkawinan sedarah adalah haram hukumnya dalam Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surat An Nisa ayat 23:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَٰتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَٰتُكُمْ وَعَمَّٰتُكُمْ وَخَٰلَٰتُكُمْ وَبَنَاتُ ٱلْأَخِ وَبَنَاتُ ٱلْأُخْتِ وَأُمَّهَٰتُكُمُ ٱلَّٰتِىٓ أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَٰتُكُم مِّنَ ٱلرَّضَٰعَةِ وَأُمَّهَٰتُ نِسَآئِكُمْ وَرَبَٰٓئِبُكُمُ ٱلَّٰتِى فِى حُجُورِكُم مِّن نِّسَآئِكُمُ ٱلَّٰتِى دَخَلْتُم بِهِنَّ فَإِن لَّمْ تَكُونُوا۟ دَخَلْتُم بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلَٰٓئِلُ أَبْنَآئِكُمُ ٱلَّذِينَ مِنْ أَصْلَٰبِكُمْ وَأَن تَجْمَعُوا۟ بَيْنَ ٱلْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Tetapi pada zaman nabi Adam, perkawinan sedarah belum dilarang. Justru Allah SWT memerintahkan nabi Adam menikahkan anak-anaknya yang satu dengan yang lain. Hal ini bertujuan memperbanyak keturunan.
Dalam tafsir al Mizan, at Thaba’thaba’i menjelaskan bahwa pada waktu itu karena hukum larangan pernikahan saudara sedarah atau kandung belum diturunkan, mau tak mau pernikahan dilakukan sesama saudara. Generasi manusia tidak dapat dipertahankan dan lestari kecuali melalui jalan ini.
Dalam Qashah al Anbiyaa’, Ibnu Katsir memaparkan setiap kali istri nabi Adam yakni Hawa mengandung, ia melahirkan dua anak kembar, laki-laki dan perempuan. Allah SWT memerintahkan nabi Adam untuk menikahkan anak laki-lakinya dengan putri dari kembaran anak laki-laki yang lain, dan seterusnya.
Dijelaskan Ibnu Katsir bahwa ini berarti Allah telah memberikan petunjuk agar manusia terus melanjutkan keturunannya. Namun, dalam kasus Nabi Adam ini, yang dibolehkan adalah pernikahan silang, bukan dengan saudara kembar yang lahirnya bersamaan dengannya. Atau tidak dihalalkan menikah dengan saudara kembarnya sendiri.
Makin bertambahnya jumlah manusia, pilihan antara laki-laki dan perempuan pun makin banyak. Hingga kemudian pernikahan sesama saudara pun tidak dibenarkan, bahkan pernikahan sesama saudara sepersusuan.
Dalam Sirah Nabawiyah setelah nabi Adam dan Hawa diturunkan ke bumi, Allah mengaruniakan dua putra dan dua putri. Yaitu Qabil yang lahir dengan saudara kembarnya bernama Iqlimiya atau iqlima, dan Habil yang lahir bersama saudara kembarnya bernama Layudza atau Labuda.
Lalu setelah anak-anaknya itu besar, Allah memerintahkan nabi Adam untuk menikahkan putra dan putrinya secara silang. Qabil dengan Layudza dan dan Habil dengan Iqlimiya.
Tetapi Qabil tidak bisa menerima perintah ini. Ia menginginkan menikah dengan saudara kembarnya yang lahir bersamaan dengannya yakni Iqlimiya sebab memiliki paras yang lebih cantik dari Layudza.
Dalam kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Syekh Syamsuddin al-Qurthubi menjelaskan penolakan Qabil yang mengatakan bahwa dirinya lebih berhak terhadap Iqlimiya.
قال قابيل أنا أحق بأختي
Artinya, “Qabil berkata, saya lebih berhak dengan saudara perempuanku.”
Lalu nabi Adam pun memerintahkan keduanya berqurban, siapa yang qurbannya diterima, maka berhak mendapatkan Iqlimiya.
فقال آدم فقربا قربانا فأيكما يقبل قربانه فهو أحق بالفضل
Artinya, “Nabi Adam berkata, (lakukankalah) dengan qurban. Siapa saja yang kurbannya diterima (oleh Allah), dia lebih berhak untuk mendapatkan yang baik (Iqlimiya).”
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Fiqhul Islami wa Adillatuh menjelaskan Qabil yang seorang petani mengurbankan hasil panennya yang paling jelek dan buruk. Sedangkan Habil yang seorang peternak mengurbankan kambing terbaiknya. Alhasil qurban Habil pun yang diterima Allah SWT.
Qabil pun semakin membenci Habil hingga kemudian berencana membunuhnya. Syekh Abdul Haq bin ‘Athiyah al-Andalusi dalam Tafsir Ibnu ‘Athiyah menjelaskan upaya pembunuhan terhadap Habil pun terlaksana ketika nabi Adam melakukan ibadah haji ke Baitullah al-Haram. Qabil berhasil membunuh adiknya yakni Habil.
Allah SWT mengkaruniakan banyak anak kepada nabi Adam. Mereka pun dinikahkan dengan saudara-saudaranya.
Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam tarikhnya juga pendapat Ibnu Ishaq menyebut bahwa nabi Adam dan Hawa melahirkan 40 anak dengan dua puluh kali kehamilan. Di antara anak nabi Adam yang diketahui adalah bernama Qabil, Abdullah, Cayn, Ashut, Habil, Tawbah, Syith, Ayad, Balagh, Athati, Darabi, Hadaz, Sandal, Baraq, Wadd, Suwa, Yaguth, Yahus, Ya’uq, dan Nasr.
Sementara itu Syits disebutkan menikah dengan Hazura. Syits kemudian diangkat Allah SWT menjadi nabi. Kepada garis Syits tersambung garis keturunan para nabi-nabi hingga nabi Muhammad SAW. (har)