Makkah – 1miliarsantri.net: Gus Mujab, sapaan akrab dari Ahmad Mujab Muthohhar (Pembimbing Ibadah Kloter 97 SUB), menyajikan sebuah catatan pelaksanaan ibadah haji dari Hotel 327, Syisah Makkah, 13 Dzulhijjah 1446 H/ 9 Juni 2025 M, dengan judul Catatan Armuzna Haji 1446H, “Antara Harapan Dan Realitas Dalam Meraih Kemabruran Haji.” Realitas Bagi Tamu Dan Pelayan Tamu-Tamu Allah Minimal ada tiga kacamata dalam mensikapi antara realitas dan harapan Pelaksanaan Haji 1446 H ini, selain kacamata Pemerintah Arab Saudi sendiri karena sebagai tuan rumah jutaan Tamu-Tamu Allah Subahanahu Wata’ala. Tiga Kacamata Yang Harus Dipakai Secara Utuh Pertama: Kacamata Pemerintah yang dalam hal ini diwakili Kementrian Agama Republik Indonesia selaku Operator Haji 1446 H. Kedua: adalah kacamata penerima layanan yaitu Jama’ah Haji itu sendiri, yang di dalamnya ada ratusan ribu jama’ah yang harus dilayani, didampingi dan diayomi kebutuhannya. Ketiga: adalah Kacamata Pelaksana di lapangan yang dalam hal ini ada PPIH Arab Saudi, yang didalamnya unsurnya banyak sekali, berikutnya adalah PPIH Embarkasi dan PPIH Kloter yang di dalamnya ada Ketua Kloter, Bimbad Kloter serta Dokter dan Perawat Kloter. Realitas Yang Tidak Selalu Indah Saat ini berseliweran kritik di sosmed, tentang pelaksanaan dan layanan Haji 1446 H. Bahkan kritik itu muncul dari orang-orang yang tidak merasakan langsung situasi di tanah suci, hanya berdasar video yang tersebar di sosmed. Bagi jama’ah sendiri, dalam merespon layanan Haji 1446 H, macam-macam modelnya. Ada yang mengeluh, ada yang mengkritik, ada juga yang tetap sabar tanpa sedikitpun berbicara di sosmed dengan tetap berprinsip ini adalah cara Allah menjamu Saya. Itulah realitas yang ada. Dan bahkan ada orang-orang yang dia berangkat gratis, dibiaya oleh Negara, diundang oleh Pemerintah Arab Saudi yang oleh sebagian orang dianggap tidak punya empati terhadap realitas kesulitan yang dialami oleh sebagian dari saudara-saudaranya yang saat ini menunaikan ibadah Haji melalui jalur haji reguler, dengan membagikan foto depan hotel mewah di depan haram, dan bahkan bergelimang makanan-makanan nikmat. Wal’iyadu billah. Do’akan Penerima Cobaan Supaya Kuat, Bukan Cari Kambing Hitam Bagi sebagian orang dan bahkan bagi mereka yang tidak merasakan langsung apa yang terjadi di tanah suci, mereka mengkritik habis-habisan pihak Kemenag karena dianggap tidak becus mengurus pelayanan Haji 1446 H. Sahabatku, saudaraku, jika kita bertanya pada mereka pemangku kebijakan yaitu Kementrian Agama, apakah mereka menginginkan problem-problem yang muncul saat ini?, “saya yakin kalau kita orang beriman pasti mereka ingin melayani dengan sebaik-baiknya kepada Tamu-Tamu Allah SWT.” “Saya tidak berusaha mencari apa akar masalah problem-problem ini, biarkan para pemangku kebijakan yang didalamnya, ada Kementrian Agama dan Para Pemangku Kepentingan termasuk di dalamnya timwas dari DPR dan DPD untuk melakukan evaluasi menyeluruh. “Evaluasi menyeluruh dengan mengajak pihak-pihak terkait seperti KBIHU yang memiliki peran luar biasa yang selalu bahu membahu dengan Para Petugas Kloter untuk melayani para jama’ah secara maksimal dengan situasi dan kondisi saat ini. Dan, “saya yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa semua pasti akan berusaha mengurai problem yang muncul dari layanan haji 1446 H ini.” Semua Mendapatkan Cobaan Dengan Porsi Yang Berbeda I. Ujian Daker Makkah dan Madinah. Ketika kita bertanya kepada teman-teman yang berkhidmah di Daker Makkah atau