Prasasti Tertua Berbahasa Arab Ditemukan

Makkah – 1miliarsantri.net : Komisi Warisan Arab Saudi mengumumkan penemuan salah satu prasasti tertua bahasa Arab di negara kerajaan tersebut. Prasasti itu ditemukan saat melakukan survei. Prasasti itu ditetapkan sebagai prasasti keenam tertua yang ditemukan hingga saat ini. Prasasti ini ditemukan di gunung Al-Haqqan di dalam daerah kebudayaan Hima di wilayah Najran. Prasasti ini telah ada jauh sebelum kebangkitan Islam atau 191 tahun sebelum Nabi Muhammad lahir. Nabi Muhammad lahir sekitar tahun 571 Masehi. Prasasti itu ditulis oleh seorang pedagang Arab bernama Ka’b bin Amr bin Abdul Manat sekitar tahun 380 Masehi. Ka’b menulis prasasti itu dalam perjalanan kembali ke kampung halamannya di barat laut Semenanjung Arabia. Dia mencatat dan menyegel prasasti Arab tersebut dengan tanggal pembuatannya menggunakan simbol penanggalan Nabataean dengan nilai numerik. Penemuan prasasti Al-Haqqan ini merupakan temuan bersejarah yang sangat penting, menambah koleksi tulisan Arab awal yang ditemukan sebelum kebangkitan Islam. Ini juga menunjukkan tahap penting perkembangan penulisan Arab. Arab Saudi juga memiliki prasasti yang lebih tua yang ditemukan di sejumlah wilayah seperti Al Ula, Jouf, dan Tabuk. Daerah kebudayaan Hima di mana prasasti terbaru ini ditemukan merupakan museum terbuka yang sangat luas di mana banyak ditemukan prasasti kuno dan kuburan. Hima ditetapkan sebagai situs warisan budaya dunia UNESCO dan salah satu situs arkeologi penting di Najran. Area ini memiliki luas sekitar 557 kilometer persegi dan berisi gua-gua, gunung dengan seni ukiran batu, dan ribuan prasasti. (ham)

Read More

Buya Yahya : Perbedaan Fungsi Masjid Ketika Jaman Sahabat Dengan Kondisi Saat Ini

Jakarta – 1miliarsantri.net : Masjid merupakan tempat suci bagi umat muslim yang memiliki peran penting dalam kehidupan kaum muslimin. Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga memiliki peran sosial dan edukatif. Namun saat ini yang terjadi, perbedaan fungsi masjid pada zaman Sahabat dan masa sekarang tampak mengalami perubahan cukup signifikan. Pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah, Prof Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya), menyampaikan, fungsi masjid ketika pada zaman Sahabat, sangat luas. Masjid bukan hanya tempat untuk melaksanakan ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial dan pendidikan umat Muslim. “Dulu tidak ada pondok pesantren, tidak ada kampus, tidak ada sekolah madrasah. Semuanya dilakukan di masjid,” ucap Buya Yahya kepada 1miliarsantri.net, Selasa (20/6/2023). Masjid menjadi tempat para Sahabat menuntut ilmu, belajar agama, mengaji, dan melaksanakan salat berjamaah. Semua aktivitas ini dilakukan di dalam masjid. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah umat Muslim, kebutuhan akan aturan dan tata tertib dalam pengelolaan masjid pun meningkat. Buya Yahya menambahkan, peraturan-peraturan masjid yang ada saat ini sebenarnya bukanlah larangan syariat, tetapi lebih kepada upaya menjaga ketertiban dan kebersihan masjid. “Misalnya, adanya peraturan masjid yang melarang tidur di masjid atau membuang sampah sembarangan. Ini bukan larangan syariat, tapi hanya aturan yang dibuat untuk menjaga kebersihan dan ketertiban masjid,” ujar Buya Yahya. Namun, Buya Yahya juga memberikan pesan kepada pengurus masjid untuk membuat aturan yang masuk akal dan tidak berlebihan. Dia menekankan pentingnya menjadikan masjid sebagai tempat yang nyaman bagi jamaah. Jika terdapat jamaah yang ingin istirahat atau tidur sejenak, sebaiknya ada ruang khusus yang disediakan untuk itu, bukan tidur di ruang utama masjid. Selain itu, jamaah yang memberikan saran atau kritik terhadap peraturan masjid sebaiknya melakukannya dengan bijak dan tidak melibatkan perasaan pribadi. “Tolong jangan dipersulit urusan masjid, jangan merepotkan. Tapi di sisi lain Anda (jamaah) jangan baper di saat melihat masjid punya aturan, karena dia (pengurus) punya pengalaman sendiri-sendiri yang kadang-kadang memang bikin kesel,” tutup Buya Yahya. (wink)

