Semangat Relawan Muslim yang Tidak Hanya Berbagi Tenaga, tetapi Juga Harapan

Bogor – 1miliarsantri.net : Di balik setiap aksi kemanusiaan, selalu ada wajah-wajah tulus yang bekerja tanpa pamrih. Mereka adalah relawan Muslim, individu yang tidak hanya memberikan tenaga, tetapi juga menghadirkan harapan di tengah masyarakat yang membutuhkan. Melalui semangat Ziswaf (Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf), para relawan ini menjadi wujud nyata nilai-nilai Islam yang hidup dan berdaya. Menjadi relawan Muslim bukan sekadar soal turun ke lapangan dan membantu secara fisik. Lebih dari itu, mereka membawa energi spiritual yang menguatkan: bahwa menolong sesama adalah bentuk rasa syukur kepada Allah sekaligus cerminan keimanan. Dalam dunia yang sering sibuk dengan urusan pribadi, para relawan Muslim justru memilih jalan pengabdian jalan yang tidak selalu mudah, namun penuh makna. Relawan Muslim dan Nilai-Nilai Ziswaf yang Menghidupkan Konsep Ziswaf bukan semata tentang memberi harta, tetapi tentang menyalurkan keberkahan dan menghidupkan nilai kepedulian sosial. Di sinilah peran relawan Muslim menjadi begitu penting. Mereka menjadi jembatan antara para donatur dan penerima manfaat, memastikan bahwa setiap zakat, infak, sedekah, atau wakaf tersampaikan dengan amanah dan penuh kasih. Dalam berbagai kegiatan sosial, relawan Muslim tidak hanya hadir membawa bantuan, tetapi juga menghadirkan sentuhan kemanusiaan. Mereka turun langsung ke daerah bencana, mengantarkan paket pangan ke pelosok, hingga membantu pembangunan sarana wakaf seperti masjid, sekolah, dan sumur air bersih. Semua dilakukan dengan niat tulus, karena bagi mereka, berbagi bukan kewajiban semata, melainkan panggilan hati. Setiap tenaga yang dicurahkan adalah bentuk sedekah tenaga, yang nilainya tidak kalah besar dari sedekah materi. Dari keringat dan kelelahan itu lahir harapan baru bagi mereka yang kehilangan semangat hidup. Tenaga yang Menguatkan, Harapan yang Menyembuhkan Di tengah situasi sulit, kehadiran relawan Muslim sering menjadi cahaya yang menenangkan. Bukan hanya karena bantuan yang dibawa, tetapi karena senyum, sapaan, dan semangat yang mereka tularkan. Bagi masyarakat yang sedang tertimpa musibah, kehadiran relawan ini sering kali menjadi pengingat bahwa mereka tidak sendiri. Tenaga yang diberikan relawan Muslim bukan hanya untuk membangun atau mengangkat barang, tetapi juga untuk menguatkan jiwa. Mereka mendengarkan kisah para korban, memberi motivasi, dan menanamkan harapan baru. Dalam setiap langkah dan doa yang terucap, ada keyakinan bahwa menolong satu jiwa sama dengan menolong seluruh umat manusia. Inilah makna mendalam dari Ziswaf dalam praktik kehidupan. Zakat membersihkan harta, infak dan sedekah menumbuhkan empati, sedangkan wakaf menjadi warisan keberkahan jangka panjang. Relawan Muslim adalah penggerak yang memastikan nilai-nilai itu terus hidup di tengah masyarakat. Gerakan Sosial yang Menyatu dengan Jiwa Umat Gerakan para relawan Muslim bukan sekadar kegiatan amal, melainkan gerakan moral yang menumbuhkan kepedulian dan solidaritas umat. Mereka menunjukkan bahwa keberkahan hidup tidak diukur dari seberapa banyak yang dimiliki, melainkan seberapa besar yang bisa dibagikan. Kini, semakin banyak generasi muda yang ikut bergabung sebagai relawan Muslim. Mereka melihat bahwa menebar kebaikan bisa dilakukan dengan cara yang modern, kreatif, dan kolaboratif, mulai dari penggalangan dana digital hingga aksi sosial lintas daerah. Semangat ini membuktikan bahwa nilai-nilai Ziswaf tetap relevan dan dapat dihidupkan di era digital. Selama masih ada relawan Muslim yang bergerak dengan hati, harapan tidak akan pernah padam. Mereka bukan hanya membantu menguatkan fisik umat, tetapi juga menjaga nurani sosial agar tetap hidup dan menyala. Menjadi relawan Muslim bukan sekadar tentang berbuat baik tetapi tentang menghidupkan nilai kemanusiaan yang paling dalam. Bahwa setiap tenaga yang kita berikan, setiap senyum yang kita tebarkan, dan setiap langkah kecil menuju kebaikan, adalah bagian dari ibadah yang bernilai besar di sisi Allah. Semoga semangat para relawan Muslim menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berbuat baik, bukan hanya saat dibutuhkan, tetapi karena hati kita telah terbiasa untuk peduli. Sebab di dunia yang sering terasa keras, keikhlasan adalah bentuk kekuatan paling lembut yang bisa menyembuhkan. Penulis: Salwa Widfa Utami Foto Ilustrasi AI Editor : Iffah Faridatul Hasanah & Toto budiman

