Renungan Peristiwa G30S/PKI di Ma’had Darul Hijrah Salam: Santri Kokoh, Banteng Penjaga Islam dari Bahaya Laten Komunis

Pasuruan – 1miliarsantri.net : Suasana malam di Pondok Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah terasa berbeda pada Sabtu (26/09). Ratusan santri berkumpul di lapangan utama pondok untuk mengikuti rangkaian peringatan tragedi kelam G30S/PKI, sebuah momentum yang selalu diperingati bangsa Indonesia sebagai pengingat akan bahaya laten kaum komunis.
Malam hari itu ba’da Isya’ lapangan utama pondok penuh dengan seluruh santri Darul Hijrah Salam, mulai dari santri MA maupun MTS. Mereka sudah berbaris rapi dengan seragam kepanduan mereka masing-masing, warna biru untuk MA dan oranye untuk MTs.
OSDHA dan mudabbir seakan-akan menjadi tokoh utama pada malam hari itu. Mereka menyiapkan semua kebutuhan acara dari awal sampai akhir, bahkan sampai hal-hal kecil sekalipun, walaupun acara yang diadakan begitu sederhana tapi sudah cukup untuk menyentuh hati para santri.
Ditambah lagi dengan adanya tausiyah yang disampaikan oleh akhinaa Maharsi Martina Nurcahyo Sudaryo selaku musyrif pengabdian di tahun ini. Seolah mengingatkan kembali kejadian terkutuk di tahun 1965 yang merengut nyawa putra-putra terbaik bangsa Indonesia oleh pemberontak G30S/PKI. Gerakan itu bukan hanya ancaman terhadap stabilitas negara, tetapi juga terhadap agama. Terutama Islam yang sejak awal ditolak oleh ideologis komunis yang cenderung anti-Tuhan.
Penyampaian Tausiah yang Berlangsung Khidmat

Tausiyah yang disampaikan begitu tegas yang dapat membakar semangat muda para santri. Mulai dari sejarah bagaimana pengkhianat bangsa itu bisa hadir di tanah air, sampai pernyataan bahwa mereka tidak akan pernah bisa berdampingan bersama bangsa Indonesia. Karena kepercayaan mereka yang tak bertuhan, tidak akan pernah selaras dengan sila pertama yakni: Ketuhanan Yang Maha Esa, apalagi selaras dengan agama Islam.
“Komunis bukan hanya sebuah ideologi, tetapi ancaman yang berusaha menghapus nilai agama dan budaya bangsa. Santri harus menjadi benteng agar sejarah kelam itu tidak terulang,” tegas beliau.
Baca juga : Semangat Juang 45 Tersulut dalam Lomba Agustusan Santri Darul Hijrah Salam
Pada masa itu, banyak pesantren dan santri ikut berdiri di garda depan untuk mempertahankan keutuhan bangsa, sekaligus menjaga akidah umat agar tidak terpengaruh paham yang menyesatkan. Kaum komunis sangat membenci umat beragama, terutama umat muslim karena para santri dan umat muslim secara keseluruhan merupakan kontributor terbesar saat masa Pra-Kemerdekaan.
Bagaimana bisa mereka mengambil alih bangsa ini sedangkan benteng terkuatnya belum bisa dirobohkan? Maka dari itu mereka sering sekali bergesekan, bahkan tak jarang membantai umat muslim terutama di pondok-pondok pesantren.
“…. Justru itu kita para santri adalah benteng terakhir umat Islam kita seharusnya bisa berkostribusi pada negeri, kita tidak boleh kalah dengan orang-orang di luaran sana. Kita harus mengembalikan keperkasaan santri, mengembalikan kejayaan Islam serta membuktikan Islam adalah rahmatan lil-‘alamin,” demikian orasi yang disampaikan akhinaa Arsyi menutup tausiyah.
Acara Inti Pemutaran Film Dokumenter G30S/PKI

Setelah dibakar semangatnya, kini para santri menonton film dokumenter G30S/PKI. Bersama-sama mereka menyaksikan betapa kejamnya kaum komunis kepada bangsa mereka sendiri. Walaupun film dokumenter G30S/PKI selalu diputar setiap tahunnya, tetap saja memberikan atmosfer yang sama, yakni atmosfer mencekam dan tragis. Terlebih saat di-scene aksi penculikan dan pembunuhan 7 (tujuh) Jenderal AD, hingga akhirnya ditemukan jenazahnya di dalam sumur maut lubang buaya, Cipayung, Jakarta Timur.
Tatkala berakhir film tersebut, para santri diarahkan untuk pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat tahajjud dan kemudian dilanjutkan berdoa bersama untuk keselamatan bangsa. Mereka tak melupakan dengan rutinitas itu, mau sesibuk apapun kegiatan yang diberikan, dan memang sudah seharusnya untuk selalu mengingat Allah, kapanpun dan dimanapun mereka berada.
Baca juga : Kemeriahan Rangkaian Kegiatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 di Ma’had Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah Salam
Acara ini bukan sekadar mengenang kekejaman PKI, tetapi juga menghormati darah para syuhada, ulama, santri, dan rakyat yang gugur dalam mempertahankan iman dan tanah air. Setiap tetes darah mereka adalah saksi bahwa Indonesia berdiri di atas pengorbanan besar umat. Tragedi G30S/PKI mengingatkan kita betapa rapuhnya bangsa jika aqidah dan persatuan dilemahkan oleh ideologi sesat.
Peringatan ini menjadi pengingat bagi generasi sekarang, khususnya para santri, bahwa tugas mereka tidak berhenti pada menuntut ilmu, tetapi juga menjaga aqidah, persatuan, dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pesan utamanya adalah sejarah harus selalu diingat, agar pengkhianatan serupa tidak pernah terulang, dan agar semangat perjuangan terus hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya.(**)
Kontributor Santri : Istiqfaril Akbar Hidayatullah
Editor : Iffah Faridatul Hasanah dan Toto Budiman
Foto : Dokumentasi Tim Media OSDHA
Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.