Jejak Utsmaniyah Sangat Terasa di Negeri Kanguru

Melbourne – 1miliarsantri.net : Syiar perkembangan Islam terus tumbuh di Australia. Secara demografis, Negeri Kanguru menyaksikan tren peningkatan. Berdasarkan data dari biro pusat statistik setempat, pada 2016 terdapat 604.200 warga yang memeluk Islam di sana. Artinya, ada peningkatan sekitar 15 persen bila dibanding hasil sensus pada 2011 silam. Untuk mengakomodasi kepentingan warganya yang Muslim, pemerintah Australia mengupayakan lanskap tata ruang yang lebih mendukung. Sebagai contoh, di Melbourne, ibu kota negara bagian Victoria, terdapat sebuah masjid raya yang menjadi pusat kegiatan keislaman. Bangunan yang berdiri sejak tahun 1992 itu dikenal sebagai Masjid Sunshine. Namanya secara harfiah berarti ‘masjid cahaya mentari,’ tetapi sunshine itu pun merupakan sebutan untuk distrik setempat. Hingga kini, tempat ibadah itu merupakan masjid terbesar di seluruh Victoria. Informasi yang tersedia pada laman resmi Masjid Sunshine menyebutkan, pembangunannya bermula dari komunitas imigran Muslim asal Siprus. Mereka merantau ke Australia dari negeri pulau Mediterania itu. Bagaimanapun, silsilahnya mengakar hingga ke Turki. Karena itulah, perkumpulannya disebut sebagai The Cyprus Turkish Islamic Community of Victoria (Masyarakat Muslim Turki-Siprus di Victoria). Pada mulanya, mereka membangun sebuah mushala sederhana di kawasan Richmond, Clifton Hill. Lambat laun, tempat ibadah itu tidak lagi sanggup menampung jamaah yang jumlahnya kian bertambah. Setelah bermusyawarah, para tokoh Muslim setempat sepakat untuk merelokasi bangunan itu ke Jalan Ballarat, Sunshine, pada 1985. Tidak mungkin lagi untuk membangun tempat seluas mushola sebelumnya. Komunitas Muslim tersebut pun berupaya untuk menggalang biaya agar bisa memodali berdirinya sebuah masjid besar. Seorang anggota dengan ikhlas memberikan rumahnya sebagai jaminan untuk meminjam uang dari bank. Maka terkumpul dana sebesar 191 ribu dolar Amerika Serikat (AS) saat itu. Uang tersebut menjadi modal awal bagi komunitas Muslim Turki-Siprus ini. Mereka lalu membeli sebuah lahan di tepi Jalan Ballarat No 618. Sesudah itu, di atasnya dibangunlah sebuah masjid baru. Pembangunannya mengalami pasang-surut. Sempat terjadi mangkrak, tetapi umat Islam Victoria pantang menyerah. Mereka lantas berhasil menghimpun dana hingga 2,5 juta dolar AS Proyek pendirian masjid ini pun diteruskan. Beberapa tahun kemudian, fasilitas yang diidam-idamkan itu tuntas berdiri. Peresmiannya disaksikan tokoh-tokoh Islam serta pemerintah daerah lokal. Tampilan Masjid Sunshine menyuguhkan corak arsitektur Islam khas Turki Utsmaniyah. Pemilihan tema itu memang wajar karena para pendirinya merupakan orang-orang Australia yang keturunan Turki. Menurut Serkan Hussein dalam Yesterday and Today: Turkish Cypriots of Australia (2007), bentuk Masjid Sunshine menyerupai Masjid Sultan Ahmad alias Masjid Biru, salah satu bangunan ikonis yang ada di Istanbul. Apabila Masjid Biru memiliki 13 kubah, Masjid Sunshine dilengkapi 17 kubah. Semuanya tersusun dengan padu, mengikuti gaya arsitektur klasik Mimar Sinan. Masjid Biru dihiasi enam menara yang menjulang tinggi. Sementara, Masjid Sunshine “hanya” mempunyai sebuah menara. Bentuknya seperti pensil raksasa, ramping dan runcing pada bagian ujungnya. Kini, Masjid Sunshine merupakan representasi pencapaian dan persembahan dari generasi Muslim sebelumnya kepada umat Islam. Khususnya bagi komunitas Turki-Siprus, kompleks ini tidak hanya sekadar tempat ibadah. Masjid tersebut juga menjadi semacam banguna Adapun bagi masyarakat luas Australia, termasuk warga yang non-Muslim, keberadaan fasilitas keislaman ini boleh jadi penyegar mata. Ini adalah hadiah arsitektur Utsmaniyah yang dapat dikagumi saat mereka melewati jalan utama dari dan menuju Kota Melbourne. Berpadu harmonis Kemiripan Masjid Sunshine dengan Masjid Biru tidak hanya pada sisi eksterior, tetapi juga interiornya. Anda akan merasakan suasana yang menenteramkan hati saat memasukinya. Di dalam bangunan utama masjid daerah suburban Melbourne itu, “hanya” ada beberapa tiang. Sedikitnya jumlah tiang itu karena bentuk atapnya yang setengah bola. Mungkin bagian langit-langit Masjid Sunshine tidak semegah Masjid Biru. Namun, kesamaan antara keduanya tampak pada hadirnya gambar-gambar kaligrafi dan hiasan geometris. Khususnya pada sisi dalam kubah utama, ornamen-ornamen yang ada menyajikan keserasian antara lukisan dan latar. Pada pusatnya, terdapat kaligrafi ayat Alquran. Sementara itu, 99 Asmaul Husna tergurat pada bagian pinggiran langit-langit yang melingkar itu. Sedikit perbedaannya dengan Masjid Biru, pada masjid yang dibangun komunitas Muslim Australia itu tidak terpasang banyak lampu gantung. Hanya ada sebuah lampu kristal yang tergantung di tengah langit-langit. Bagaimanapun, penerangan bukanlah masalah besar di sini. Sebab, ada banyak jendela sebagai tempat masuknya sinar matahari dari luar. Warna yang mendominasi bangunan utama masjid di Australia ini ialah putih, sedangkan interior Masjid Biru diselimuti warna krem-kecokelatan. Pada bagian lengkung langit-langitnya juga terdapat selang-seling warna merah-bata dan putih. Tampilan itu mengingatkan pengunjung pada gaya masjid-masjid klasik di Andalusia (Spanyol). Alhasil, pencampuran macam-macam corak arsitektur itu menandakan perpaduan yang harmonis pada Masjid Sunshine. (man)

Read More

Cara Dakwah Raden Fatah Dalam Menyebarkan Islam di Tanah Jawa

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Raden Fatah pendiri Kerajaan Demak mempunyai andil besar dalam penyebaran Islam melalui media dakwah wayang. Bahkan, karena perintahnya dan atas saran para Wali Songo, wayang yang awalnya menampilkan gambaran utuh seperti manusia, diubah serta dimodifikasi hingga menjadi satu dimensi. Karena perintah agama itulah, wayang kulit kini hanya bermata satu. Identitas politik Kesultanan Demak secara prinsip adalah kerajaan Islam di tanah Jawa. Kerajaan Demak berdiri tanpa banyak keributan dan perebutan kekuasaan. Legitimasi Kerajaan Demak sebagai penerus kejayaan Kerajaan Majapahit didapat karena sistem politik dan hukum yang dipakai sama dengan Majapahit. Rakyat pun akhirnya memilih tunduk dan beradaptasi dengan kerajaan baru tersebut. Raden Fatah dan Wali Songo lalu memanfaatkan jalan kesenian untuk menyebarkan syiar Islam. Raden Fatah yang sangat gemar dengan kesenian wayang, meminta saran dan pertimbangan kepada para ulama agar kesenian wayang tetap lestari dan berkembang sesuai ajaran Islam. Dari diskusi, musyawarah, dan pertimbangan, Wali Songo mengeluarkan beberapa pendapat agar wayang bisa tetap lestari dengan tetap berada dalam koridor agama Islam. Wayang bisa diteruskan asal diubah sesuai zaman yang berlaku dan bisa dijadikan alat dakwah Islam. Para ulama juga merekomendasikan bentuk wayang diubah agar tidak lagi berwujud seperti arca-arca yang mirip manusia. Untuk membuang kemusyrikan, cerita-cerita dewa dalam lakon wayang pun harus diubah dan diganti dengan cerita yang bernafaskan keislaman. Dakwah Islam yang mengandung keimanan, ibadah, akhlak, sopan santun, kesusilaan, dan tauhid perlu masuk dalam lakon pewayangan. Tokoh-tokoh dalam cerita wayang dan kejadian-kejadiannya hanya dijadikan sebagai lambang dan perlu digantikan tafsirannya sesuai ajaran Islam. Tak hanya itu, para ulama juga meminta pertunjukan wayang mengikuti aturan susila dan jauh dari maksiat. Karenanya, pagelaran wayang digelar di masjid dan rakyat yang mau menonton wajib berwudhu dan membaca syahadat sebagai tiket masuknya. Unsur kesenian yang menjadi pelengkap wayang, seperti gamelan, tembang-tembang, tokoh-tokoh, dan lakon-lakon lainnya pun diperbolehkan, asalkan tetap bernafaskan Islam. Atas rekomendasi itu, Raden Fatah memerintahkan agar ada penyempurnaan dan perubahan bentuk, wujud, cara pertunjukan, dan alat perlengkapan wayang kulit purwa yang merupakan warisan Kerajaan Majapahit. Tujuannya agar wayang tetap berkembang dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Berdasarkan perintah Raden Fatah, wayang lalu diubah pipih menjadi dua dimensi. Wayang digambar miring sehingga tidak lagi menyerupai arca-arca di candi. Kulit sapi atau kerbau menjadi bahan pembuatan wayang. Yang diperindah dengan memberikan perhiasan warna lalu diberi pegangan. Raden Fatah juga menciptakan kayon (gulungan) yang ditancapkan di tengah panggung kelir dan menciptakan simpingan. Sultan Demak itu juga membuat seperangkat gamelan laras pelog yang dimainkan di hari-hari tertentu di halaman Masjid Agung Demak. Gamelan itu dikenal dengan nama Gamelan Sekati. Tradisi memainkan gamelan ini masih dilestarikan Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta setiap bulan Maulud dalam perayaan Maulid Kanjeng Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam. Perayaan itu kini dikenal sebagai Sekaten (dari kata Syahadatain). (yus)

Read More

Napak Tilas Pesantren Cokrokertopati Takeran Magetan Dalam Memberantas Komunis

Magetan – 1miliarsantri.net : Di wilayah Takeran Magetan, Jawa Timur terdapat sebuah Pondok Pesantren yang didirikan untuk meneruskan cita-cita para pendahulu nya yang konon memiliki sejarah sangat luar biasa bagi bangsa dan negara Indonesia. Pondok Pesantren (Ponpes) Cokrokertopati merupakan generasi penerus Pesantren Takeran yang sudah berdiri sejak tahun 1880. KH. MS Zuhdi Tafsir, S.Ag atau akrab disapa Mbah Zuhdi, pendiri sekaligus Pengasuh Ponpes Cokrokertopati menuturkan, berdirinya Yayasan Perguruan Islam (YPI) Cokrokertopati, berawal dari kegelisahan pengasuh atau sekaligus juga pendiri Pondok Pesantren melihat keadaan generasi muslim yang kurang cakap dan belum memahami tentang ilmu agama Islam, khususnya kitab-kitab kuning, sehingga muncul ide dan niat yang kuat untuk mendirikan Pondok Pesantren Salafiyah Cokrokertopati. “Secara historis pendirian YPI Cokrokertopati tidak lepas dari Pesantren Takeran yang didirikan oleh Mbah Kiai Hasan Ulama’ bin Pangeran Cokrokertopati, atau bergelar Kiai Kholifah. Beliau merupakan telik sandi Pangeran Diponegoro, sehingga banyak orang yang menganggap beliau penasehat sekaligus spiritualis Pangeran Diponegoro,” Ungkap Mbah Zuhdi kepada 1miliarsantri.net, Rabu (05/07/2023). Mbah Zuhdi menambahkan, pengambilan nama Pondok Pesantren Salafiyah Cokrokertopati ini dinisbatkan kepada beliau Pangeran Cokrokertopati sebagai perwujudan ta’dimpara pengasuh dan pendirinya. Sebelum nya, Mbah Zuhdi didatangi Mbah Imam Mursyid Muttaqien yang menyampaikan pesan untuk menjaga masjid pesantren Takeran. Namun ketika Mbah Zuhdi berkedip, Mbah Imam Mursyid Muttaqien hilang begitu saja. “Pada tahun 1986, bapak saya meminta saya untuk menjadi penerus dan menjadi imam sholat Rawatib di masjid Jami yang didirikan tahun 1886. Saya mau menerima dengan catatan bapak masih berkenan menjadi Khatib sekaligus Imam Sholat Jumat, masih berkenan menjadi Imam Sholat Idul Fitri dan Idul Adha, masih berkenan menjadi Imam Rabu Wekasan dan menjadi Imam sholat Gerhana,” imbuh Mbah Zuhdi. Secara resmi legalitas Ponpes Cokrokertopati dengan keluarnya Surat Keputusan (SK) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhum HAM) pada 1 Oktober 2010 dan berjalan hingga sekarang ini menjadi Lembaga Pendidikan formal yang ijazah nya bisa dipergunakan apabila santri ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih lanjut. “Kalo dulu masih berupa pondok yang tidak memiliki surat keterangan lulus atau ijazah, dan kebanyakan santri-santri nya bingung antara memilih sekolah formal dengan mondok, sehingga ketika liburan sekolah, maka pondok jadi sepi karena semua santri pulang ke rumah masing-masing. Kalo sekarang sudah tidak seperti itu lagi, sekalipun liburan sekolah seperti sekarang ini, santri masih berada didalam pondok,” terang Mbah Zuhdi. Dalam perkembangan nya, Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Cokrokertopati juga menangani penyantunan anak yatim piatu dan mengalami kemajuan yang cukup signifikan, sehingga dibuka lah madrasah diniyah salafiyah. Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya animo masyarakat yang menitipkan putra putrinya untuk belajar memahami kitab-kitab kuno atau disebut dengan kitab kuning di Pondok Pesantren Salafiyah Cokrokertopati Takeran Magetan Jawa Timur. “Pondok ini dulunya memiliki sejarah yang sangat luar biasa, dimana embrio pencetusan Pancasila pertama itu lahirnya disini, Perjanjian Linggar Jakarta juga dicetuskan di pondok sini, dan juga lahirnya Masyumi pada saat itu juga berawal dari sini. Sehingga tahun 1948 menjadi incaran PKI dan 13 Kiai serta Ustad menjadi korban keganasan dan kebiadaban Partai Komunis Indonesia (PKI),” lanjutnya. PKI yang pada saat itu mencari Mbah Kiai Imam Mursyid Muttaqien, dengan alasan hendak diajak bermusyawarah dikarenakan kondisi negara sedang gawat, dan mencari solusi kestabilan pangan untuk rakyat serta bagaimana mengatasi konflik yang saat itu terjadi. Dikarenakan untuk kepentingan rakyat, terutama umat, maka Mbah Kyai Imam Mursyid berangkat bersama rombongan yang mengatasnamakan anak organisasi NU tersebut. “Jadi PKI pada saat itu menculik para Kiai dengan memakai dalil Qur’an dan mengatasnamakan kepentingan umat, tapi sebetulnya mereka berbohong. Para Kiai diculik kemudian dibawa ke beberapa tempat, lalu dibantai dan dibunuh,” terang Mbah Zuhdi. Untuk mengenang kebiadaban dan keganasan PKI yang terjadi di wilayah Madiun tahun 1948, setiap tanggal 30 September dilakukan tahlil Qubro yang diikuti seluruh santri dan jamaah Ponpes Cokrokertopati, dilanjutkan dengan Orasi dan pemutaran film G 30/PKI yang sempat dilarang oleh Pemerintah. “Itu sejarah dan tidak boleh dilupakan. Kekejaman, kebiadaban PKI yang mengorbankan 13 Kiai Madiun dan Magetan itu wajib kita kenang supaya anak cucu kita juga lebih berhati-hati terhadap PKI yang sampai saat ini masih menghantui dan masih ada di Indonesia, PKI harus dibasmi dan dihilangkan agar Indonesia benar-benar menjadi negara yang berdaulat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila,” tutup Mbah Kiai Zuhdi. (fq)