Read More

PT BIMA dan BMM Dorong Ekonomi Ramah Lingkungan Lewat Program “Polah Jelantah”

Surabaya – 1miliarsantri.net : Dalam upaya menghadirkan ekonomi ramah lingkungan, program “Polah Jelantah” muncul sebagai inovasi yang mampu menyentuh dua sisi sekaligus. Pelestarian lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Inisiasi PT Berkah Industri Mesin Angkat (BIMA) terus memperkuat komitmennya dalam menciptakan lingkungan bersih, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) bertajuk “Polah Jelantah”, PT BIMA berkolaborasi dengan Baitulmaal Muamalat (BMM) Jawa Timur dan Yayasan Bina Bakti Lingkungan (YBBL) dalam mengelola limbah minyak jelantah rumah tangga menjadi produk bernilai ekonomi seperti sabun dan lilin. Program ini mendorong kebiasaan baru yang lebih bertanggung jawab, sekaligus membuka peluang nilai tambah dari limbah rumah tangga yang selama ini terabaikan. Kegiatan yang dilaksanakan di Kampung Ramah Perempuan dan Anak (RPA) RW 09, Kelurahan Tanah Kali Kedinding, Kenjeran, Surabaya, pada Rabu (12/11/2025) ini menjadi contoh nyata kolaborasi multipihak antara perusahaan, lembaga sosial, pemerintah, dan masyarakat dalam membangun ekosistem ekonomi sirkular di tingkat akar rumput. Dengan pendekatan edukatif dan partisipatif, program polah jelantah menjadi langkah kongkret menuju gaya hidup ramah lingkungan yang menguntungkan bagi semua. Acara dihadiri oleh Kepala Biro Tata Kelola Perusahaan PT BIMA Donny Arif Kurniawan, Ketua Tim Penyuluhan Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Masyarakat DLH Kota Surabaya Satiah, S.Sos, Lurah Tanah Kali Kedinding Anggoro Himawan, ST., MT., serta perwakilan masyarakat dari RW 01 dan RW 09. Dari unsur mitra sosial turut hadir Kepala Perwakilan BMM Jawa Timur Alib Bagus Suyoto dan perwakilan YBBL. Baca juga : BMM Peduli Teman Tuli Dalam sambutannya, Donny Arif menegaskan bahwa program “Polah Jelantah” merupakan bagian dari strategi keberlanjutan PT BIMA yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. “Melalui edukasi dan pelatihan, masyarakat diharapkan tidak hanya menjaga lingkungan tetap bersih, tetapi juga memperoleh nilai tambah ekonomi dari pengelolaan minyak jelantah,” ujarnya. Sebagai wujud dukungan konkret, PT BIMA menyalurkan fasilitas pendukung seperti botol angkut minyak jelantah, jerigen, alat pelatihan, serta buku panduan pengelolaan limbah. Perusahaan juga memberikan pelatihan teknis, manajemen bank sampah, dan pendampingan berkelanjutan bagi kelompok penerima manfaat. Perwakilan DLH Surabaya, Satiah, menyampaikan apresiasi atas inisiatif tersebut yang sejalan dengan program Zero Waste Community Pemerintah Kota Surabaya. Baca juga : Islam dan lingkungan “Pola Jelantah memperlihatkan bagaimana peran dunia usaha dapat menjadi katalis perubahan menuju perilaku hidup berkelanjutan,” ungkapnya. Kegiatan ditutup dengan penyerahan simbolis bantuan program “Pola Jelantah” oleh seluruh pihak yang terlibat, sebagai bentuk komitmen bersama dalam membangun lingkungan yang bersih, sehat, dan berdaya ekonomi. Dengan  mengubah limbah  minyak jelantah menjadi sumber manfaat, program ini  tidak hanya  menekan  potensi  pencemaran, tetapi juga menggerakkan roda  ekonomi masyarakat secara inklusif.  Jika kesadaran dan partisipasi terus diperluas, polah jelantah berpotensi  menjadi gerakan besar yang membentuk ekosistem ekonomi hijau di tingkat lokal dan nasional. PT BIMA, BMM Jawa Timur, dan YBBL berharap keberhasilan program ini dapat diduplikasi di wilayah lain di Jawa Timur, sehingga memperkuat sinergi antara sektor usaha, lembaga sosial, dan masyarakat dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. (**) Kontributor : Warda Hikmatul Mardiyah Editor : Toto Budiman Foto : Dokumentasi BMM Jatim

