Kemeriahan Rangkaian Kegiatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 di Ma’had Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah Salam

Pasuruan – 1miliarsantri.net : Suasana malam kemeriahan rangkaian kegiatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 di Ma’had Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah Salam berlangsung khidmat. Setelah waktu Isya’, halaman pondok berubah menjadi panggung semangat kebangsaan rangkaian kegiatan HUT Kemerdekaan RI. Seluruh santri berkumpul bersama para asatidz, untuk menyaksikan rangkaian acara penutup lomba sekaligus pentas seni dan drama bertema perjuangan kemerdekaan.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan Agustusan yang telah dimulai sejak 9 Agustus dengan berbagai lomba internal santri. Malam puncak tanggal 16 Agustus dirancang tidak hanya sebagai hiburan, melainkan juga sebagai momentum refleksi bagi para santri untuk memahami kembali makna kemerdekaan dan perjuangan.
Rangkaian acara dibuka dengan penampilan pentas seni beragam aliran bela diri. Sejumlah santri berbakat tampil percaya diri di depan ratusan pasang mata. Mulai kobujutsu dengan teknik toya dan double stick, pencak silat IPSI dan Tapak Suci yang penuh kekuatan dan kearifan lokal, serta taekwondo dari bela diri asal Korea yang dikenal dengan tendangan cepat dan akurat.

Setiap gerakan dipadukan dengan soundtrack latar yang mengiringi, sehingga memberi nuansa heroik, menegangkan sekaligus membangkitkan semangat perjuangan. Para penonton pun larut, bersorak takbir setiap kali aksi spektakuler ditampilkan.
Pentas seni ini tidak hanya menjadi wadah unjuk keterampilan dan kekuatan semata, tetapi juga simbol disiplin, sportivitas, dan kerja keras, serta nilai-nilai kebaikan yang diwariskan para pahlawan bangsa.
Malam Puncak Kemerdekaan Menampilkan Pentas Seni
Setelah panggung dipenuhi energi bela diri, suasana berubah menjadi lebih dramatis. Santri kelas XI, dengan dukungan beberapa santri kelas XII, mempersembahkan sebuah drama bertema perjuangan melawan penjajahan. Kisah dimulai dengan gambaran kehidupan rakyat desa yang tertekan oleh pajak berat, dilanjutkan dengan memanasnya konflik akibat penindasan penjajah, hingga berujung pada pertumpahan darah.
Puncaknya, para tokoh dalam drama berhasil mengangkat semangat rakyat untuk bangkit melawan. Dengan pengorbanan dan kebersamaan, mereka meraih hak kemerdekaan yang diakhiri dengan dramatis juga menyentuh hati serta pembacaan naskah kemerdekaan yang menggertarkan ruh-ruh pendengarnya.

Setiap plot dalam drama diiringi dengan soundtrack yang sesuai, sehingga menambah kesan hidup dan emosional. Penonton pun terbawa suasana, seolah kembali menyaksikan potongan sejarah perjuangan bangsa.
Drama ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan media edukasi bagi para santri untuk meresapi betapa ‘mahalnya’ harga kemerdekaan yang kini mereka nikmati. Pesan moral yang disampaikan jelas, kemerdekaan adalah hasil dari darah, air mata, dan pengorbanan, yang harus dijaga dengan iman, ilmu, dan amal.
Menjelang akhir, acara ditutup dengan tausiyah singkat seputar makna kemerdekaan, doa bersama yang khusyuk, serta sesi makan bersama seluruh santri. Malam itu, kebersamaan terasa erat, seolah meneguhkan bahwa semangat kemerdekaan bukan hanya warisan, melainkan nilai yang harus terus dijaga.
Puncak Peringatan Kemerdekaan Dengan Melaksanakan Upacara Bendera
Pagi harinya setelah tausiyah rutin ba’dah subuh, para santri kembali bersiap untuk agenda puncak peringatan, yakni upacara bendera kemerdekaan. Tepat pukul 07.30 WIB, lapangan utama pondok dipenuhi barisan santri yang berdiri rapi. Sebelum itu, seluruh peserta melaksanakan gladi bersih singkat untuk memastikan setiap rangkaian berjalan khidmat.

Upacara berlangsung dengan pembacaan susunan acara oleh MC, yakni Baltazar Farshad, dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih yang diiringi lantunan lagu Indonesia Raya. Suasana hening, penuh hormat, menandai betapa besar cinta tanah air tertanam dalam jiwa para santri.
Rangkaian upacara berlanjut dengan pembacaan Undang-Undang Dasar 1945 dan teks Proklamasi Kemerdekaan yang menggetarkan jiwa, oleh Sulthan Fatih dan Maqdis Daromi. Kedua momen ini mengingatkan kembali betapa berat perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan bangsa.
Puncak acara terasa saat pembina upacara, Ustadz Wisnu Aditomo, menyampaikan amanat. Dalam pesannya, beliau menegaskan bahwa santri bukan hanya pewaris ilmu agama, tetapi juga garda depan dalam menjaga persatuan bangsa. Nilai-nilai kedisiplinan, ukhuwah, dan pengorbanan harus terus dipupuk agar santri siap berkontribusi bagi umat dan negara.
Upacara ditutup dengan doa syahdu yang dipimpin oleh Muzakki Faqih dan dipanjatkan untuk para pahlawan bangsa, negeri Indonesia, serta tak lupa saudara-saudara kita di Palestina, juga keberkahan bagi pondok.

Setelah upacara usai, suasana kembali meriah dengan sesi pembagian hadiah perlombaan. Ketua OSDHA sekaligus ketua panitia, Nebuchad Nezar El-Faix, secara langsung mengumumkan pemenang lomba serta menyerahkan penghargaan kepada para pemenang lomba. Wajah-wajah santri tampak ceria disambut gemaan takbir merasa perjuangan mereka dalam perlombaan menjadi simbol kecil dari perjuangan besar bangsa ini.

Dengan selesainya acara pembagian hadiah, berakhirlah seluruh rangkaian kegiatan peringatan HUT RI ke-80 di Pondok Pesantren Darul Hijrah. Meski sederhana, acara ini meninggalkan kesan mendalam, bahwa santri Darul Hijrah tidak hanya berjuang dalam menuntut ilmu agama, tetapi juga meneladani semangat juang para pahlawan dalam menjaga kemerdekaan.(**)
Kontributor Santri : Muzakki Faqih
Editor : Toto Budiman dan Iffah Faridatul Hasanah
Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.