Read More

Beberapa Sahabat Rasulullah SAW Yang Dimakam kan di Indonesia

Jakarta – 1miliarsantri.net : Sejarah perjalanan perjuangan Islam sangat panjang hingga sampai ke benua asia termasuk Indonesia. Banyak sahabat Rasulullah SAW dan diantaranya para ulama besar di Mekkah, Yaman dan jazirah Arab lainnya di makam kan didaerah asal. Berbahagia lah terdapat beberapa Sahabat Rasulullah SAW yang dimakamkan di Indonesia. Sahabat Nabi Muhammad yang dimakamkan di Indonesia konon berada di Barus, salah satu daerah pesisir di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Barus memang sudah diindetikkan dengan daerah penghasil kapur barus sejak peradaban kuno. Sosok sahabat Nabi Muhammad SAW yang dimakam kan di Indonesia adalah Syaikh Mahmud yang berada di puncak Bukit Barus ini. Syaikh Mahmud dikenal sebagai sahabat Nabi yang pernah hijrah di Indonesia. Sebuah literatur menyebutkan, Abdurrahman bin Muadz bin Jabal, dan putera-puteranya Syaikh Mahmud dan Ismail berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus sekitar Tahun 625 M/4 Hijriyah. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah [Nusantara], 1929). Abdurrahman bin Muadz datang dari Hadhramaut Yaman membawa putranya Mahmud untuk berdakwah ke Nusantara dan akhirnya menetap di Barus. Mereka datang ke Barus diperkirakan Tahun 625 M atau 4 Hijriyah. Makam Syaikh Mahmud berada di atas Bukit Desa Pananggahan, Kecamatan Barus Utara. Pada batu nisannya tertulis nama Syaikh Mahmud Fil Hadratul Maut (Yaman) yang ditarikhkan Tahun 34 sampai 44 Hijriyah. Selain Syaikh Mahmud, sahabat Nabi yang disebut-sebut pernah berdakwah ke Indonesia melalui Barus adalah Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu. Beliau singgah di Barus sebelum melanjutkan perjalanannya ke Cina pada tahun 616 M. Setelah berdakwah di China, beliau kembali ke Madinah. Menurut riwayat, Sa’ad bin Abi Waqqash dimakamkan di pemakaman Baqi’ Madinah. Apabila melihat uraian yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka selama masa itu nabi Muhammad benar-benar mencurahkan kecintaannya pada Indonesia. Terbukti masa itu ada dua sahabat yang turun langsung ke tanah Indonesia untuk berdakwah menyebarkan syiar Islam. Keduanya yakni Syaikh Mahmud Fil Hadratul Maut dan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu. Keduanya merupakan sahabat nabi Muhammad yang juga sangat mencintai Rasulullah. Panjang makam mencapai tujuh meter Menurut keterangan Channel Muhibbin Auliya Barus, banyak makam-makam berukuran panjang di Barus. Ini bukan menunjukkan besar atau tingginya fisik orangnya. Tetapi lebih kepada maqom (derajat) keilmuannya. Sebab biasanya yang memakai tradisi ini adalah orang-orang sufi. Sekalipun banyak yang menyakini Syaikh Mahmud adalah sahabat Nabi Muhammad, namun beberapa kontroversi pun masih terjadi. Ada yang menyebutkan bahwa Syaikh Mahmud penyebar Islam di Barus bukanlah sahabat Nabi yang merupakan putra dari Abdurrahman bin Muadz bin Jabal. Beliau adalah seorang auliya penyebar Islam dari Hadhramaut Yaman yang datang ke Barus. Wallahu A’lam. Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu sendiri diketahui sebagai salah satu sahabat Nabi dari kaum Anshar dan duta besar Islam yang pertama dikirim Rasulullah SAW. Julukannya adalah “Abu Abdurahman”. Muadz bin Jabal lahir di Madinah dan memeluk Islam pada usia 18 tahun. Rasulullah SAW pernah mengirimnya ke Yaman untuk berdakwah. Muadz bin Jabal wafat Tahun 18 Hijriyah pada usia 33 tahun (riwayat lain usia 38 tahun), ketika terjadi wabah di Syam. Kala itu beliau diutus ke Syam oleh khalifah Umar bin Khattab. Disebutkan, beliau wafat dan tidak memiliki keturunan yang dapat meneruskan generasinya. Muadz memiliki seorang anak bernama Abdurrahman yang juga meninggal dunia karena terkena wabah. (Al-Istiaab, jilid 3 Halaman 1402). Islam di Indonesia Pertama Kali Muncul di Barus Di sini juga akan dijelaskan mengenai sejarah Kota Barus yang dikenal sebagai kota Islam tertua dan pintu masuknya Islam di Indonesia. Di sini juga, bertepatan bertepatan hari Jumat 24 Maret 2017 lalu, Presiden Jokowi meresmikan tugu titik nol pusat peradaban Islam Nusantara di Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Dalam literatur sejarah disebutkan bahwa Islam di Indonesia pertama kali muncul di Barus. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan makam tua di kawasan pemakaman Mahligai, Barus, pada abad ke-7. Di batu nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat pada tahun 672 M atau 48 Hijriah, memperkuat adanya komunitas umat muslim pada masa itu. Untuk diketahui juga sebelum kelahiran Nabi Muhammad sholallallahu ‘alihi wasallam pun pada Tahun 571 Masehi (Tahun Gajah), Kota Barus sudah dikenal dan menjadi jalur pedagangan para saudagar-saudagar dari berbagi penjuru dunia. Bahkan pada masa Fir’aun (Raja Mesir) sekitar 7.000 tahun lalu mereka datang ke Barus untuk mengambil kapur Barus sebagai pengawet dan memumi jasad para Fir’aun Mesir yang meninggal supaya awet. Barus ini juga dikenal sebagai pintu masuknya Islam di Indonesia. Barus berjarak sekitar 337 kilometer dari Kota Medan atau memakan waktu 6-7 jam perjalanan darat. Dari Kota Sibolga, perjalanan darat sekitar 2 jam. Di daerah ini terdapat banyak makam aulia yang diyakini sebagai penyebar Islam pertama di Nusantara. Selain makam Syaikh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi (48 Hijriyah), terdapat sebuah makam berukuran tujuh meter yang disebut-sebut sebagai makam sahabat Nabi. Makam yang terletak di puncak bukit ini sampai sekarang ramai diziarahi umat muslim. Pada nisan yang terbuat dari batu cadas itu tertulis nama Syaikh Mahmud Fil Hadratul Maut (Yaman) yang ditarikhkan Tahun 34 sampai 44 Hijriyah. Pada masa itu adalah kepemimpinan Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhuma. Di lokasi ini juga terdapat Makam Papan Tinggi itu yaitu lima makam lain yang menurut cerita adalah makam keturunan Syaikh Mahmud. Selain Makam Papan Tinggi, di Barus juga terdapat lebih dari 200 makam yang terletak di atas perbukitan Desa Dakka, Kecamatan Barus. (fq)