Madinah pasti mereka juga tidak menginginkan adanya problem- problem ini. Sebagian dari mereka sendiri bertutur, bagaimana mereka bekerja kadang hampir 22 jam, karena masalah yang muncul tidak berhenti-berhenti, ini seperti roda yang tidak berhenti sejak 1 Mei hingga 30 Mei. Embarkasi Surabaya saja tiap hari minimal ada dua penerbangan. Bisa dibayangkan kalau digabung dengan Embarkasi lain. Kalau muncul masalah semua. Bisa-bisa 24 jam permasalahan gak berhenti selama satu bulan penuh sampai puncak Armuzna. Teman-teman Daker bercerita ada yang kadang 2 sampai 3 hari belum tidur maksimal. II. Ujian bagi Petugas Kloter. Bagi saya sendiri, bersama petugas Kloter SUB 97, yang di kenal dengan Kloter Sapu Jagat, karena paling buncit, baru landing sudah dihadapkan problem hotel yang terpecah 38 hotel sesuai aplikasi. Namun realitasnya, hotel-hotel yang semesestinya menjadi tempat tinggal kami di Makkah, rata-rata sudah penuh. Sehingga Daker mencarikan kami hotel cadangan, itupun susah payah didapatkan. MasyaAllah. Belum lagi urusan anak terpisah hotel dengan orang tuanya, istri dengan suaminya, jama’ah KBIHU terpisah dengan sesama anggotanya plus pembimbingnya dan seterusnya. Belum selesai urusan hotel, dilanjutkan urusan koper yang harus kami anter ke hotel masing-masing jama’ah yang tercecer di 20 hotel. Beruntungnya Sektor dan Daker bergerak membantu kami. Problem berikutnya belum selesai, banyak jama’ah belum dapat kartu nusuk sementara wukuf sudah di depan mata. Ya Allah. Kami sampai ke Daker berulang-ulang. Ya Allah. La haula Wala Quwwata Illa Billah.Kami, para petugas Kloter harus memitigasi jama’ah tersebar di hotel berapa, apakah sudah dapat kamar belum, sudah dapat koper belum, sementara Karu dan Karom tidak maksimal karena efek tercecernya hotel yang berbeda-beda. Kami semua bergerak. Bimbad, Dokter harus bahu membahu dengan Ketua Kloter untuk mengurai permasalahan jama’ah. Mulai dari ngurusi koper bersama, data hotel dan cek hotel bersama. Semua bahu membahu. Kami tidak boleh mengeluh sebagai petugas. Apa kata dunia, petugas mengeluh terus jama’ah bagaimana? Belum lagi problem Armuzna. Penjemputan bus dari hotel yang tidak tepat waktu, penempatan tenda wukuf yang tidak teratur karena sengkarut harus satu Syarikah, hingga peristiwa ribuan jama’ah yang jalan kaki dari Mudzalifah ke Mina karena kemacetan bus yang luar biasa yang menyebabkan kaki melepuh, hingga problem-problem lainnya. La haula Wala Quwwata Illa Billah. III. Ujian bagi jama’ah. Ya Allah, kalau bagi mereka ujiannya lebih berat dari pada petugas. Sebagai petugas, kami sudah disetting untuk siap menerima keadaan seburuk apapun. Tapi jama’ah berbeda, mereka rata-rata sudah dilayani KBIHU ditanah air dengan baik, dilayani Kemenag Kota/Kabupaten dengan baik, tapi ketika di tanah suci mereka dihadapkan dengan hotel yg terpisah dengan keluarga, koper berhari-hari baru ketemu, muncul lagi masalah kafilah yang membuat bingung jama’ah. Belum lagi problem Armuzna. Ya Allah. Bersyukur Dan Bersabar Adalah Senjata Jitu Meraih Kemabruran Haji Ala kulli hal, semua diuji dengan ujian yang berbeda. Dan alhamdulillah hari ini sudah berada di ujung Armuzna. Semoga semua mendapatkan haji yang mabrur. Dianugrahkan sehat, kuat dan Ridho atas apa yg menjadi ketentuan Allah Subhanahu Wata’la. Patut menjadi pegangan kita semua, baik teman-teman yang di Kemenag, semua petugas, jama’ah dan KBIHU akan Sabda Manusia Mulia, panutan kita semua: Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu…