Dari Seribu Rupiah Menuju Sejahtera

Dari Seribu Rupiah Menuju Sejahtera: Donasi sebagai Jalan Bersama

Malang – 1miliarsantri.net : Donasi, meski kecil nilainya, namun memiliki kekuatan besar dalam membentuk wajah kesejahteraan umat. Di tengah kesenjangan ekonomi yang masih tinggi, semangat memberi tidak harus menunggu kaya. Donasi sekecil seribu rupiah bisa menjadi jalan bersama yang menghubungkan satu kebutuhan dengan satu kepedulian. Ketika dilakukan secara kolektif, kontribusi kecil itu bisa mengubah kehidupan membiayai pendidikan, memenuhi kebutuhan pangan, bahkan memulai usaha kecil bagi mereka yang tertinggal secara ekonomi. Donasi adalah bentuk solidaritas di tengah masyarakat yang ingin tumbuh dan pulih bersama. Donasi merupakan praktik sosial yang tidak membedakan status, usia, atau kemampuan ekonomi, semua orang bisa terlibat. Dalam tradisi Islam, zakat dan sedekah menekankan pentingnya berbagi. Namun di luar aspek keagamaan, donasi juga tumbuh sebagai gerakan sosial yang menghubungkan orang yang memiliki dengan yang membutuhkan melalui skema kolaboratif, seperti crowdfunding atau program infak harian. Inklusivitas donasi menjadi fondasi penting dalam membangun kesejahteraan bersama. Ketika seluruh elemen masyarakat merasa punya ruang untuk berkontribusi, maka upaya membangun kehidupan sosial yang lebih setara menjadi lebih mungkin tercapai. Donasi Mikro: Kecil Nilainya, Besar Dampaknya Fenomena donasi mikro menunjukkan bahwa jumlah bukan satu-satunya ukuran dampak. Seribu rupiah yang disumbangkan oleh satu orang mungkin terasa kecil, tetapi jika dilakukan oleh sejuta orang, maka nilainya menjadi luar biasa. Konsep ini telah diadaptasi oleh banyak platform digital yang memfasilitasi donasi mikro, seperti Kitabisa atau BenihBaik. Beberapa inisiatif donasi bahkan sengaja menggunakan pendekatan mikro untuk mendekatkan donasi ke kelompok muda atau masyarakat berpenghasilan rendah. Misalnya, program “uang kembalian untuk kebaikan” di minimarket, yang menyulap receh menjadi program bantuan kesehatan, pendidikan, dan pangan. Donasi kecil ini berhasil menciptakan efek psikologis bahwa setiap orang bisa berdampak, sekecil apa pun kontribusinya. Donasi dan Pemberdayaan Ekonomi Umat Lebih dari sekadar bantuan langsung, donasi juga bisa dimanfaatkan sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi. Lembaga-lembaga sosial mulai mengarahkan dana donasi untuk modal usaha mikro, pelatihan kerja, hingga pembentukan koperasi berbasis komunitas. Pola ini membuat penerima donasi tidak hanya bertahan dari krisis, tetapi punya kesempatan untuk tumbuh dan mandiri. Dalam konteks Indonesia, pendekatan ini telah dilakukan oleh beberapa lembaga filantropi Islam, seperti Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat. Mereka mengelola donasi dalam bentuk program ekonomi berkelanjutan, yang memberikan pelatihan dan alat kerja kepada ibu rumah tangga, petani, hingga santri produktif. Donasi dan Transformasi Pendidikan serta Kesehatan Kontribusi donasi terhadap sektor pendidikan dan kesehatan tak bisa dikesampingkan. Donasi menjadi salah satu sumber pembiayaan beasiswa, pembangunan perpustakaan, hingga bantuan teknologi belajar. Di bidang kesehatan, donasi menolong pembiayaan operasi, pengobatan, serta pembangunan fasilitas kesehatan di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Banyak kisah inspiratif muncul dari program-program donasi di bidang ini. Anak-anak dari keluarga pra-sejahtera yang mendapatkan beasiswa dari donasi bisa melanjutkan pendidikan tinggi. Pasien kronis yang tidak mampu membayar operasi dapat terbantu berkat solidaritas publik. Donasi mengubah cerita putus asa menjadi harapan. Donasi sebagai Gerakan Kolektif Menuju Indonesia Sejahtera Donasi sejatinya adalah gerakan kolektif. Dalam konteks negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, potensi donasi di Indonesia sangat besar. Namun tantangannya bukan hanya soal jumlah, melainkan bagaimana mengelola, mendistribusikan, dan mengukur dampaknya secara sistemik. Dengan infrastruktur digital yang berkembang, generasi muda juga menjadi aktor penting. Mereka aktif dalam kampanye, membuat konten edukatif, hingga menginisiasi gerakan donasi mandiri. Donasi menjadi bukan hanya tindakan memberi, tetapi juga gerakan membangun masa depan bersama. Donasi, sekecil apa pun, jika dikelola bersama dan dilakukan secara konsisten, mampu membentuk struktur sosial yang lebih adil dan manusiawi. Donasi menjadi jalan bersama yang menghubungkan yang memiliki kelebihan dengan yang membutuhkan uluran tangan. Penulis : Ramadani Wahyu Foto Ilustrasi Editor : Iffah Faridatul Hasanah dan Toto Budiman

Read More

Infak di Kalangan Gen Z: Tren Baru atau Sekadar Formalitas?