Read More

Ghibah Itu Sama Seperti Memakan Bangkai Saudara Kita Sendiri

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Sebagian besar masyarakat di Indonesia, baik yang berada di perkotaan maupun mereka yang tinggal di pelosok pedesaan, tentu tidak akan pernah meninggalkan yang nama mengghibah. Namun pernah kah kita sadari bahwa mengghibah itu sama hal nya dengan kita memakan bangkai saudara sendiri. Sebagaimana Allah SWT berfirman, وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ “Dan janganlah kalian saling menggunjing. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hujurat: 12). Dalam ayat di atas, Allah ta’ala menyamakan orang yang mengghibah saudaranya, sama halnya seperti memakan bangkai saudaranya tersebut. Apa rahasia dari penyamaan ini? Imam Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan, “Ini adalah permisalan yang amat mengagumkan, diantara rahasianya adalah: Pertama, karena ghibah mengoyak kehormatan orang lain, layaknya seorang yang memakan daging, daging tersebut akan terkoyak dari kulitnya. Mengoyak kehormatan atau harga diri, tentu lebih buruk keadaannya. Kedua, Allah ta’ala menjadikan “bangkai daging saudaranya” sebagai permisalan, bukan daging hewan. Hal ini untuk menerangkan bahwa ghibah itu amatlah dibenci. Ketiga, Allah ta’ala menyebut orang yang dighibahi tersebut sebagai mayit. Karena orang yang sudah mati, dia tidak kuasa untuk membela diri. Seperti itu juga orang yang sedang dighibahi, dia tidak berdaya untuk membela kehormatan dirinya. Keempat, Allah menyebutkan ghibah dengan permisalan yang amat buruk, agar hamba-hambaNya menjauhi dan merasa jijik dengan perbuatan tercela tersebut” (Lihat: Tafsir Al-Qurtubi 16/335), lihat juga: I’laamul Muwaqqi’iin 1/170). Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan, “Ayat di atas menerangkan sebuah ancaman yang keras dari perbuatan ghibah. Dan bahwasanya ghibah termasuk dosa besar. Karena Allah menyamakannya dengan memakan daging mayit, dan hal tersebut termasuk dosa besar. ” (Tafsir As-Sa’di, hal. 745). (yus)

Read More

MAS Memanfaatkan Limbah Kurban Untuk Kompos

Surabaya – 1miliarsantri.net : Pasca prosesi penyembelihan hewan kurban, biasanya menyisahkan banyak limbah maupun kotoran yang akibatnya membawa dampak pemandangan kotor dan juga bau yang tak sedap. Namun berbeda dengan yang dilakukan pengurus Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS). Mereka mengolah limbah dari penyembelihan hewan kurban menjadi kompos untuk tanaman. “Proses pengolahan limbah dan sekaligus memasak jeroan hewan qurban itu dilakukan di area Komposter MAS seluas 16m x 16m,” kata Humas MAS Helmy M Noor kepada 1miliarsantri.net, Sabtu (1/7/2023) Mereka menyediakan liang khusus yang digunakan sebagai komposter berukuran 3 x 3 meter dengan kedalaman 1,5m. Limbah-limbah hewan kurban itu pun langsung dimasukkan ke dalam liang tersebut. “Kami juga mencampurkan limbah itu dengan daun-daunan sampah tanaman yang ada di halaman masjid. Estimasi menjadi kompos sekitar 6 bulan,” imbuhnya. Helmy menambahkan, setelah dikemas, kompos tersebut selain untuk menyuburkan tanaman di kawasan Masjid Al Akbar juga diberikan kepada jamaah yang membutuhkan secara cuma-cuma alias gratis. “Jadi, kami pengyrus Masjid Al Akbar melakukan pelayanan yang bersifat one top service yang bebas pencemaran lingkungan (apalagi mencemari sungai). Sebaliknya justru bermanfaat untuk masyarakat, termasuk jeroan yang sudah dibersihkan dan dimasak setengah matang itu,” terangnya Sedangkan jeroan, setelah dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air mengalir 3 kali lalu dimasak setengah matang dalam 3 dandang ukuran besar. Setelah itu baru dibagi kepada penerima qurban dalam kemasan 1,5 kg bersama daging dan tulang. Saat Idul Adha, Badan Pelaksana Pengelola (BPP) MAS menerima sapi qurban dari Presiden, Gubernur dan Jamaah yang disembelih H+1 usai Sholat Idul Adha. Pelaksanaan sholat Idul Adha di MAS dihadiri sekitar 40 ribu jamaah, baik yang berasal dari dalam kota Surabaya, maupun jamaah luar kota yang memang ingin menunaikan sholat ied nya di MAS. Bertindak sebagai Khatib, Prof DR Ir KH Mohammad Nuh DEA, sedangkan imam dipimpin KH Abdul Hamid Abdullah (Imam Besar MAS). (pang)

Read More

Komunitas Ojol Banten Bagikan Daging Kurban

Lebak – 1miliarsantri.net : Dalam suasana yang dipenuhi kekhidmatan dan keberkahan di Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah, beberapa orang yang tergabung dalam Komunitas Ojek Online (Kajol) Indonesia berbagi kebaikan dengan menyediakan 15 hewan kurban untuk disembelih, dan dibagikan kepada para driver ojol dan masyarakat di wilayah Lebak, Banten. Juru bicara Kajol Indonesia, Risnandar menuturkan hewan kurban yang disembelih terdiri dari satu ekor sapi dan 14 ekor kambing. Penyembelihan dilakukan di Graha Serba Guna As-Sakinah, Cibadak, Lebak, Banten, Kamis (29/6/2023). “Kami mengadakan kegiatan Kajol berbagi kurban. Kami membawa (menyembelih) hewan kurban 14 kambing dan satu sapi,” kata Risnandar kepada media, Jumat (30/6/20203). Menurutnya, kegiatan ini sebagai wujud solidaritas dan kepedulian Kajol terhadap para ojol dan masyarakat yang membutuhkan. Selain dari implementasi dari ajaran agama Islam dalam perayaan Hari Raya Idul Adha. “Ini bentuk kepedulian kami terhadap teman-teman, khususnya driver ojol dan masyarakat sekitar yang membutuhkan. Alhamdulilah, peserta banyak dan memang Insyaallah tepat sasaran manfaatnya,” kata Risnandar. Melalui kegiatan berbagi daging kurban ini, Kajol Indonesia berhasil menguatkan ikatan solidaritas di antara driver ojol dan masyarakat. Mereka berkomitmen untuk terus melaksanakan kegiatan sosial dan kemanusiaan yang dibutuhkan driver ojol dan masyarakat umum. Para ojol yang hadir pada acara tersebut mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaan mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial ini. Mereka merasa dihargai dan terinspirasi oleh dedikasi Kajol Indonesia dalam memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. “Wah ini sangat mewah, bermanfaat banget, acara ini sangat sukses pokoknya. Saya melihat dari lokasi, dan juga melihat dari banyaknya kurban, mantap dan pesertanya banyak. Semoga yang dapat kurban berkah, yang memberi kurban dapat berkah dan dapat pahala,” ujar Bimbo (32) salah seorang driver ojol, Bimbo. Dalam kurban, proses penyembelihan sapi dan kambing dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan mengikuti tata cara yang ditetapkan dalam agama. Tim yang terlatih dan berpengalaman melaksanakan tugas ini dengan memastikan bahwa setiap hewan disembelih secara halal. Setelah proses penyembelihan selesai, daging kurban diolah dan dikemas dengan rapi. Bagian-bagian daging seperti daging utama hingga tulang dipersiapkan untuk distribusi kepada para ojol yang hadir di lokasi, yang tidak dapat hadir, dan masyarakat. Para ojol yang datang ke lokasi acara dengan gembira menerima bagian daging kurban yang disiapkan. Kemasan yang rapi dan terorganisir memudahkan proses distribusi, sehingga setiap ojol dapat membawa pulang bagian daging kurban untuk keluarga mereka. Adapun, hewan-hewan kurban, khususnya sapi yang dipotong ini sudah dijamin kesehatannya oleh Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten. Hewan ternak besar yakni kerbau dan sapi terbebas dari penyebaran virus lumpy skin disease (LSD) atau virus yang menyebabkan penyakit kulit berbenjol. Pemerintah Kabupaten Lebak sendiri gencar melakukan pemeriksaan kesehatan hewan ternak besar untuk mencegah penyakit virus LSD. Pemeriksaan kesehatan hewan ternak langsung ke pemilik ternak rakyat, terlebih saat ini menjelang Idul Adha 2023. Populasi ternak kerbau dan sapi di Kabupaten Lebak berkembang guna meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Bahkan, ternak besar dari Kabupaten Lebak banyak permintaan dari luar daerah untuk Lebaran kurban dengan harga bervariasi antara Rp18-32 juta/ekor sapi atau kerbau. Berdasarkan data populasi kerbau tahun 2022 sekitar 19 ribu ekor dan sapi empat ribu ekor milik peternak rakyat. (kiu)

Read More

Ketika Penguasa Mataram Jatuh Cinta Kepada Putri Bupati Madiun

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Panembahan Senopati penguasa Mataram memiliki istri bernama Retno Dumilah. Sang penguasa Mataram ini konon kepincut oleh kecantikan sang anak dari Panembahan Madiun. Namun dikisahkan Retno Dumilah memiliki senjata rahasia yang membuat Senopati Mataram itu tergila-gila dengan Retno Dumilah. Pertemuan dua orang ini berawal ketika pertempuran antara Kerajaan Mataram dengan pasukan bupati di wilayah Madiun raya. Saat itu konon pasukan dari bupati-bupati di Madiun raya yang diistilahkan sebagai Brang Wetan telah berkumpul di Madiun. Pasukan itu sedianya akan bertarung melawan pasukan Mataram di bawah pimpinan Panembahan Senopati. Pasukan Panembahan Senopati berkemah di Desa Kalidadung, (yang kini tidak ada lagi) dekat Kali Madiun. Pada titik ini, Senopati menyadari bahwa dia dihadapkan pada force majeure [kekuatan yang tidak bisa ditembus] sehingga kemudian merancang sebuah siasat. Dikisahkan pada “Antara Lawu dan Wilis : Arkeologi, Sejarah, dan Legenda Madiun Raya Berdasarkan Catatan Lucien Adam Residen Madiun 1934 – 1938”, sang penguasa Mataram itu mengirim adisoro atau sebutan dari pelayan perempuan yang cantik ke Panembahan Madiun dengan pesan bahwa dirinya berniat menyerah. Panembahan Madiun kemudian mengizinkan pasukan besar bupati-bupati Brang Wétan untuk pergi dan membiarkan Senopati pindah ke dalam kota. Namun demikian, Senopati tiba-tiba menyerang dan pasukannya berhasil menembus keraton atau kediaman bupati. Panembahan Madiun kemudian melarikan diri dan meninggalkan putrinya yang cantik, Retno Dumilah. Meskipun sang putri memiliki keris sakti yang dapat melindunginya dia begitu dibutakan oleh Senopati Mataram, sehingga menjatuhkan keris itu, menyerah padanya, dan kemudian menjadi istrinya. Sementara itu, saudara laki-laki sang putri, Mas Lontang yang menikah dengan seorang putri dari Pangeran Surabaya, kemudian menjadi Bupati Japan atau kini berubah menjadi Mojokerto. Siapa yang ditunjuk Senopati sebagai penguasa di Madiun sesungguhnya tidak diketahui. Namun demikian, penerus Senopati, Mas Jolang atau Panembahan séda Krapyak, menunjuk seorang putra saudaranya, Pangeran Mangkubumi, yaitu Bagus Petak, menjadi Bupati Madiun. Selanjutnya, kisah tentang Madiun saat berada di bawah kekuasaan Sultan Agung, yang bertahta tahun 1613 – 1646, tidak banyak diketahui. Namun demikian, tampaknya banyak orang Madiun yang turut masuk dalam pasukan Sultan Agung untuk menyerang wilayah ujung timur atau Blambangan, kini Banyuwangi] (pada 1614, 1617, 1622, 1639), Madura pada tahun 1624, dan bahkan dalam pasukan besar yang mengepung Batavia, tetapi gagal menaklukkannya pada 1628 dan 1629. (yus)

Read More

Masjid Raya Sheikh Zayed Terima Sapi Pemberian Presiden Jokowi

Solo – 1miliarsantri.net : Masjid Raya Sheikh Zayed (MRSZ) Solo, tahun 2023 ini resmi menerima sapi qurban milik Presiden Joko Widodo. Sapi tersebut berjenis Limosin dengan berat 1.042 Kg. Sutrisno (44) pemilik sapi tersebut mengungkapkan bahwa hewan kurban yang dipesan Presiden Jokowi tersebut telah berusia 4 tahun. “Ini usianya sudah 4 tahun, ini sapi peliharaan,” katanya ketika ditemui di Masjid Raya Sheikh Zayed, Selasa (27/6/2023). Pihaknya mengaku sudah tiga kali menjual sapi untuk hewan qurban Jokowi. Namun, ia mengatakan bahwa mekanisme tetap melalui penyaringan dari Setpres. “Ya ini kan dari Setpres menghubungi dinas di provinsi, trus dari provinsi menyeleksi antar kabupaten ternak yang besar, bagus dan sehat, itu nanti yang dipilih dengan harga yang sesuai,” katanya. Pihaknya juga mengungkapkan bahwa sebanyak 5 ekor sapinya yang dipesan Jokowi untuk kurban di Kota Solo. “Tahun ini 5 ekor, untuk wilayah Solo semuanya,” katanya. Berikut daftar sapi qurban milik Sutrisno yang dipesan oleh Jokowi untuk qurban. Jenis sapi: limosin, berat: 1.042 kg, tujuan: Masjid Raya Sheikh Zayed Jenis: simental, berat: 1.008 kg, tujuan: masjid Agung Solo Jenis : Brangus, berat: 1.017 kg, tujuan: Masjid Al-Wustho Mangkunegaran Jenis: limosin, berat: 650 kg, tujuan: Ponpes Al Qurani Laweyan Solo (Gus Karim) Jenis: Peranakan Ongole, Berat: 639 kg, tujuan: Mbah Lepo (Mojosongo)

Read More

Pihak Keluarga Panji Gumilang Menampik Tuduhan Masyarakat

Indramayu – 1miliarsantri.net : Sosok Pemimpin Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang, selama ini ternyata tidak hanya dikenal di wilayah Indramayu, Jawa Barat saja. Pria yang lagi hangat dibicarakan banyak orang ini ternyata sudah cukup familiar di Gresik, Jawa Timur. Bagaimana tidak, asal usul pemimpin Ponpes Al Zaytun ini ternyata dari Dusun Siraman, Desa Sembung Anyar, Kecamatan Dukun, Gresik, Jawa Timur. Panji Gumilang merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Dulu, dia tinggal di rumah berukuran 10×50 meter. Rumah itu terlihat sederhana. Masih didominasi kayu tua persis seperti bangunan saat awal berdiri. Pada dindingnya masih tertempel banyak foto Panji Gumilang bersama para tokoh. Foto-foto itu terpajang di ruang tamu. Terlihat, salah satu foto menunjukkan Panji Gumilang bersama dengan mantan Presiden Timor Leste Xanana Gusmao. Nama Panji Gumilang sendiri bukan nama sejak lahir. Nama tersebut disematkan setelah Panji mempersunting perempuan idamannya asal Banten, Jawa Barat. “Nama aslinya Abdus Salam. Nama Panji Gumilang dari Kiai Banten setelah nikah dengan orang Banten. Sama seperti adiknya saudara ketiga Yusuf Datok Agung Sidayu. Nama Datok Agung Sidayu juga berasal dari Thailand,” ujar Munawwir (66), warga Dusun Siraman, Desa Sembung Anyar, Kecamatan Dukun kepada 1miliarsantri.net, Minggu (25/06/2023). Dia menjelaskan, Panji Gumilang sejak kecil bersekolah di desa setempat. Ia pun diketahui bersekolah di Sekolah Rakyat (SR) Dukun yang sekarang menjadi SDN Kalirejo. Panji kemudian melanjutkan pendidikan agama di Pondok Maskumambang dan Ihyaul Ulum. “Kalau pagi sekolah formal di Maskumambang, siangnya diniyah di Ihyaul Ulum,” ucapnya. Tak berhenti disitu, Panji Gumilang melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di Pondok Gontor. Di desa asalnya, Panji sering menjadi Imam Masjid saat pulang dari pondok. Bahkan menjadi khotib saat jumatan. Serta mengajar ngaji Alquran di dusun ini. “Saya termasuk muridnya. Sistem mengajarnya sangat menyenangkan. Tidak pernah menampakkan organisasi. Menerangkan agama tidak pernah menampakkan kelompok. Netral orangnya,” beber Munawwir. Panji melanjutkan jenjang pendidikan kuliah di Jakarta. Menurutnya, berdasarkan penuturan Panji saat pulang ke rumah kelahirannya, dia tidak pernah izin orang tua untuk pergi ke Jakarta. Namun setelah berada di sana, Panji menjadi seorang pendidik yang sukses hingga membangun pondok Al-Zaytun. “Panji punya empat saudara, Panji anak kedua. Pertama Muhlisa, ketiga Yusuf Datok Agung Sidayu, ada di Jakarta menjadi kontraktor. Keempat, Abdul Wahib Rosyidi mantan Kades dua periode,” imbuhnya. Munawwir menuturkan, Panji Gumilang saat itu memutuskan untuk mendirikan ponpes Al-Zaytun di Indramayu pada tahun 1992. Sebab di sekitar Desa Sembung Anyar sudah banyak pondok pesantren, bahkan ponpes besar. “Sekitar tahun 1992 mendirikan pondok di Indramayu. Setahu saya Panji punya kepedulian di dunia pendidikan. Tidak pernah ajak yang aneh dan tidak pernah mempromosikan gerakannya. Warga pun tidak ada rasa curiga,” ungkapnya. Sementara itu, Ketua RT 2 RW 1 Dusun Siraman, Mahsun (60) menyebut, ayah Panji Gumilang bernama H Imam Rosyidi. Ia dulunya merupakan seorang kepala desa (Kades) yang tidak ada bandingannya. “Ketuanya kades ya itu. Besar tinggi gagah, elegan. Termasuk awal mula listrik, dan pengairan (terjadi) pada masa ayah Panji,” ujarnya. Kemudian kakeknya, H Abdur Rahman juga orang kaya se-Kecamatan Dukun. Memiliki tanah yang sangat luas. Hingga salah satu tanahnya dibangun masjid dan diberi nama Baitur Rahman. “Kalau pulang ke Dukun, tidak pernah ajak istrinya. Namun bersama rombongan jemaah dan pengawalnya. Anaknya pernah nyaleg DPR RI partai PPP Dapil Lamongan – Gresik. Cuma tidak dapat suara tidak kenal. Kurang terkenal,” paparnya. Sementara itu, adik Panji Gumilang, Abdul Wahib menyatakan pemberitaan ajaran menyimpang di Ponpes Al-Zaytun disebutnya adalah fitnah. Orang-orang bisa melihat pribadi Panji Gumilang, tidak seperti yang ramai dibicarakan selama ini. “Banyak fitnah. Banyak video yang dipotong-potong diberitakan tidak benar, disampaikan tidak benar. Dia sejak kecil seorang pendidik. Pejuang di dunia pendidikan,” kata dia. Bahkan setiap Idul fitri atau punya hajatan keluarga, Panji Gumilang menyempatkan diri untuk pulang. Panji Gumilang selalu pulang meski hanya sebentar satu sampai dua hari saja. Ketika Idul adha pun disebutnya selalu menyumbang sapi. Tahun ini, diakuinya, sudah ada dua sapi yang dikirim beserta beras dan minyak goreng untuk dibagikan ke masyarakat sekitar. Meliputi Dusun Siraman, Gopaan, dan Karanganyar. “Idul adha nanti dibagikan kepada masyarakat sekitar, termasuk dengan daging kurban,” ujarnya. Abdul Wahib menjelaskan, di lingkungan tempat tinggalnya kental dengan lingkungan pondok pesantren. Bahkan setelah mengenyam pendidikan di sekolah rakyat, Panji Gumilang pernah masuk pondok pesantren Maskumambang, lalu ke pondok pesantren Gontor. Kemudian melanjutkan pendidikan di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekarang menjadi UIN Syarif Hidayatullah. (ded)

Read More