Read More

Filantropi Islam di Era Digital, Mari Jadikan Donasi sebagai Gaya Hidup

Bogor – 1miliarsantri.net : Perkembangan teknologi tidak hanya mengubah cara manusia berkomunikasi, tetapi juga cara mereka berbuat baik. Dalam konteks Islam, muncul kembali istilah yang semakin relevan dengan zaman yaitu filantropi Islam yang menjadikan donasi sebagai gaya hidup. Filantropi Islam adalah bentuk kepedulian sosial yang diatur dalam ajaran agama, dengan tujuan menyeimbangkan distribusi kekayaan dan menumbuhkan kesejahteraan umat. Namun di era digital ini, makna filantropi tidak berhenti pada kegiatan amal tradisional. Ia berkembang menjadi sistem sosial yang lebih terstruktur, transparan, dan berkelanjutan menjembatani kebaikan antara mereka yang mampu dan mereka yang membutuhkan melalui teknologi. Dalam Islam, filantropi merupakan instrumen penting dalam menjaga keadilan sosial. Zakat menjadi kewajiban bagi yang mampu, infak dan sedekah menjadi bentuk kepedulian sukarela, sementara wakaf berfungsi menjaga manfaat jangka panjang bagi masyarakat. Melalui instrumen-instrumen ini, Islam mengajarkan bahwa kekayaan bukan untuk ditimbun, tetapi untuk disalurkan agar menciptakan keseimbangan ekonomi dan mengurangi kesenjangan sosial. Yang menarik, konsep filantropi Islam tidak hanya berbicara tentang memberi, tetapi juga tentang memberdayakan. Artinya, penerima manfaat tidak hanya menerima bantuan, tetapi juga memperoleh kesempatan untuk mandiri. Inilah esensi sosial ekonomi yang menjadi dasar dari setiap gerakan ziswaf  membangun kesejahteraan umat dengan cara yang berkelanjutan. Transformasi Filantropi di Era Digital Era digital menghadirkan perubahan besar pada cara beramal. Kini, filantropi Islam memasuki babak baru dengan kehadiran platform digital seperti aplikasi zakat, dompet donasi online, hingga gerakan crowdfunding yang mengusung nilai kemanusiaan dan keagamaan sekaligus.   Teknologi menjadikan proses berbagi lebih mudah, cepat, dan transparan. Donatur dapat memantau penyaluran dana, lembaga dapat memperluas jangkauan, dan masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam program sosial tanpa terhalang jarak dan waktu. Lebih jauh lagi, digitalisasi juga menumbuhkan kesadaran baru bahwa berbagi kini bukan sekadar tindakan spontan, tetapi bagian dari tanggung jawab sosial yang bisa dilakukan secara konsisten. Setiap klik donasi bukan hanya transaksi keuangan, melainkan bentuk nyata dari semangat tolong-menolong yang dihidupkan kembali dalam konteks modern. Menjadikan Donasi sebagai Gaya Hidup Menjadikan donasi sebagai gaya hidup berarti membawa semangat filantropi ke dalam keseharian. Ia bukan lagi kegiatan insidental saat ada bencana, melainkan kebiasaan sadar yang tumbuh dari rasa empati dan tanggung jawab sosial. Dalam perspektif Islam, gaya hidup ini bukan tren, melainkan manifestasi keimanan dalam bentuk nyata dari rasa syukur atas rezeki yang dimiliki dan keyakinan bahwa memberi tidak akan mengurangi, tetapi justru menambah keberkahan. Ketika generasi muda mulai menjadikan berbagi sebagai bagian dari rutinitas, maka terbentuklah budaya baru: budaya yang menilai keberhasilan bukan dari seberapa banyak yang dimiliki, melainkan dari seberapa besar manfaat yang bisa diberikan. Filantropi bukan lagi urusan lembaga besar, tapi gerakan kolektif masyarakat yang peduli dan sadar akan peran sosialnya. Filantropi Islam menunjukkan bahwa teknologi dan spiritualitas bisa berjalan beriringan. Dunia digital memberikan akses, tapi nilai-nilai ziswaf yang memberikan arah. Dengan menjadikan donasi sebagai bagian dari gaya hidup, kita tidak hanya menolong sesama, tetapi juga membangun peradaban yang lebih adil dan berempati. Kebaikan tidak harus besar untuk bermakna. Kadang, perubahan dimulai dari satu keputusan kecil: untuk memberi, berbagi, dan peduli. Dan dari keputusan itulah lahir peradaban yang berakar pada kasih sayang, keberkahan, dan nilai kemanusiaan yang sejati. Penulis: Salwa Widfa Utami Foto Ilustrasi AI Editor : Iffah Faridatul Hasanah & Toto Budiman baca juga : potensi ziswaf untuk perubahan iklim disini

Read More

Mendesak! Pembentukan Kementerian Ziswaf untuk Penguatan Ekonomi Syariah Nasional

Malang – 1miliarsantri.net : Pemerintah Indonesia dinilai perlu menyegerakan pembentukan kementerian ziswaf sebagai upaya strategis untuk memperkuat sistem ekonomi syariah di tanah air. Selama ini, pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan wakaf masih tersebar di berbagai lembaga tanpa satu koordinasi terpadu. Padahal, dengan mayoritas penduduk Muslim, Indonesia memiliki potensi ziswaf yang sangat besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Kehadiran kementerian ziswaf diharapkan menjadi solusi konkret untuk memperbaiki pengelolaan dana sosial keagamaan dan menjadikannya instrumen nyata dalam mengatasi kemiskinan serta kesenjangan sosial. Urgensi Pembentukan Kementerian Ziswaf Pembentukan kementerian ziswaf menjadi penting karena hingga saat ini belum ada satu pun lembaga setingkat kementerian yang secara khusus menangani pengelolaan ziswaf. Lembaga-lembaga yang ada, seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) atau Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), memiliki kewenangan terbatas dan bersifat sektoral. Tanpa kehadiran kementerian yang fokus dan berwenang penuh, pengelolaan ziswaf cenderung tidak terintegrasi dan minim pengawasan. Kementerian ziswaf akan menjadi pusat kendali regulasi, pengawasan, dan pelaksanaan program berbasis zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Dengan struktur yang jelas dan didukung anggaran negara, lembaga ini dapat mendorong transparansi, efisiensi, serta penyaluran dana yang lebih merata dan tepat sasaran. Potensi pengumpulan ziswaf di Indonesia mencapai triliunan rupiah per tahun. Namun, tanpa kementerian ziswaf, potensi tersebut belum mampu memberikan kontribusi signifikan bagi pembangunan sosial-ekonomi masyarakat. Kementerian ini akan berperan penting dalam membangun sistem yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana secara profesional, berbasis teknologi, dan sesuai dengan prinsip maqashid syariah. Selain itu, kementerian ziswaf dapat memperkuat literasi masyarakat tentang kewajiban zakat dan pentingnya wakaf produktif. Edukasi dan regulasi yang lebih kuat akan mendorong partisipasi masyarakat Muslim untuk menunaikan kewajiban keagamaannya secara maksimal. Keuntungan Kehadiran Kementerian Ziswaf Dengan terbentuknya kementerian ziswaf, pengelolaan dana sosial Islam tidak lagi menjadi isu pinggiran. Kementerian ini akan menjadi motor penggerak pemberdayaan ekonomi umat, khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan rentan. Program-program seperti pemberdayaan usaha mikro, bantuan pendidikan, layanan kesehatan gratis, hingga pengadaan rumah tinggal berbasis wakaf dapat dijalankan secara lebih sistematis. Kementerian ziswaf juga memungkinkan integrasi kebijakan antara zakat dan pajak secara harmonis, tanpa membingungkan masyarakat. Selama ini, ketidakhadiran lembaga resmi di level kementerian menyebabkan zakat seringkali dianggap sebagai opsi tambahan, bukan kewajiban agama yang memiliki dampak sosial langsung seperti pajak. Pembentukan kementerian ziswaf bukan sekadar simbolisme, tetapi kebutuhan nyata untuk menjawab berbagai tantangan dalam ekonomi syariah nasional. Indonesia tidak bisa terus bergantung pada lembaga sementara atau unit kecil di bawah kementerian lain dalam mengelola dana ziswaf. Dengan pembentukan kementerian ini, diharapkan Indonesia dapat menjadi contoh negara dengan sistem ziswaf yang kuat, transparan, dan berdampak besar pada kesejahteraan umat. Penulis : Ramadani Wahyu Editor : Iffah Faridatul Hasanah & Toto Budiman Baca juga ; Potensi ziswaf untuk perubahan iklim

Read More

Ziswaf untuk Perubahan Iklim: Potensi Solusi dari Filantropi Islam

Malang – 1miliarsantri.net : Isu perubahan iklim kini memasuki fase darurat yang membutuhkan solusi konkret dan kolaboratif. Negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang rentan terdampak krisis iklim, masih menghadapi tantangan besar dalam memperoleh pembiayaan adaptasi dan mitigasi. Padahal ziswaf untuk perubahan iklim sangat berpotensi besar. Di tengah belum optimalnya dukungan negara maju, potensi ini menjadi alternatif dari dalam negeri namun belum dimaksimalkan dengan baik. Zakat, infak, sedekah, dan wakaf sebagai bagian dari filantropi Islam menawarkan solusi pendanaan yang tidak hanya etis dan inklusif, tetapi juga berkelanjutan secara sosial. Potensi Ziswaf untuk Perubahan Iklim di Indonesia Indonesia adalah negara dengan tingkat kedermawanan tinggi dan mayoritas penduduk Muslim. Berdasarkan data resmi, potensi zakat nasional bisa mencapai ratusan triliun rupiah per tahun. Di sisi lain, potensi wakaf tunai juga sangat besar. Namun, selama ini sebagian besar dana tersebut disalurkan untuk keperluan konsumtif, respons kebencanaan, dan pengentasan kemiskinan jangka pendek. Padahal, ziswaf untuk perubahan iklim membuka ruang baru untuk pembiayaan program jangka panjang yang fokus pada pelestarian lingkungan dan pemulihan sumber daya alam. Agar efektif, diperlukan transformasi dalam pendekatan pengelolaan ziswaf. Lembaga-lembaga filantropi Islam perlu mulai mengembangkan skema pembiayaan yang diarahkan untuk upaya mitigasi dan adaptasi iklim, seperti konservasi air, penghijauan, restorasi hutan, serta penggunaan energi terbarukan. Dengan memperluas definisi Asnaf yang relevan dengan dampak perubahan iklim seperti mereka yang kehilangan mata pencaharian akibat krisis lingkungan, ziswaf untuk perubahan iklim dapat diterjemahkan ke dalam program-program yang relevan dan kontekstual dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan yang rentan bencana. Strategi Implementasi Ziswaf untuk Perubahan Iklim Penerapan ziswaf untuk perubahan iklim memerlukan pendekatan kolaboratif antara lembaga zakat, pemerintah, komunitas lokal, dan sektor swasta. Program prioritas dapat mencakup rehabilitasi pesisir, penanaman mangrove, penguatan ketahanan masyarakat sekitar hutan, pengelolaan air permukaan, serta pengembangan infrastruktur hijau seperti rumah ibadah hemat energi dan sekolah ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan wakaf produktif, lembaga filantropi dapat menciptakan program-program berkelanjutan tanpa bergantung pada donasi musiman. Perubahan paradigma dalam pengelolaan filantropi Islam akan sangat menentukan keberhasilan upaya adaptasi terhadap krisis iklim. Saatnya ziswaf untuk perubahan iklim tidak lagi diposisikan sebagai opsi pelengkap, melainkan sebagai salah satu pilar utama dalam strategi nasional menghadapi darurat iklim. Perluasan pemahaman masyarakat terhadap isu lingkungan juga penting agar partisipasi tidak sekadar berdasarkan kewajiban agama, tetapi juga kesadaran ekologis.Dengan menggali potensi zakat, infak, sedekah, dan wakaf secara maksimal dan mengarahkannya ke sektor lingkungan, Indonesia dapat menghadirkan solusi lokal terhadap tantangan global. Filantropi Islam dapat menjadi instrumen keuangan sosial yang strategis, tidak hanya untuk pengentasan kemiskinan tetapi juga dalam menjawab krisis iklim. Oleh karena itu, sudah saatnya ziswaf untuk perubahan iklim menjadi prioritas dalam agenda keumatan dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Penulis : Ramadani Wahyu Editor : Iffah Faridatul Hasanah & Toto Budiman

Read More

Tren Donasi Online Saat Bencana: Antara Cepat, Transparan, dan Tantangan Hoaks

Bogor- 1miliarsantri.net : Beberapa menit setelah berita gempa atau banjir besar terjadi, lini masa media sosial langsung dipenuhi tautan donasi. Ada yang datang dari lembaga resmi, komunitas relawan, hingga individu yang bergerak spontan. Fenomena donasi online bencana kini sudah menjadi kebiasaan baru masyarakat Indonesia, oleh karena langkah-langkahnya yang cepat, mudah, dan bisa dilakukan hanya dengan beberapa kali klik di layar ponsel. Salah satu daya tarik utama donasi online adalah kecepatannya. Ketika gempa melanda Cianjur pada 2022, misalnya, sejumlah platform crowdfunding melaporkan dana miliaran rupiah terkumpul hanya dalam hitungan hari. Ribuan orang dari berbagai daerah bisa ikut berdonasi tanpa harus hadir langsung di lokasi bencana. Kekuatan donasi online juga terlihat dari peran komunitas. Relawan muda bisa menggalang dana melalui Instagram atau TikTok, lalu menyalurkannya ke korban yang membutuhkan. Kecepatan ini membuat bantuan darurat, seperti makanan, selimut, dan obat-obatan, bisa segera sampai di lokasi. Bagi korban, setiap jam sangat berarti dan donasi online menjawab kebutuhan itu. Baca juga: Mengapa Zakat Perlu Dikeluarkan, Bagaimana Konsepnya dalam Ekonomi Islam? Transparansi dan Akuntabilitas Meski cepat, donasi online hanya bisa bertahan jika ada kepercayaan. Banyak platform kini menekankan transparansi yang mana menampilkan jumlah donasi masuk, laporan penyaluran, hingga dokumentasi langsung dari lapangan. Contohnya, beberapa lembaga mengunggah video distribusi bantuan agar publik bisa melihat bahwa dana benar-benar sampai pada korban. Transparansi seperti ini bukan hanya menjaga kepercayaan donatur, tapi juga memotivasi lebih banyak orang untuk ikut berdonasi. Melihat bukti nyata bahwa bantuan tersalurkan, publik merasa yakin dan terdorong untuk berbagi lagi di momen bencana berikutnya. Baca juga: Shalat Subuh: Awal Hari yang Menentukan Keberkahan Hidup Tantangan Hoaks dan Penyalahgunaan Namun, tren positif ini tidak lepas dari tantangan. Di balik semangat berbagi, muncul pula oknum yang menyalahgunakan kepercayaan publik. Pernah ada kasus tautan donasi palsu yang menyebar di WhatsApp dengan mengatasnamakan lembaga besar. Ada pula individu yang menggalang dana secara personal namun tidak jelas penyalurannya. Hoaks seperti ini merugikan dua pihak sekaligus yakni korban bencana yang seharusnya menerima bantuan, dan masyarakat yang akhirnya kehilangan kepercayaan untuk berdonasi. Karena itu, penting bagi donatur untuk selalu mengecek kredibilitas penggalangan dana, memastikan lembaga atau komunitas yang bergerak memiliki rekam jejak yang jelas. Donasi online saat bencana adalah wujud nyata kepedulian masyarakat yang makin adaptif dengan perkembangan zaman. Cepat, praktis, dan bisa menjangkau siapa pun yang ingin membantu. Namun, kecepatan itu harus diimbangi dengan transparansi dan kewaspadaan terhadap hoaks. Pada akhirnya, menjadi donatur cerdas berarti tidak hanya memberi, tetapi juga memastikan bahwa setiap rupiah yang kita salurkan benar-benar sampai kepada mereka yang membutuhkan. Penulis : Salwa Widfa Utami Foto Ilustrasi AI Editor : Iffah Faridatul Hasanah dan Toto Budiman

Read More

Sasar Disabilitas Tuna Rungu, BMM dan LPPOM Gelar ToT (Training of Trainer) Al-Qur’an Isyarat

Surabaya – 1miliarsantri.net : Sebagai langkah nyata dalam memperluas akses dakwah dan pembelajaran Al-Qur’an bagi penyandang disabilitas tuna rungu, Baitulmaal Muamalat (BMM) bersama LPPOM Jawa Timur menggelar kegiatan Training of Trainer (ToT) Al-Qur’an Isyarat yang berlangsung selama 2 (dua) hari pada 29 – 30 Oktober 2025, di Ruang Rapat Lantai 2 Islamic Center, Surabaya. Program Training of Trainer ini bertujuan untuk membekali sahabat tuna rungu, serta para guru, relawan dan pendamping agar mampu mengajarkan Al-Qur’an dengan metode isyarat yang mudah dipahami, komunikatif dan tetap sesuai dengan kaidah tajwid. Melalui pelatihan ini, harapannya semakin banyak masyarakat tuli yang dapat membaca, memahami serta mencintai Al-Qur’an serta mengenal nilai-nilai Islam. Dalam sambutannya, Muhammad Riandy selaku Kepala Divisi Wakaf Baitulmaal Muamalat menyampaikan apresiasi atas inisiatif penyelenggaraan program tersebut. Ia berharap kegiatan ini menjadi langkah besar dalam mewujudkan pendidikan inklusif, khususnya dalam bidang pengajaran Al-Qur’an. “Mudah-mudahan tiga juta teman tuli di Indonesia dapat menikmati dan mempelajari Al-Qur’an isyarat. Dengan begitu, pendidikan inklusif di bidang pengajaran Al-Qur’an benar-benar bisa dirasakan oleh teman-teman tuna rungu,” ujarnya. Sementara itu, Drs. H. Joesoef Syah, M.S., Apt., selaku perwakilan dari LPPOM Jawa Timur, menambahkan harapannya agar program ini mampu memberdayakan masyarakat tuna rungu dalam menyebarkan nilai-nilai Al-Qur’an. “Diharapkan melalui program ini, teman-teman tuna rungu dapat turut mensyiarkan ayat-ayat Al-Qur’an, seperti surah Al-Baqarah, sehingga mereka dan keluarga mereka terhindar dari mengonsumsi makanan dan minuman yang haram,” tuturnya. Dalam sambutan yang disampaikan oleh Dr. H. Moh Arwani, M.Ag, M.HI selaku Kepala Bidang Penerangan Agama Islam dan Pemberdayaan Zakat Wakaf Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur menerangkan bahwa, program Training of Training ini sejalan dengan visi dan misi kementerian agama, salah satunya yaitu meningkatkan literasi alquran yang ramah, khususnya untuk semua lapisan masyarakat tanpa ada diskriminasi. Baca juga : Literasi Sehat Berinternet dipilih sebagai Tema Pelatihan Cyberheroes 2025 PT Telkom dan BMM Bagaimana Kegiatan ini Berlangsung ? Dalam kegiatan ToT ini, peserta mendapatkan berbagai materi, antara lain : Pengenalan Bahasa isyarat Indonesia (BISINDO) dan pemahaman psikologi penyandang tuli, agar para pengajar dapat menyampaikan materi dengan empati dan pendekatan pembelajaran yang tepat. Kegiatan ini juga diisi dengan sesi praktik langsung, pembekalan metode pembelajaran Al-Qur’an bagi sahabat tuna rungu, serta diskusi interaktif antara peserta dan fasilitator. BMM tidak hanya membekali peserta dengan kemampuan menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam bahasa isyarat, tetapi juga menanamkan nilai empati dan semangat dakwah tanpa batas bagi seluruh masyarakat. Melalui semangat “Dengan Isyarat, Raih Syafaat”, kegiatan ini menjadi bukti bahwa tidak ada keterbatasan dalam mendekat kepada Allah. Bahasa kasih dan dakwah dapat menjangkau siapa pun dan dengan cara apa pun. Baca juga : Awas Dampak Kejahatan Cyber Meluas, PT Telkom dan BMM Gencarkan Literasi Digital di Kalangan Pelajar Sebagai lembaga amil zakat yang berkomitmen terhadap pemberdayaan umat, BMM memandang pentingnya menghadirkan pendidikan Al-Qur’an yang ramah disabilitas khususnya tuna rungu. Selama ini, keterbatasan komunikasi seringkali menjadi penghalang bagi teman-teman tuna rungu untuk belajar membaca dan memahami kandungan Al-Qur’an. Melihat kondisi tersebut, BMM berinisiatif mengadakan pelatihan bagi calon pelatih yang nantinya dapat menjadi penggerak dakwah Al-Qur’an isyarat di berbagai daerah. Kegiatan ini juga menjadi bagian dari komitmen BMM dalam mewujudkan inklusi sosial dan kesetaraan akses pendidikan keagamaan bagi semua kalangan, tanpa memandang keterbatasan fisik. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan semakin banyak lembaga pendidikan, masjid, dan komunitas dakwah yang terbuka terhadap pembelajaran Al-Qur’an berbasis inklusi.(**) Kontributor : Warda Hikmatul Mardiyah Editor : Iffah Faridatul Hasanah dan Toto Budiman Foto : Dokumentasi BMM Jatim

Read More
Konsep Zakat dalam ekonomi Islam

Mengapa Zakat Perlu Dikeluarkan, Bagaimana Konsepnya dalam Ekonomi Islam?

Bondowoso – 1miliarsantri.net : Dalam kehidupan masyarakat Muslim, konsep zakat dalam ekonomi Islam bukan sekadar kewajiban agama, melainkan juga sistem sosial yang memiliki dampak besar terhadap kesejahteraan bersama. Zakat menjadi salah satu instrumen penting yang menghubungkan spiritualitas dengan ekonomi, karena di dalamnya terkandung nilai keadilan, kepedulian, dan pemerataan harta. Dengan kata lain, zakat bukan hanya bentuk ibadah, tetapi juga solusi dalam menjaga keseimbangan ekonomi umat. Zakat memiliki posisi strategis dalam struktur ekonomi Islam. Melalui zakat, harta yang berputar di masyarakat tidak hanya berpusat pada golongan kaya, melainkan juga tersalurkan kepada mereka yang membutuhkan. Hal ini menjadi pembeda utama antara sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi konvensional yang sering kali berorientasi pada akumulasi kekayaan. Dengan memahami konsep zakat dalam ekonomi Islam, kita dapat melihat bagaimana Islam mengajarkan keseimbangan antara hak individu dan kepentingan sosial. Makna dan Kewajiban Zakat dalam Islam Sebelum memahami lebih jauh peran ekonominya, penting bagi kita untuk mengenali makna zakat itu sendiri. Zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti suci, tumbuh, dan berkah. Artinya, zakat bukanlah sekadar pengeluaran harta, melainkan juga penyucian jiwa dan kekayaan. Dalam ajaran Islam, zakat wajib dikeluarkan oleh setiap Muslim yang telah mencapai nisab (batas minimum harta) dan haul (masa satu tahun). Dari sisi sosial, zakat mengandung makna solidaritas dan tanggung jawab sosial antar sesama. Melalui konsep zakat dalam ekonomi Islam, kekayaan tidak dibiarkan menumpuk di tangan segelintir orang. Allah menegaskan dalam Al-Qur’an agar harta tidak hanya beredar di kalangan orang kaya saja. Oleh karena itu, zakat menjadi bentuk nyata pengendalian terhadap kesenjangan sosial dan ekonomi. Baca juga : transparansi pengelolaan zakat Ketika seseorang menunaikan zakat, sesungguhnya ia sedang menumbuhkan keberkahan dalam hartanya sendiri. Harta yang dikeluarkan tidak akan berkurang, justru akan dibalas dengan kelimpahan rezeki dalam bentuk lain. Inilah keindahan konsep zakat dalam ekonomi Islam, di mana aspek spiritual dan ekonomi berjalan selaras. Zakat Sebagai Pilar Ekonomi Umat Ketika kita berbicara tentang pembangunan ekonomi berbasis nilai-nilai Islam, maka zakat merupakan salah satu pilar utamanya. Dalam sistem ekonomi Islam, zakat menempati posisi yang sama pentingnya dengan larangan riba (bunga) dan anjuran bekerja keras secara halal. Semua itu dirancang agar harta yang beredar di masyarakat tetap bersih, adil, dan produktif. Baca juga : UU Pengelolaan Zakat Penerima Zakat (Asnaf) Penerapan konsep zakat dalam ekonomi Islam dapat menjadi solusi atas berbagai persoalan ekonomi modern, seperti kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan sosial. Banyak lembaga amil zakat kini mengelola dana zakat tidak hanya untuk konsumtif, tetapi juga produktif. Seperti dengan memberikan modal usaha kepada masyarakat kecil, membiayai pendidikan, dan meningkatkan keterampilan. Berdasarkan QS. At-Taubah: 60, ada 8 golongan yang berhak sebagai penerima zakat, diantaranya : Peran zakat dalam sistem ekonomi Islam menjadi instrument redistribusi kekayaan yang adil tanpa paksaan pasar. Berbeda dengan pajak, zakat berorientasi pada keberkahan dan tanggung jawab moral kepada Allah. Dari pembahasan di atas, kita dapat memahami bahwa konsep zakat dalam ekonomi Islam bukan hanya kewajiban keagamaan, tetapi juga strategi sosial dan ekonomi yang luar biasa. Ia menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan kesejahteraan, antara individu dan masyarakat. Dengan menunaikan zakat, seseorang tidak hanya membersihkan hartanya, tetapi juga ikut menjaga keadilan dan pemerataan dalam kehidupan ekonomi umat. Dengan zakat, ekonomi Islam menegaskan bahwa kesejahteraan sejati tidak hanya diukur dari akumulasi kekayaan, tetapi kemanfaatan dan keberkahan harta bagi sesama. Melalui konsep zakat dalam ekonomi Islam, kita belajar bahwa kemakmuran bukanlah milik pribadi, melainkan amanah yang harus disalurkan untuk kemaslahatan bersama. Maka, sudah seharusnya zakat menjadi bagian dari gaya hidup setiap Muslim yang peduli akan keadilan dan kesejahteraan sosial.(***) Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman Foto Ilustrasi AI

Read More