Read More

Suara Merdu Putri Ariani Tak Terdengar di Televisi Saat Pembukaan Laga Indonesia vs Argentina

Jakarta – 1miliarsantri.net : Nama Putri Ariani, penyanyi yang belakangan viral karena mendapatkan Golden Buzzer di America’s Got Talent 2023, menjadi tamu dalam Pembukaan laga persahabatan FIFA Matchday Indonesia vs Argentina di GBK Senayan Jakarta, Senin (19/6/2023) malam. Sayang nya suara Putri Ariani ini tidak terdengar di layar TV. Banyak netizen yang menyayangkan tidak terdengar nya suara Putri. “ternyata suara Putri Ariani gak keluarnya cuma di TV ya, Alhamdulillah, kirain mic-nya mati tadi tu,” kata @tik***. “Parah ni, suara Putri Ariani gak kedenger, lebih gede suara musiknya,” kicau @ten***. “Tadi disayangkan banget saat penampilan Putri Ariani malam ini di SUGBK audio di lapangan tidak support, suaranya tidak terdengar bahkan tidak ada suara saat live di TV,” kata @ban***. Sebelum tampil memukau di ajang pencarian bakat America’s Got Talent (AGT) 2023, Putri Ariani juga pernah menyumbangkan lagu saat ajang Asian Para Games 2018. Putri dapat tampil di ajang Asian Para Games ketika mendapatkan tawaran dari Ketua Umum Indonesia Asian Paralympic Games 2018 Organization Committee (INAPGOC) Raja Sapta Oktohari. “Ceritanya awal tampil menyanyikan 10 lagu. Selesai tampil, di backstage Ketua Umum INAPGOC Raja Okto (dengarkan-red), dari 10 lagu ada yang suka, nawarin mau tidak isi Asian Para Games. Wah bercanda yah, karena secara Asian Para Games, waktu itu pertama dilaksanakan di Indonesia sebelumnya di Guang Zhou dan Korea, nanti ditonton jutaan,” ujar Putri saat dikutip dari akun Youtube Rukun Indonesia, Jumat (16/6/2023). Putri menyampaikan tampil di Asian Para Games 2018 seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Ia mengira hal itu seperti bercanda, ternyata dikirimkan video. “Like dream come true. Jangan-jangan ini cuma bercanda, ternyata dikirim video, ternyata beneran,” ujar dia. Perempuan kelahiran Riau ini pun akhirnya menyumbang suara saat tampil di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada ajang Asian Para Games. Putri Arianimengaku sempat gugup sekaligus senang. “Mimpi Putri jadi nyata, penontonnnya banyak. Agak sedikit tremor. Energi meluap-lupa, nervous hilang, bangga, senang, bersyukur, karena ini kesempatan tidak semua orang dapatkan,” tuturnya. Saat wawancara tersebut, Putri membagikan langkah-langkah untuk meraih kesuksesan. Empat langkah yang dilakukan perempuan yang juga hobi membaca ini dengan menemukan passion, mengerjakan apa yang disukai dan dicintai, konsisten dan mengurangi overthinking. Putri menuturkan, dirinya beruntung dapat mendapatkan passion di musik sejak muda. Ia pun melakukan apa yang disukai dan dicintainya melalui musik sehingga melakukan dengan senang. “Enggak bakal terbeban selalu enjoy, meski mood tidak baik-baik,” imbuhnya. Putri juga mengingatkan untuk konsisten mengerjakan passion dan kegiatan yang disukai. “Kalau misalkan nemu (passion-red) tapi tidak konsisten, sama saja enggak,” ujar dia. Selain itu, Putri juga berupaya untuk mengurangi overthingking dan menambah pikiran positif. “Ubah insecure jadi bersyukur, kalau sudah bersyukur akan membuat kemampuan kita meningkat,” pungkasnya. (tri)

Read More

UAH : Tempat Wudlu Harusnya Terpisah Dari Toilet

Jakarta – 1miliarsantri.net : Dalam sebuah kesempatan, pendakwah Ustad Adi Hidayat mendapatkan sebuah pertanyaan dari salah satu jamaahnya yang bertanya terkait hukum tempat wudhu menyatu dengan toilet. Melalui sebuah video yang diunggah di kanal youtube resmi Ustad Adi Hidayat, beliau menjelaskan terkait hukumnya tempat wudhu yang menyatu dengan toilet atau WC. Ustad Adi Hidayat mengatakan kalau idealnya memang tempat wudhu itu seharusnya terpisah dari toilet. Hal itu karena menurut Ustad Adi Hidayat, ketika wudhu kita menyertakan kalimat-kalimat thoyyibah yang mengiringi proses wudhu baik sebelum maupun sesudah melaksanakan wudhu. “Idealnya memang tempat wudhu itu berpisah dengan toilet. Mengapa? Karena didalam tempat wudhu itu kita juga menyertakan berbagai macam kalimat-kalimat Thoyyibah yang mengiringi proses wudhu baik sebelum maupun setelah wudhu itu dilangsungkan,” terang Ustad Adi Hidayat. “Saat berwudhu kan mengucapkan Bismillah sebagai mula kita mengerjakan segala kebaikan. Sepeti yang Nabi Muhammad SAW sabdakan, itu sebagai ekspresi ungkapan gambaran atas niat yang kita tujukan dari utuh itu kita Arahkan untuk mendapatkan ridho Allah SWT” lanjutnya. Ustad Adi Hidayat mengatakan kalau kalimat-kalimat doa dalam kebaikan ataupun menyebut asma-asma yang Allah SWT Nah itu kan umumnya tidak diutarakan saat kita berada di dalam toilet. “Karena toilet punya sifat tertentu yang sifatnya hanya untuk menyalurkan atau membuang hadas, baik yang sifatnya kecil ataupun juga besar. Dan kalimat-kalimat toyibah tidak disukai diungkapkan dalam keadaan-keadaan buruk seperti saat masuk toilet,” terang Ustad Adi Hidayat. Bila pun memang keadaannya tidak memungkinkan dan hanya ada itu dan bisa didapatkan di dalam berbagai kondisi terdesak, kondisi-kondisi demikian masih memungkinkan untuk melakukan wudhu. Bahkan tidak ada dalil yang melarang atau mengharamkan melakukan wudhu di tempat yang menyatu dengan toilet, namun sifatnya tidak disukai atau makruh. “Sifatnya tidak terlarang hanya tidak disukai, jadinya makruh sifatnya tidak haram tapi tidak disukai. Tidak disukai itu karena kita tidak bisa mengungkapkan hal-hal baik yang mungkin kita bisa lakukan ya saat kita berwudhu” “Jadi kita berdoa harus keluar dulu setelah selesai wudhu dengan baru kemudian kita bisa berdoa ataupun Bismillah hanya kita bisa ungkapkan dalam hati nggak bisa kita lafalkan,” lanjutnya. Maka dari itu Ustad Adi Hidayat menegaskan kalau dalam keadaan medesak hal tersebut diperbolehkan, karena tidak ada dalil yang mengharamkannya. Namun itu bersifat makruh karena kita tidak bisa berdoa dan melafalkan kalimat-kalimat toyibah dan hanya dibacakan di dalam hati. Jadi kalau tidak ada tempat lain dan menjadikan seseorang berwudhu misalnya menyatu dengan toilet di dalamnya ada toilet, maka kalimat-kalimat toyibah cukup dalam hati tidak perlu diungkapkan di lisan dan sempurnakan wudhu Anda lalu ketika keluar anda berdoa sebagai penutup. (akg)

Read More

Rasha al Qaseem Melawan Kedzaliman Dengan Lukisan

Jakarta – 1miliarsantri.net : Ada berbagai cara melawan kedzaliman yang tengah terjadi, terutama kedzaliman penjajah Israel yang saat ini masih terus menggempur Palestina. Rasha Al-Qasim (29) menunjukkan ke dunia tentang cara membela Palestina. Jika tak mampu melawan kezaliman penjajah Israel dengan tenaga, maka perlawanan bisa dengan skill yang dimiliki. Rasha hanyalah wanita Palestina biasa. Namun, dia punya keahlian di bidang seni lukis. Keahlian itu dia gunakan untuk melawan kezaliman penjajah Israel. Melalui kuas, dia coba menyampaikan pesan rakyat Palestina kepada seluruh dunia. Dia yakin suatu saat rakyat Palestina akan mendapatkan hak-hak. Banyak pesan yang telah disampaikan melalui lukisan. Wanita muda dari kamp Burj Al-Barajneh dekat ibu kota Lebanon, Beirut, menggunakan kuas dan bakatnya menggambar untuk menyampaikan suara rakyatnya kepada dunia. “Saya tinggal jauh dari Palestina, dan ketika peristiwa terjadi di Palestina, saya merasa ada energi dan hal-hal di dalam diri saya yang ingin saya lakukan, dan saya hanya bisa menggambar, jadi saya melukis tentang Palestina dan rakyatnya, dan konstanta rakyatnya,” ujar Rasha, Rabu (14/6/2023). Dia menolak penjajahan melalui menggambar, “dan karena kami tidak tinggal di tanah kami, kami mencoba mengerahkan seluruh energi kami untuk menyampaikan suara rakyat kami ke seluruh dunia.” Wanita muda Palestina itu tengah belajar akuntansi di Universitas Lebanon. Dia selalu menyerukan dan membela hak rakyat Palestina dan kesucian Masjid Al-Aqsa. Rasha mengambil jurusan akuntansi karena alasan ekonomi. Jurusan tersebut lebih murah ketimbang bidang seni di tingkat universitas. Kendati begitu, dia tidak menyesal dan tetap semangat menyelesaikan kuliah di tengah kesulitan ekonomi. Dia lalu mengasah bakat seni lukis di sela-sela perkuliahan. “Seni diwariskan dalam diri saya keluarga, karena ayah dan paman saya adalah pelukis,” ujarnya. “Saya mulai mengambil kursus untuk mengembangkan bakat saya dalam menggambar, dan bagaimana memberikan ekspresi dan konotasi gambar, dan tidak hanya garis di atas kertas, menjadi lebih semantik dan realistis,” imbuh Rasha. (yus)

Read More

Empat Hari Dilarang Berpuasa Dalam Bulan Dzulhijjah

Jakarta – 1miliarsantri.net : Bagi masyarakat muslim, dalam bulan Dzulhijjah terdapat empat hari dilarang puasa. Satu hari ketika hari raya idul adha, tiga hari ketika hari tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, 13. Disebut hari tasyrik karena kata tasyrik artinya terbitnya matahari. Ketika matahari terbit, orang zaman dahulu menjemur daging kurban untuk diawetkan agar menjadi dendeng, bisa dimakan untuk waktu yang lama. Imam an-Nawawi menyebutkan, وأيام التشريق ثلاثة بعد يوم النحر سميت بذلك التشريق الناس لحوم الأضاحي فيها وهو تقديدها ونشرها في الشمس Hari tasyrik disebutkan tasyrik (yang artinya: terbit) karena daging kurban dijemur dan disebar ketika itu. Dalilnya larangan puasa ketika hari raya idul adha adalah hadits dari mantan budak Ibnu Azhar, dia mengatakan bahwa dia pernah menghadiri shalat ‘ied bersama ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu. ‘Umar pun mengatakan, هَذَانِ يَوْمَانِ في رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – عن صيامهما يوم فطركُم مِن صِيَامِكُمْ ، واليوم الآخر تأكلون فيه من تشككم “Dua hari ini adalah hari yang Rasulullah larang untuk berpuasa di dalamnya yaitu Idul Fithri, hari di mana kalian berbuka dari puasa kalian. Begitu pula beliau melarang berpuasa pada hari lainnya, yaitu Idul Adha di mana kalian memakan hasil sesembelihan kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dari Abu Sa’id Al Khudri -rudhiyallahu ‘anhu-, beliau mengatakan, أن رسول الله – صلى الله عليه وسلم- تھى عن صيام يومين يَوْم الْقِطْرِ وَيَوْمِ النَّحْرِ. “Rasulullah melarang berpuasa pada dua hari yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. Muslim). Adapun larangan puasa tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah adalah sabda Rasulullah SAW: أَيَّام التشريق أَيَّام أكل وشرب “Hari-hari tasyrik adalah hari mokan dan minum.\” (HR. Muslim). Imam Nawawi memasukkan hadits ini sebagai Shahih Muslim dalam Bab “Haramnya berpuasa pada hari tasyrik”. Imam Nawawi dalam Kitab Al- Minhaj Syarh Shahih Muslim mengatakan, الثلاثة بعد يوم النحر وهي أيام التشريق ففيه أن هذه الأيام داخلة في أيام العبد وحكمه جار عليه في كثير من الأحكام لجواز التضحية وتحريم الصوم واستحباب التكبير وغير ذلك “Hari-hari tasyrik adalah tiga hari setelah Idul Adha. Hari tasyriq tersebut dimasukkan dalam hari ‘ied. Hukum yang berlaku pada hari ‘ied juga berlaku mayoritasnya pada hari tasyrik, seperti hari tasyrik memiliki kesamaan dalambwaktu pelaksanaan penyembelihan kurban, diharamkannya puasa (sebagaimana pada hari ‘ied) dan dianjurkan untuk bertakbir ketika itu.” Imam Malik, Al Auza’i, Ishaq, dan Imam Asy Syafi’i dalam salah satu pendapatnya menyatakan bahwa boleh berpuasa pada hari tasyrik pada orang yang tamattu’ jika ia tidak memperoleh al-hadyu (sembelihan kurban). Namun untuk selain mereka tetap tidak diperbolehkan untuk berpuasa ketika itu. Dalil dari pendapat ini adalah sebuah hadits dalam Shahih Bukhari dari Ibnu Umar dan “Aisyah, mereka mengatakan, أيام التشريق أن يُضمن ، إلا لِمَنْ لم يجد “Pada hari tasyrik tidak diberi keringanan. untuk berpuasa kecuali bagi orang yang tidakbmendapat al hadyu ketika itu.” (HR. Bukhari). Kenapa dilarang puasa? Ibnu Rajab dalam bukunya Lathaif al-Ma’arif menjelaskan alasan keharaman berpuasa pada hari tasyrik sebagai berikut: إنما نهي عن صيام أيام التشريق لانها أعياد للمسلمين مع يوم النحر، فلا تصام يسى ولا غيرها العلماء خلافا لعطاء في قوله: إنجمهورعندالنهي يختص بأهل مني Larangan berpuasa pada hari tasyrik karena hari tasyrik adalah hari raya umat Islam, disamping hari raya kurban. Oleh sebab itu, menurut mayoritas ulama, tidak diperbolehkan berpuasa di Mina maupun di tempat lain. Berbeda dengan pendapat Atha yang mengatakan bahwa larangan berpuasa di hari tasyrik, terkhusus bagi orang yang tinggal di Mina. Ibnu Rajab melanjutkan لما علم ما يلاقي الوافدون إلى بيته من مشاق السفر وتعب الإحرام وجهاد النفوس على قضاء المناسك شرع لهم الاستراحة عقيب ذلك بالإقامة يمنى يوم النحر وثلاثة أيام بعده وأمرهم بهم الله من بالاكل فيها من لحوم نسكهم لطفا ورأفة ورحمة Ketika orang-orang yang bertamu di rumah Allah merasa capek, karena perjalanan yang begitu berat, lelah setelah menjalankan ihram dan kesungguhan untuk melaksanakan manasik-manasik haji dan umrah, maka Allah mensyariatkan kepada mereka untuk beristirahat di Mina pada hari kurban dan tiga hari setelahnya. Allah memerintahkan mereka untuk menyantap daging sembelihan mereka, karena kasih sayang Allah kepada mereka.

Read More

Masjid Kubah Kucubung Menjadi Ikon Palangkaraya

Palangkaraya – 1miliarsantri.net : Masjid Agung Kubah Kecubung di Palangkaraya menjadi pusat perhatian masyarakat, terutama datangnya bulan suci Ramadhan. Masjid yang baru saja difungsikan ini menarik perhatian banyak orang, bukan hanya dari dalam kota sendiri, tapi juga masyarakat luar yang ingin melihat, karena masjid ini memiliki keindahan bangunan yang menakjubkan. Masjid Agung Kubah Kecubung telah menjadi salah satu ikon baru di Kota Palangkaraya. Selain keindahan bangunan, lokasi masjid yang strategis di tengah kota membuatnya mudah diakses oleh warga. Interior dan motif bangunan yang indah juga menciptakan suasana yang nyaman bagi para jamaah. Sejak difungsikannya masjid tersebut, warga selalu datang memadati untuk beribadah. Setelah itu mereka pun berswafoto dengan latar Masjid Kubah Kecubung. Dari berbagai sisi, masjid ini memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Secara tidak langsung, Masjid Kubah Kecubung menjadi lokasi religi terbaru bagi masyarakat. Meskipun pembangunan masjid belum selesai sepenuhnya, masjid ini sudah bisa dimanfaatkan secara fisik oleh masyarakat. Ke depan, bila masjid ini rampung sesuai perencanaan maka akan terlihat bangunan yang megah. Sudah barang tentu dapat menjadi kebanggaan bagi masyarakat Kota Cantik Palangka Raya, terutama dari sisi wisata religi. Masjid Agung Kubah Kecubung memang memiliki potensi untuk menjadi tempat wisata religi baru di Kota Palangka Raya. Arsitektur bangunan yang indah yang menawarkan kenyamanan menjadi alasan kuat untuk mengunjungi masjid berdaya tampung 8.000 jamaah ini. (ut)

Read More

Masjid Berkubah Pertama di Tanah Jawa

Tuban – 1miliarsantri.net : Masjid Agung Tuban menjadi salah satu masjid tua di Pulau Jawa. Konon, masjid ini menjadi masjid pertama di Jawa yang memakai kubah. Secara historis, Masjid Agung Tuban sudah ada sejak zaman Sunan Bonang, yakni sekitar tahun 1486. Masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Adipati Raden Ario Tedjo atau yang dikenal dengan Syeh Abdurrahman, bupati ke-7 Tuban (1401-1419). Sebagai bangunan tua, masjid ini ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya berdasarkan Undang-undang No.10 tahun 2011) dengan nomor induk 152. Tempat ibadah umat Islam ini sempat beberapa kali renovasi. Renovasi pertama pada 1894, ketika masa pemerintahan Raden Toemengoeng Koesoemodiko (Bupati ke-35 Tuban). Saat tu Raden Toemengoeng Koesoemodiko menggunakan jasa arsitek berkebangsaan Belanda bernama BOHM Toxopeus. Sebagaimana tertulis dalam prasasti di depan masjid berbunyi: “Batoe yang pertama dari inie missigit dipasang pada hari Akad tanggal 29 Djuli 1894 oleh R. Toemengoeng Koesoemodiko Boepati Toeban. Inie missigit terbikin oleh Toewan Opzicter B.O.H.M. Toxopeus”. Masjid Agung Tuban dibangun dengan menggunakan pola lengkungan untuk menghubungkan tiang penyangga. Sehingga menghasilkan pola ruang dengan kolom-kolom. Pola ini seakan terinspirasi dari ruang dalam Masjid Cordoba, Spanyol. Menurut GF Pijper, cerita yang berkembang menyebut rujukan rancangan masjid ini adalah Hagia Sofia lstanbul. Selain berkubah, Masjid Agung Tuban juga salah satu masjid terawal yang miliki arcade. Gaya arsitektur khas nusantara dapat ditemui pada pintu dan mimbar yang terbuat dari kayu dengan ornamen ukiran khas Jawa. Di sayap mihrab terdapat tangga dari bahan kuningan mencirikan gaya khas ornamen Jawa Klasik. Masjid yang berdiri di depan alun-alun Tuban tersebut memiliki keistimewaan lain. Sekitar sepuluh meter dari masjid, berdiri Museum Kembang Putih yang menyimpan berbagai benda bersejarah seperti kitab Al-Quran kuno terbuat dari kulit, keramik Cina, pusaka, sarkofagus, dan sebagainya. Bentuk asli bangunan masjid yang masih ada sampai sekarang ini adalah tempat untuk pengimaman, selebihnya bangunan ini sudah tidak berbekas lagi. Masjid Agung Tuban dibangun kembali pada 1894 dan diresmikan oleh Bupati Tuban Raden Tumenggung Kusumodikdo. Pendirian masjid ini hasil dari swadaya masyarakat dengan pemerintah daerah kala itu. Pada perkembangannya, dilakukan penambahan bangunan pada masa pemerintahan Bupati Juwairi Martoprawiro (1985-1991). Setelah selesai dilaksanakan pemugaran dan penambahan masjid Agung Kabupaten Tuban yang selanjutnya diresmikan oleh wakil Gubernur KDH. TK I Jatim Trimarjono SH pada tahun 1987. Renovasi besar-besaran dilakukan pada masa Bupati Hj. Haeny Relawati Rini Widyastuti yang menjabat selama dua periode (2001-2006 dan 2006-2011). Bangunan yang direnovasi besar-besaran terdiri dari ruang bangunan utama untuk salat lima waktu/ salat Jum’at dan ruang bangunan pelengkap seperti tempat wudlu, penitipan sepatu/sandal, kantor pengurus, perpustakaan, gudang, ruang penjaga, dan Taman Pendidikan Al-Quran. Saat ini masjid Agung Tuban menjadi salah satu tujuan wisata religi bagi jamaah yang melakukan perjalanan, baik ziarah walisongo maupun mereka yang sekedar istirahat sembari berfoto dan menikmati kuliner tuban yang ada disekitar masjid. (lai)

Read More

Ustad Ariful Penceramah Masjid Nabawi, Asli Putera Riau

Madinah – 1miliarsantri.net : Seluruh jamaah calon haji Indonesia sangat terkesima ketika ada seorang penceramah yang menggunakan bahasa Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah Al Munawarah. Ternyata penceramah tersebut bernama Ustad Ariful Bahri, putra asli Riau yang berasal dari Air Tiris Kabupaten Kampar. Selain penceramah, Ustad Ariful juga terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Islam Madinah, jurusan S3 jurusan Akidah. Ustad Ariful terpilih bersama dua orang lainnya dari Indonesia yang telah menjalani serangkaian ujian untuk menjadi penceramah berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi. Ia menggantikan kajian selama ini yang dilaksanakan oleh Ustad DR Firanda Lc. MA dan Ustad DR Abdullah Roy Lc.MA yang merupakan juga ustad asal Indonesia. Setiap hari ba’da Maghrib hingga menjelang Isya, Ustad Ariful mengajarkan nilai-nilai keislaman kepada jamaah haji yang mayoritas merupakan orang Indonesia. Ribuan jamaah haji tampak antusias mengikuti materi yang disampaikan Ariful. Pria lulusan Doktor Bidang Aqidah itu biasa mengisi kajian di pintu (gate) 19, tidak jauh dari pintu utama Masjid Nabawi. Saat musim haji kajiannya fokus seputar manasik haji. Sedangkan di luar musim haji kajiannya fokus dua hal, yaitu keutaman-keutamaan kota Madinah dan sejarahnya. Ustad Ariful membagikan kisah dirinya bisa mengajar di Masjid Nabawi. Saat itu, dirinya tengah kuliah S3 di Universitas Islam Madinah (UIM). Pada 2019, Kampus UIM bekerja sama dengan pihak Masjid Nabawi mengirim mahasiswanya yang secara keilmuan mumpuni dan lancar berbahasa Indonesia untuk memberikan kajian di Masjid Nabawi. “Cara pemilihannya kami tidak tahu. Ini karunia Allah, ya. Mungkin karena data-data kami kan sudah ada semua di UIM,” terangnya kepada 1miliarsantri.net, Minggu (11/06/2023). Setelah mendapatkan informasi bahwa namanya tercatat sebagai mahasiswa UIM yang lolos mengisi kajian di Nabawi, baru ia diminta menghubungi salah seorang Syaikh di masjid tersebut yang mengurusi bagian dakwah. “Waktu itu saya sedang liburan di Indonesia. Setelah Idul Adha langsung ke sini. Saya interview dengan syaikh terkait bahasa Arab, hafalan Al-Qur’an dan sebagainya,” tuturnya. Ketua Umum DPH LAM Riau Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, ketika melaksanakan umroh beberapa waktu lalu sempat bertemu dengan Ustadz Ariful Bahri dan menyampaikan, meski sudah 12 tahun berada di Madinah, cara bicara Ustad Ariful masih kental dengan dialek Kampar. “Saya sempat bertegur sapa dengan Ustad Ariful Bahri, meski tak sempat berbicara luas karena banyaknya jamaah yang ingin bertemu. Semoga aktivitasnya, ikut menjadi asbab keberkahan bagi Riau,” terang Taufik Ikram. Sementara rasa bangga juga disampaikan Gubernur Riau Syamsuar. Saat menjalankan ibadah umrah, Syamsuar mendengar pengajian di Masjid Nabawi, Madinah Al Munawarah yang disampaikan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Gubri menyampaikan bahwa ada kebanggaan tersendiri mendengar pengajian berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah Al Munawarah. Apalagi yang mengisi pengajian tersebut merupakan putra terbaik Riau. “Alhamdulillah, bisa mendengarkan pengajian berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah Al Munawara, dan yang membuat saya bangga, ustad yang mengisi pengajian berasal dari Provinsi Riau,” kata Syamsuar. Selain bertemu Ustad Ariful, pada kesempatan itu Gubri juga sempat bersilaturahmi dengan mahasiswa Riau yang sedang melaksanakan pendidikan di Universitas Islam Madinah. “Saya melihat wajah bahagia dari mahasiswa itu. Saya sempat berpesan agar menjaga nama baik Riau, niat untuk belajar bisa selesai sampai lulus dan ketika nanti menjadi para dai, mubaligh, ulama, ahli agama, sekembalinya dari Madinah, maka tebarkanlah nilai-nilai agama yang mewujudkan kedamaian di bumi Melayu yang kita cintai dan Indonesia,” ujar Syamsuar dengan mata berkaca-kaca. (mik)

Read More

Bukan Masjid Tiban Turen, Tapi Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah

Malang – 1miliarsantri.net : Jika kebanyakan masyarakat lebih mengenal dengan sebutan Masjid Tiban Turen, maka sebutan tersebut salah pengartian. Istilah yang sebenarnya adalah Pondok Pesantren, karena sejak awal pembangunan memang bukan masjid, melainkan Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah. Berdiri pada tahun 1963 yang waktu itu masih berada di lahan seluas 300 meter, Romo KH. Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al Mahbub Rahmat ‘Alam, memulai mengajarkan pendidikan agama dikediaman nya Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang. “Waktu itu Romo Kiai baru pulang dari Pesantren Sidolangu Krian milik almarhum Hadratus Syekh Sahlan Tholib, Romo Kiai mulai merintis Pesantren, yang waktu itu sudah banyak masyarakat sekitar yang ngaji kepada beliau,” terang Purwanto, Sekretaris Harian Pondok kepada 1miliarsantri.net, Senin (12/06/2023). Purwanto menambahkan, sekitar tahun 1978 mulai berdirinya pesantren awal yang masih sangat sederhana sekali, tutup gedek (bambu), atap daduk (daun pohon tebu), tiang juga terbuat dari bambu. “Pada tahun 1978 Romo Kiai mengajukan ke Pemerintah Kecamatan Turen agar kediaman beliau dijadikan Pondok Pesantren, karena pada saat itu ada peraturan tiga hari sekali harus lapor ke aparat setempat untuk jamaah atau santri yang mau bermalam di rumah warga sekitar,” lanjutnya. Disaat pembangunan masih dengan batu bata merah yang ditempelkan dengan menggunakan tanah liat. Bahkan untuk menghaluskan tembok, masih menggunakan tanah liat. Bahkan pada tahun 1978 itu masih belum berdiri pondok, melainkan bangunan rumah dan musholla untuk mengaji para santri. “Berhubung rumah Romo Kiai agak lumayan besar dan waktu itu hanya belasan santri yang mengaji, dibuatkan kamar-kamar untuk santri dari luar kota yang bermalam disana,” imbuhnya. Pada akhir tahun 1988 mulai pembangunan tahap pertama Pondok Pesantren dengan ditandai peletakan batu pertama hingga tahun 1992 dan sempat terhenti sementara karena kendala kepengurusan dan perijinan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). “Salah satu syarat pendirian kan memang harus ada IMB, sedangkan kami tidak memiliki master plan, blueprint, rencana atau rancangan mau dibuat apa model Pondok nya. Jadi bisa dikatakan pembangunan Pondok Pesantren melalui isyaroh yang didapat Romo Kiai,” tandas Purwanto yang masuk Pesantren ini pada tahun 2004. Pembangunan Pesantren kembali dilanjutkan hingga saat ini berdiri di lahan seluas 8 hektar dan status masih sama yakni Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah. “Jadi kalau ada yang menyebut tempat ini Masjid Tiban itu salah dan masing-masing masyarakat memiliki persepsi yang berbeda mengenai Pesantren kami, bahkan ada yang mengatakan dibangunan oleh bangsa jin, itu salah besar,” tegas Purwanto. Ponpes Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah Turen Malang, saat ini menampung sekitar 319 orang santri dari 78 Kepala Keluarga yang bermukim dan menentap didalam Pondok. “Jadi sekali lagi disini ini bukan Masjid Tiban atau Masjid yang dibangun bangsa jin, melainkan Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang ada proses pembangunan nya dan dikerjakan oleh warga sekitar juga para santri yang kebanyakan dari luar kota Malang,” pungkas Purwanto. (fq)

Read More