Bogor – 1miliarsantri.net : Generasi Z dikenal sebagai generasi yang aktif, kreatif, dan sangat akrab dengan dunia digital. Dalam banyak hal, mereka terlihat lebih peduli dengan isu-isu sosial, lingkungan, dan kemanusiaan. Salah satu bentuk kepedulian yang mulai terlihat menonjol adalah kebiasaan berinfak meskipun dalam bentuk dan pendekatan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Infak bukan hal baru dalam Islam. Ia adalah bentuk sedekah yang dianjurkan dan bisa diberikan kapan saja, kepada siapa saja yang membutuhkan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat 7 yang berbunyi: “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengifakkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” Kini, infak hadir dalam bentuk digital seperti lewat QR code masjid, platform donasi daring, hingga kampanye infak melalui influencer di TikTok. Pertanyaannya, apakah ini murni bentuk kepedulian? Atau sekadar formalitas yang mengikuti tren agar terlihat “peduli”? Fenomena Infak Digital di Kalangan Gen Z Platform seperti Kitabisa, BAZNAS, dan Dompet Dhuafa kini jadi tempat favorit untuk menyalurkan infak. Mereka menyediakan kampanye yang dikemas dengan visual menarik, cerita menyentuh, dan kemudahan pembayaran hanya dengan satu klik. Infak juga mulai disisipkan dalam kegiatan sehari-hari. Contohnya, infak digital saat checkout belanja online, pembayaran sedekah Jumat lewat e-wallet, atau patungan online untuk kegiatan sosial sekolah. Bagi Gen Z, bentuk-bentuk ini terasa lebih praktis dan relevan dengan gaya hidup mereka. Mereka tak harus membawa uang tunai atau mencari kotak infak secara fisik. Baca Juga : Kemenag Integrasikan Data Mustahik dan Memastikan Distribusi Zakat, Infak, Sedekah Tepat Sasaran Nilai Positif: Potensi Kebaikan yang Besar Kebiasaan berinfak di usia muda adalah hal yang patut diapresiasi. Selain menumbuhkan empati, infak juga mendidik untuk tidak terikat pada materi. Banyak Gen Z yang dengan sadar menyisihkan uang jajan, bonus freelance, atau hasil jualan online untuk berbagi. Beberapa bahkan aktif membuat konten donasi, mengajak followers berdonasi, atau memulai gerakan infak rutin melalui komunitas. Ini menunjukkan bahwa semangat berbagi tidak hilang, hanya berubah medium. Baca Juga : Keistimewaan dan Cara Melakukan Sedekah Subuh Risiko: Jangan Sampai Jadi Ajang Gengsi Namun, di balik tren ini, ada juga risiko yang perlu disadari. Kadang, infak menjadi ajang konten: siapa yang lebih sering berbagi, siapa yang lebih besar nominalnya, siapa yang lebih viral. Ada pula yang ikut berdonasi hanya karena takut FOMO (Fear of Missing Out), bukan karena niat tulus. Dalam Islam, niat adalah hal yang sangat penting. Infak yang dilakukan karena pamer, pencitraan, atau ikut-ikutan bisa mengurangi nilai pahalanya. Maka, penting bagi Gen Z untuk terus mengingatkan diri: tujuan utama infak adalah membantu dan mencari ridha Allah, bukan validasi sosial. Solusi: Edukasi dan Internalisasi Nilai Agar tren infak ini tidak menjadi formalitas, perlu ada upaya edukasi yang berkelanjutan. Sekolah, komunitas, hingga media digital bisa berperan memberi pemahaman soal pentingnya infak, cara menyalurkannya dengan benar, dan niat yang harus diluruskan. Generasi muda perlu diajak berpikir: bagaimana infak mereka bisa berdampak nyata? Siapa yang terbantu? Bagaimana mereka bisa konsisten tanpa harus menunggu momen viral? Infak di kalangan Gen Z bisa menjadi kekuatan luar biasa bagi umat, jika disertai pemahaman dan niat yang lurus. Perubahan cara bukan masalah, selama nilai dasarnya tetap dijaga. Sebagai generasi yang serba cepat, Gen Z punya peluang besar untuk menjadikan infak sebagai gaya hidup, bukan sekadar tren sesaat. Dengan cara yang kreatif, digital, dan tetap bermakna, infak bisa menjadi jalan kebaikan yang terus mengalir, baik di dunia nyata maupun dunia maya.(***) Penulis: Salwa Widfa Utami Editor : Toto Budiman & Iffah Faridatul Hasanah Foto Ilustrasi AI

Read More

Zakat Digital: Cara Baru Berbagi yang Transparan dan Tepat Sasaran

Bogor – 1miliarsantri.net : Zakat adalah salah satu rukun Islam yang menjadi kewajiban setiap Muslim yang mampu. Dengan perkembangan di era digital, zakat digital menjadi salah satu opsi pembayaran. Ia bukan hanya bentuk ibadah finansial, tetapi juga instrumen sosial yang bertujuan mengurangi kesenjangan ekonomi dan membantu mereka yang membutuhkan. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 103 yang artinya: “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha mendengar, Maha mengetahui.” Di tengah perkembangan teknologi, cara menunaikan zakat pun ikut berubah. Dulu zakat diserahkan langsung kepada amil zakat atau mustahik secara fisik. Kini, zakat digital bisa ditunaikan secara digital melalui aplikasi, e-wallet, bahkan lewat transfer bank dengan sistem yang jauh lebih transparan dan terdata. Fenomena zakat digital ini bukan hanya memudahkan, tapi juga membuka jalan baru bagi generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi untuk terlibat aktif dalam berzakat. Apa Saja Keunggulan Zakat Digital?    1. Praktis dan Cepat           Bayangkan kamu bisa membayar zakat maal cukup dengan klik beberapa tombol di aplikasi seperti Zakat Kita, Kitabisa, atau Dompet Dhuafa. Tidak perlu antri, tidak perlu keluar rumah. 2. Transparansi dan AkuntabilitasPlatform digital biasanya menyediakan laporan penyaluran dana, dokumentasi kegiatan, bahkan update jumlah penerima manfaat secara real-time. Hal ini membangun kepercayaan dan semangat berbagi yang lebih besar. 3. Akses Lebih Luas           Melalui sistem digital, zakat bisa menjangkau wilayah yang lebih jauh dan merata. Mustahik di pelosok bisa menerima bantuan dari muzakki di kota besar bahkan luar negeri. Baca Juga : Kapan Waktu yang Tepat untuk Mengeluarkan Zakat? Zakat Digital untuk Generasi Muda      Generasi Z dan milenial tumbuh di era cashless. Mereka lebih suka transaksi instan dan paperless. Maka, zakat digital menjadi solusi ideal untuk mengajak mereka tetap berzakat tanpa merasa “ribet” atau “jadul”. Kampanye zakat di media sosial, penggunaan influencer, dan pendekatan storytelling juga membuat zakat terasa lebih dekat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Namun, tetap ada tantangan yang perlu diperhatikan. Edukasi menjadi kunci. Tidak semua orang paham tentang jenis-jenis zakat, ketentuan nisab, atau siapa yang berhak menerima. Maka, platform digital perlu disertai dengan fitur edukatif agar pengguna juga belajar, bukan sekadar membayar. Baca Juga : Pengelolaan Zakat di Indonesia Jadi Referensi Sejumlah Negara Etika dan Niat dalam Zakat Digital       Meskipun ditunaikan lewat aplikasi, zakat tetap harus didasari oleh niat yang benar dan dilakukan dengan ikhlas. Jangan sampai zakat digital hanya menjadi tren, tanpa pemahaman akan nilai spiritual dan sosialnya. Selain itu, penting juga untuk memastikan bahwa lembaga pengelola zakat yang digunakan memang kredibel dan sesuai dengan syariat. Jangan asal transfer hanya karena tampilannya meyakinkan. Zakat digital adalah contoh nyata bagaimana teknologi bisa digunakan untuk memperkuat nilai-nilai Islam dan solidaritas sosial. Dengan pendekatan yang tepat, zakat bisa menjangkau lebih banyak orang, dengan cara yang lebih efisien dan transparan. Bagi Muslim muda, inilah saatnya untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tapi juga pelaku kebaikan di dalamnya. Menunaikan zakat secara digital bukan hanya tentang mengikuti zaman, tapi juga tentang menjadi bagian dari solusi umat.(***) Penulis: Salwa Widfa Utami Editor : Toto Budiman & Iffah Faridatul Hasanah Foto Ilustrasi AI

Read More

Gebrakan Program MLB, Terpilih 1.000 Madrasah di Indonesia Mendapat Rp.25 Juta dari BAZNAS

Tegal – 1miliasantri.net : Awal Agustus 2025 menjadi salah satu momen yang cukup penting bagi dunia pendidikan madrasah di Indonesia. Pasalnya, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI bersama Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA., meluncurkan program Madrasah Layak Belajar (MLB) sebagai wujud nyata komitmen menghadirkan pendidikan yang lebih merata dan berkualitas. Program ini langsung menyita perhatian publik karena menyasar 1.000 madrasah penerima manfaat yang tersebar di seluruh Indonesia. Setiap madrasah terpilih memperoleh bantuan Rp25 juta untuk perbaikan ruang kelas maupun pengembangan fasilitas perpustakaan. Tentu saja, kabar ini membuat banyak pengelola dan warga madrasah penasaran: apakah madrasah mereka termasuk dalam daftar penerima? Peluncuran di Jakarta Program MLB resmi dilaunching di Gedung Kementerian Agama RI, Jakarta, Selasa (5/8/2025). Acara ini dihadiri oleh Ketua BAZNAS RI Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA., jajaran pimpinan BAZNAS, perwakilan ormas Islam di bidang pendidikan, Kepala Kanwil Kemenag dari seluruh Indonesia, serta Pimpinan BAZNAS provinsi, kabupaten/kota. Tidak ketinggalan, para Kepala Madrasah Ibtidaiyah dari berbagai daerah ikut menyaksikan jalannya acara, baik secara langsung maupun melalui platform daring. Kehadiran mereka menandakan bahwa program ini memang ditunggu-tunggu banyak kalangan. Apresiasi dari Menteri Agama Menteri Agama, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, dalam pidatonya menegaskan pentingnya program ini sebagai langkah strategis memperkuat madrasah. “Saya merasa momentum ini sangat penting, karena yang akan langsung menerima manfaat dari kegiatan ini adalah madrasah. Karena itu, saya mewakili seluruh madrasah penerima manfaat menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada BAZNAS,” kata Nasaruddin. Dirinya juga menyoroti fakta bahwa para santri madrasah sebenarnya paling layak disebut sebagai penerima zakat atau asnaf. Bahkan, hampir seluruh kategori penerima zakat bisa dilihat pada kehidupan sehari-hari murid madrasah. Lebih jauh, Menag mengungkapkan adanya ketimpangan antara sekolah umum dan madrasah. Banyak madrasah berdiri dengan fasilitas terbatas, sementara sekolah formal mendapat sokongan penuh dari negara. “Untung ada BAZNAS yang mengintip persoalan ini. Sekali lagi, terima kasih kepada BAZNAS yang telah peduli kepada kelompok mustadh’afin,” ujarnya. Baca Juga : BAZNAS RI Dukung Program Kesehatan Nasional Komitmen BAZNAS RI Sementara itu, Ketua BAZNAS RI Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA., menjelaskan bahwa program MLB adalah bentuk keseriusan lembaganya mendukung pemerataan akses pendidikan, khususnya bagi madrasah swasta yang selama ini kurang tersentuh bantuan pemerintah. “Insya Allah tahun ini kami kembali menyalurkan bantuan untuk 1.000 madrasah. Masing-masing mendapatkan Rp25 juta. Tahun lalu jumlahnya juga 1.000 dengan nilai bantuan yang sama juga. Bahkan tadi ada usulan tambahan, satu madrasah yang baru saja terbakar, kami minta langsung dimasukkan, biar jadi seribu satu,” kata Kiai Noor. Pernyataan ini menegaskan bahwa BAZNAS tidak sekadar menyalurkan zakat, tetapi juga memastikan zakat benar-benar berdampak bagi dunia pendidikan. Baca Juga : Kemenag Ajak Baznas Turut Serta Menangani Kerusakan Lingkungan Madrasah Mana Saja yang Terpilih? Nah, pertanyaan yang paling banyak muncul tentu saja: madrasah mana saja yang beruntung menerima bantuan ini? BAZNAS RI telah merilis daftar resmi 1.000 madrasah penerima bantuan MLB 2025 melalui Surat Keputusan Ketua BAZNAS RI No. B/7572/DPPD-DPDS/KETUA/KD.02.18/IX/2025. Bagi yang ingin mengecek langsung apakah madrasah mereka masuk daftar, SK lengkap bisa diakses melalui tautan berikut: https://bazn.as/SKMLB2025. Harapan Menuju Indonesia Emas 2045 Melalui laman resminya, BAZNAS juga menyampaikan apresiasi kepada semua madrasah yang berpartisipasi dalam program ini. “Terima kasih kepada seluruh Madrasah dari berbagai wilayah yang telah ikut berpartisipasi dalam program ini. Semoga semakin menguatkan motivasi berdaya bagi Agama dan Bangsa menuju Indonesia Emas 2045,” tulis BAZNAS, Jumat (5/9/2025). Ucapan ini menegaskan bahwa program MLB bukan hanya soal bantuan uang, tetapi juga sebuah gerakan bersama untuk menyiapkan generasi emas Indonesia. Dengan terpilihnya 1.000 madrasah penerima bantuan Rp.25 juta dari BAZNAS melalui program MLB, harapan besar tumbuh bahwa pendidikan Islam di Indonesia akan semakin kuat, mandiri, dan berdaya saing. Penulis: Satria S Pamungkas Editor: Toto Budiman & Glancy Verona Ilustrasi by AI

Read More

Semarak Zakat Online, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?

Gresik – 1miliarsantri.net : Mudah bayar zakat tanpa ribet saat ini bisa dilakukan dimana saja. Tidak hanya menjadi tempat perdagangan secara online, e-commerce juga menyediakan akses kepedulian untuk berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan. Dengan fitur-fitur inovatif yang diluncurkan, salah satunya yaitu zakat. Melalui fitur tersebut, beberapa e-commerce di Indonesia ikut andil sebagai jembatan antara pemberi zakat dengan badan atau lembaga pengurus zakat untuk dikelola dan disalurkan kepada penerima. Seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak yang turut menyediakan fitur zakat dalam aplikasinya. Siapa yang tidak mengenal e-commerce, yang sudah memiliki banyak pengguna di Indonesia, tentunya memberikan kemudahan akses pembelian dan pembayaran segala produk dan jasa secara online. BAZNAS dan LAZ juga menyediakan pembayaran zakat online dalam portal lembaga dan bekerja sama dengan e-commerce. Lalu bagaimana hukum zakat online menurut islam, yang harus memenuhi syarat wajib dan sah dalam berzakat. Syarat Wajib Zakat dalam Islam Dalam berzakat terdapat ketentuan yang harus diperhatikan dan ditaati oleh seseorang yang akan menjalankannya. Beberapa syarat wajib orang yang mengeluarkan zakat dalam buku Panduan Zakat Praktis (Kementerian Agama Republik Indonesia, 2013)  yaitu: 1. Islam Salah satu dari enam agama yang diakui di Indonesia, dengan mayoritas penduduknya memeluk agama ini. Islam yang dimaksud yaitu orang yang memilih dan meyakini agama islam dan menjalankan ajaran di dalamnya. Seorang muallaf juga wajib mengeluarkan zakat, jika dikatakan mampu. 2. Merdeka Seseorang yang memiliki hak atas dirinya sendiri, bukan budak yang menjadi milik tuannya. Kepemilikan harta bisa menjadi hak pribadi dari kerja kerasnya yang telah dilakukan. 3. Baligh dan Berakal Seseorang yang telah mencapai usia dewasa dan bisa memahami atas harta yang dimiliki. Sehingga mereka bisa membedakan sesuatu yang baik dan tidak, menggunakan akal pikirannya. 4. Harta yang Wajib Dikeluarkan Kekayaan yang dimiliki seseorang dan mengalami perkembangan sampai batas nilai dan waktu tertentu. Zakat fitrah dan zakat mal telah membagi kekayaan apa saja yang terkena zakat. Jadi tidak semua harta yang dimiliki terkena wajib zakat. 5. Mencapai Nisab Batas nilai kekayaan yang wajib dikeluarkan. Setiap kekayaan memiliki nisab yang berbeda dan sudah diatur dalam ajaran Islam. Nisab yang telah ditetapkan baik dalam agama ataupun peraturan menteri agama adalah sama. Adanya ketentuan tersebut untuk mempermudah dan tidak memberatkan seorang wajib zakat. 6. Milik Penuh Harta yang dimiliki baik secara pribadi atau bersama-sama berada di pihak pemilik tanpa campur tangan pihak lain. Dalam artian harta tidak dalam kondisi disita, hilang atau belum dibagi. Milik penuh disini, bisa untuk perorangan ataupun badan usaha bersama dengan persetujuan semua pemilik usaha tersebut. 7. Mencapai Haul Harta yang dimiliki sudah ada satu tahun penuh, tanpa unsur kesengajaan untuk dikurangi. Yang diperhitungkan adalah akumulasi harta dalam satu tahun. Apabila dalam pertengahan mengalami penurunan, namun di akhir tahun kembali stabil bahkan meningkat, maka harta tersebut wajib dizakati. 8. Tidak Berhutang Tidak memiliki tunggakan yang belum terbayar. Jika masih memiliki hutang, maka harus melunasi hutangnya terlebih dahulu, sebelum menunaikan zakat. Baca juga : Memaksimalkan Potensi Zakat, Kemenag Susun Peta Jalan Zakat Menuju Indonesia Emas 2045 Syarat Sah Pelaksanaan Zakat       Selain syarat wajib, terdapat syarat sah dalam melaksanakan zakat. Kedua syarat ini harus dilaksanakan agar zakat yang dikeluarkan tetap sah. Menurut Kementerian Agama Republik Indonesia (2013) ada dua syarat sah pelaksanaan zakat yang dipaparkan dalam Panduan Zakat Praktis, yaitu: 1. Niat Dalam ajaran islam, niat menjadi syarat utama untuk mulai melakukan suatu ibadah. Niat dimulai dari hati dan diucapkan secara lisan. Zakat fitrah dan zakat mal yang dikeluarkan pribadi atau untuk keluarganya terdapat niat tersendiri yang sudah diajarkan dalam islam. 2. Tamlik Tamlik merupakan pemindahkan kepemilikan harta dari pemberi zakat (muzaki) kepada penerima zakat (mustahik). Pemberian zakat tidak boleh diberikan secara sembarangan. Karena sudah ditentukan terdapat delapan golongan yang berhak menerima zakat, yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnu sabil. Hukum Zakat Online dalam Islam Habib Husein Jafar dalam tayangan youtube Metro TV (2023) menjelaskan bahwa hukum zakat online itu diperbolehkan dan tetap sah, namun harus memilih orang yang paham agama atau lembaga zakat yang kredibel dan amanah. Sehingga penyaluran zakat tepat waktu dan sasaran sesuai dengan ajaran islam. Melalui BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), LAZ (Lembaga Amil Zakat) atau lembaga penyalur zakat lainnya. Muzaki dapat memilih lembaga penyalur zakat sesuai dengan zakat apa yang akan ditunaikan dan fokus lembaga tersebut. Karena lembaga zakat ada yang berfokus pada anak yatim, dhuafa’, tahfidz qur’an, pemberdayaan keterampilan masyarakat, bantuan kepada warga Palestina, dll. Maka perlu meluruskan niat kepada siapa zakat yang akan dikeluarkan nantinya. Sehingga penyaluran zakat secara online, tidak salah lagi untuk memilih lembaga yang tepat. Hukum zakat online adalah sah, tetapi tetap memenuhi syarat wajib dan syarat sah dalam pelaksanaannya. Dengan memperhatikan kredibilitas individu, lembaga atau badan penyalur zakat, melalui portal penyalur zakat dan bukti penyaluran zakat. Sehingga zakat yang dikeluarkan tetap menjadi zakat, bukan berubah menjadi sedekah. (***) Sumber : Kementerian Agama Republik Indonesia. (2013). Panduan Zakat Praktis (Online). Tersedia di: https://jatim.kemenag.go.id (Diakses: 15 Agustus 2025). Metro TV. (2023). Ruang Ngaji – Hukum Bayar Zakat Online. 11 April 2023. Tersedia di: https://youtu.be/7jnGq9Wy6no?si=E6-_nQoTYxI1k2lt (Diakses: 24 Agustus 2025). Penulis : Zubaidatul Fitriyah Editor : Toto Budiman dan Iffah Faridatul Hasanah

Read More

Bagaimana Zakat dan Donasi Membantu Meningkatkan Kualitas Pendidikan?

Bondowoso – 1miliarsantri.net : Kita semua sepakat bahwa pendidikan merupakan pondasi utama dalam membangun generasi yang berilmu, berakhlak, dan berdaya saing tinggi. Namun, kenyataannya masih banyak anak-anak yang terhalang untuk mendapatkan pendidikan layak karena keterbatasan biaya dan fasilitas. Di sinilah peran zakat dan donasi hadir sebagai solusi, karena dengan mengalirnya bantuan tersebut, jalan menuju pendidikan berkualitas bisa lebih terbuka lebar. Pendidikan juga membutuhkan dukungan moral, sarana, serta kesempatan yang merata. Zakat dan donasi membantu kualitas pendidikan dengan cara menjembatani kesenjangan antara mereka yang mampu dengan yang kurang mampu. Melalui zakat, dana umat yang disalurkan secara tepat kepada golongan yang berhak, termasuk anak-anak yang kesulitan biaya sekolah. Sedangkan donasi, baik dalam bentuk uang, perlengkapan belajar, hingga pembangunan fasilitas pendidikan, juga berperan besar. Seperti beasiswa yang berasal dari zakat atau donasi dapat meringankan beban orang tua, sehingga anak-anak bisa fokus belajar tanpa rasa khawatir. Begitu pula, renovasi sekolah di daerah terpencil yang dibiayai dari donasi akan memberi lingkungan belajar yang lebih layak dan nyaman. Selain itu, zakat dan donasi membantu kualitas pendidikan dalam meningkatkan pemerataan akses. Tidak jarang kita mendengar bahwa anak-anak di pelosok masih harus menempuh perjalanan panjang untuk sampai ke sekolah, bahkan belajar di ruangan yang jauh dari kata layak. Dengan adanya dukungan dari dana zakat maupun donasi, lembaga pendidikan bisa berkembang lebih baik, guru mendapat pelatihan tambahan, dan anak-anak memiliki kesempatan belajar dengan fasilitas yang memadai. Peran Kita dalam Mendukung Pendidikan Lewat Zakat dan Donasi Jika kita perhatikan, setiap orang sebenarnya memiliki kesempatan yang sama untuk ikut serta. Zakat merupakan kewajiban bagi umat Muslim yang mampu, sedangkan donasi terbuka luas untuk siapa saja yang ingin berbagi. Tidak harus menunggu kaya raya untuk berdonasi, sebab sekecil apa pun kontribusi kita tetap berarti. Baca juga : Waktu Mengeluarkan Zakat Zakat dan donasi membantu kualitas pendidikan dengan menghadirkan harapan baru. Bayangkan seorang anak yang hampir putus sekolah karena tidak mampu membeli seragam, lalu kembali bersemangat belajar setelah mendapat bantuan. Bayangkan pula sebuah sekolah yang sebelumnya kekurangan buku, kini memiliki perpustakaan kecil berkat sumbangan masyarakat. Semua itu sebagai wujud nyata bagaimana zakat dan donasi memberi dampak langsung pada kualitas pendidikan. 1miliarsantri.net sebagai ekosistem komunitas santri yang juga peduli pendidikan untuk memberikan maslahat kepada umat, saat ini sudah memiliki platform crowdfunding yang akan dipakai sebagai tools fundraising. Tools yang dinamakan galang donasi 1M, akan mulai dilaunching di awal Oktober 2025. Bagi lembaga pendidikan Islam ataupun lembaga sosial yang membutuhkan dukungan system dan SDM fundraiser, bisa menyampaikan proposal kerjasama dan programnya dengan pihak marketing 1miliarsantri.net di wa.me/6281248832242    Lebih jauh lagi, pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi yang mandiri dan berdaya guna. Anak-anak yang dulu menerima bantuan melalui zakat dan donasi, suatu saat bisa tumbuh menjadi pemimpin, pendidik, atau tenaga ahli yang bermanfaat bagi banyak orang. Siklus kebaikan ini akan terus berlanjut jika kita konsisten mendukungnya. Pendidikan sebagai kunci kemajuan bangsa, dan kita semua memiliki peran dalam menjaganya. Melalui zakat dan donasi dapat membantu kualitas pendidikan, kita dapat membuka jalan bagi anak-anak untuk meraih cita-cita mereka. Setiap rupiah yang disalurkan akan melahirkan makna, bahwa kesejahteraan anak bangsa juga tanggung jawab kita. Seperti firman Allah dalam AL-Qur’an surat Adz Dzariyat ayat 19 yang berbunyi:             “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”. Ayat ini menjelaskan bahwa di dalam harta kita terdapat hak orang lain yang berhak menerima. Jadi, marilah bersama-sama memperkuat kualitas pendidikan melalui zakat dan donasi, karena dengan langkah kecil dari kita, masa depan generasi mendatang bisa lebih cerah. Khususnya para santri Indonesia yang membutuhkan dukungan pembiayaan pendidikan, agar mampu berkiprah di skala global.  (***) Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman Foto : Ilustasi Ai

Read More

Kapan Waktu yang Tepat untuk Mengeluarkan Zakat?

Gresik – 1miliarsatri.net : Mengeluarkan zakat tidak bisa dilakukan disetiap waktu. Terdapat aturan yang mengikat dalam menjalankannya. Waktu mengeluarkan zakat memiliki hukum yang berbeda-beda dalam syariat islam, sesuai dengan kapan muzaki (orang yang wajib mengeluarkan zakat) menjalankannya. Maka perlu diketahui kapan waktu yang tepat untuk mengeluarkan zakat yang dimiliki oleh seseorang. Sehingga tidak salah dalam memilih dan sesuai dengan aturan yang ada. Perlu diingat bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha, karena telah mencapai batas kepemilikan dalam kurun waktu tertentu, untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya berdasarkan syariat islam (Undang-undang Pengelolaan Zakat, 2011). Rukun islam yang keempat  ini wajib dikeluarkan bagi orang muslim atau badan usaha yang mampu. Sedangkan waktu mengeluarkan zakat sesuai dengan macam zakat dan jenis kekayaan yang dimiliki. Waktu yang Tepat Untuk Mengeluarkan Zakat Fitrah Zakat fitrah atau makanan pokok yaitu 2,5 kg beras. Hal tersebut bisa disesuaikan dengan makanan pokok tempat muzaki tinggal. Menurut Majelis Ulama’ Indonesia dalam (Mifta, 2025) ada lima waktu dalam mengeluarkan zakat ini: Mengeluarkan zakat fitrah pada awal bulan ramadhan sampai sebelum akhir ramadhan memiliki hukum jawaz. Pada awal bulan ini diperbolehkan untuk mulai berzakat. Di waktu inilah mayoritas umat muslim di Indonesia menunaikan kewajiban berzakat. Ada yang disalurkan melalui UPZ (Unit Pengelola Zakat) masjid, panitia zakat ataupun secara pribadi diberikan kepada orang yang berhak menerimanya. Hukum mengeluarkan zakat di malam ini adalah wajib. Waktu ini sesuai dengan apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya atau yang biasa disebut sunnah rasul. Sehingga menjadi waktu utama mengeluarkan zakat. Jika mengeluarkan zakat fitrah setelah sholat idul fitri sampai matahari terbenam di hari ini, maka hukumnya makruh. Waktu ini tidak dianjurkan meskipun tetap dianggap sah, kecuali menunggu orang yang lebih berhak menerima zakat tersebut. Pada tanggal 2 syawal, jika ada orang yang mengeluarkan zakat fitrah maka hukumnya haram. Karena sudah tidak dianggap menjadi zakat yang sah, melainkan berubah menjadi sedekah. Baca juga : cara tepat berdonasi Waktu yang Tepat Untuk Mengeluarkan Zakat Mal Jika zakat fitrah hanya bisa dikeluarkan di bulan ramadhan, namun untuk zakat mal tidak terbatas bulan tertentu. Tetapi, harus sesuai dengan ketentuan nisab (batas minimal kekayaan) dan haulnya (1 tahun). Perhitungan dan waktu mengeluarkan zakat mal (Peraturan Menteri Agama Syarat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah Serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif, 2014): Jika memiliki emas ataupun logam mulia, maka zakat yang dikeluarkan dan nisabnya adalah 2,5% dari 85 gram emas. Dengan masa kepemilikan mencapai 1 tahun. Perak yang wajib dizakati telah mencapai 595 gram dengan persentase zakat 2,5%. Masa kepemilikan perak selama 1 tahun. Jika uang atau surat berharga yang dimiliki setara dengan 85 gram emas, maka 2,5% darinya wajib dizakati. Haul pada zakat ini adalah 1 tahun. Zakat pada aktivitas jual beli atau perniagaan, setara dengan 85 gram emas dan zakat yang dikeluarkan 2,5%. Perhitungan harta yang terkena zakat adalah selisih dari aktiva lancar dikurangi kewajiban yang harus dibayar dalam jangka pendek. Zakat yang dikeluarkan jika kepemilikan harta melapaui 1 tahun. Nisab pada zakat pertanian, perkebunan dan kehutanan yaitu 653 kg gabah dengan jumlah zakat yang dikenakan 10% dari hasil panen, jika air yang digunakan adalah air hujan. Sedangkan 5% jika menggunakan irigasi atau fasilitas penyiraman tambahan. Zakat ini dikeluarkan saat musim panen tiba. Zakat peternakan yang dimaksud yaitu hewan ternak unta, sapi, kerbau, kuda, dan kambing yang dirawat di tempat pengembala umum. Zakat 1 ekor anak unta betina usia 1 tahun lebih, bagi yang memiliki 23-35 ekor unta. 1 ekor anak sapi betina, jika memiliki 30-59 ekor sapi atau kerbau. Untuk 30-59 ekor kuda yang dimiliki, zakatnya 1 ekor anak kuda betina. Sedangkan 5-9 ekor kambing, zakat yang dikeluarkan 1 ekor kambing. Dengan masa kepemilikan 1 tahun penuh. Zakat perikanan yang dikenakan meliputi hasil tangkap ikan maupun hasil dari budidaya ikan. Hasil perikanan setara 85 gram emas dan kadar zakat 2,5%. Zakat ini dikeluarkan waktu musim panen. Besar zakat yang dikeluarkan yaitu 2,5% dari hasil pertambangan yang setara dengan 85 gram emas dan dimililki dalam 1 tahun. Untuk industri bidang produksi, nisabnya setara 85 gram emas dan bidang jasa setara 653 kg gabah. 2,5% zakat yang dikeluarkan dengan haul (1 tahun). Kadar zakat pendapatan 2,5% dan nisab setara 653 kg gabah atau 524 kg beras. Ditunaikan setelah mendapat upah. 1/5 atau 20% dari harta yang diterima oleh seseorang dan wajib dikeluarkan saat harta telah diterima, tanpa adanya nisab. Jadi, kapan waktu yang tepat untuk mengeluarkan zakat fitrah dan zakat mal?. Sebelum sholat idul fitri menjadi waktu yang tepat atau lebih utama untuk mengeluarkan zakat fitrah. Sedangkan untuk zakat mal yaitu setelah kekayaan yang dimiliki mencapai nisab dan haulnya, maka wajib untuk dikeluarkan. (***) Sumber : Undang-undang Pengelolaan Zakat (2011). Undang-undang Republik Indonesia No. 23. Tersedia di https://jatim.kemenag.go.id (Diakses: 13 Agustus 2025). Mifta, (2025) ‘5 Waktu Zakat fitrah, Ini yang Paling Utama Tetapi Jangan Terlewat’, MUI Digital, 31 Maret. Tersedia di: https://mui.or.id/baca/berita/5-waktu-zakat-fitrah-ini-yang-paling-utama-tetapi-jangan-terlewat (Diakses: 15 Agustus 2025). Peraturan Menteri Agama Syarat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah Serta Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif (2014). Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 52, Tersedia di https://peraturan.bpk.go.id (Diakses: 22 Agustus 2025). Penulis : Zubaidatul Fitriyah Foto Ilustrasi AI Editor : Toto Budiman dan Iffah Faridatul Hasanah

Read More
Etika dalam berdonasi

Mengenal Etika dalam Berdonasi: Apa yang Perlu Anda Ketahui?

Bondowoso – 1miliarsantri.net : Salah satu wujud nyata dari suatu kebaikan adalah berbagi dengan sesama. Namun, tidak sedikit orang yang masih bertanya bagaimana sebaiknya cara memberi agar tetap tepat dan berkesan. Inilah mengapa penting untuk memahami etika dalam berdonasi. Etika menjadi panduan agar niat tulus kita benar-benar membawa manfaat tanpa menyinggung perasaan orang lain. Dengan memahami etika dalam berdonasi, kita tidak hanya membantu secara materi, tetapi juga menjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap tindakan memberi. Sebelum kita masuk ke cara-cara praktisnya, mari kita pahami lebih dulu mengapa etika dalam berdonasi itu penting. Donasi merupakan perbuatan mulia, tetapi jika dilakukan tanpa memperhatikan tata krama, niat baik bisa saja kehilangan makna. Seperti menyebut-nyebut jumlah donasi atau memberi dengan cara yang menyinggung, tentu dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penerima. Itulah sebabnya, etika dalam berdonasi hadir untuk menjaga agar kebaikan tetap berbuah kebaikan. Apa Saja Etika dalam Berdonasi yang Perlu Kita Pahami? Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat banyak bentuk donasi, mulai dari uang, barang, hingga tenaga atau keahlian. Apa pun bentuknya, semuanya sama-sama bernilai. Namun, agar lebih bermakna, kita perlu mengingat bahwa donasi tidak semata soal memberi, tetapi juga bagaimana kita menjaga sikap saat memberi. Ketika kita ingin berdonasi, ada beberapa prinsip yang bisa dijadikan pegangan agar niat baik kita lebih tepat sasaran. Mari kita bahas satu per satu. Pertama, lakukanlah dengan ikhlas. Etika dalam berdonasi mengajarkan kita bahwa yang paling penting bukanlah besar kecilnya donasi, melainkan ketulusan hati saat memberi. Dengan niat yang tulus, donasi kita akan lebih terasa manfaatnya, baik bagi penerima maupun bagi diri sendiri. Kedua, jangan menyakiti hati penerima. Ini berarti kita sebaiknya tidak merendahkan, menyindir, atau menunjukkan rasa sombong saat memberi. Menghargai martabat orang lain merupakan bagian penting dari etika dalam berdonasi. Ketiga, pastikan donasi sesuai kebutuhan. Sering kali, orang memberi barang yang sudah tidak layak atau bahkan tidak bermanfaat. Padahal, etika dalam berdonasi justru mengajarkan agar kita memberikan sesuatu yang memang berguna dan sesuai kondisi penerima. Keempat, perhatikan cara menyampaikan. Memberi secara sopan dan penuh empati akan membuat penerima merasa lebih dihargai. Bahkan hal sederhana, seperti menyertakan senyum atau ucapan hangat, bisa membuat donasi menjadi lebih bermakna. Jangan memotret dengan sengaja atau mengabadikan aktivitas sedekah kita, hal ini banyak terjadi di masa ini, entah dengan tujuan pamer di media ataupun untuk mengajak orang lain ikut berbagi. Namun yang perlu kita pahami adalah bahwa fakir miskin atau penerima bantuan juga memiliki harga diri yang harus kita jaga, siapapun mereka pastinya tidak menginginkan keadaan yang seperti itu seandainya mereka boleh memilih!. Maka jangan tukar harga diri mereka hanya dengan angka dan benda yang kita salurkan. Simpan dan jaga privasilah dengan baik, jika memang membutuhkan dokumentasi coba lakukan dengan sembunyi dan jarak jauh. Dan bukankah memberi dengan sembunyi-sembunyi juga jauh lebih baik, seperti firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 271 yang berbunyi; “Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi), jika kamu menyembunyikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan” Etika dalam berdonasi tidak hanya menjadi aturan, tetapi juga cerminan diri kita sebagai manusia. Dengan mempraktikkannya, sesungguhnya kita sedang menanamkan rasa empati dan kepedulian yang lebih mendalam. Berbagi memanglah indah, tetapi akan lebih indah lagi jika dilakukan dengan cara yang tepat. Memahami etika dalam berdonasi merupakan bentuk langkah kecil namun sangat berharga dalam menjaga nilai kemanusiaan. Saat kita memberi dengan tulus, ikhlas, sopan, dan penuh penghargaan, kebaikan itu akan kembali kepada kita dalam bentuk kebahagiaan yang tak ternilai. Mari kita sama-sama menjaga etika dalam berdonasi, agar setiap langkah berbagi selalu membawa kebaikan yang utuh.(**) Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman Foto : Ilustrasi AI

Read More

Mengenal Perbedaan Wakaf Sosial dan Wakaf Produktif, Untuk Kesejahteraan Umat

Malang – 1miliarsantri.net : Wakaf merupakan salah satu instrumen penting dalam ajaran Islam yang mampu memberikan manfaat luas bagi umat. Di era modern, bentuk dan pengelolaannya berkembang, termasuk dalam kategori sosial dan produktif. Di sinilah pentingnya memahami perbedaan wakaf sosial dan wakaf produktif agar masyarakat dapat memilih jenis wakaf yang paling sesuai dengan nilai, visi, dan tujuan yang ingin dicapai. Pemahaman yang baik tentang perbedaan ini juga menjadi dasar penting dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan aset umat, hingga penguatan ekonomi Islam di tingkat nasional maupun lokal. Dalam konteks pembangunan ekonomi keumatan, pemahaman ini bahkan bisa menjadi langkah strategis menuju kemandirian. Perbedaan Wakaf Sosial dan Wakaf Produktif Wakaf sosial selama ini menjadi bentuk wakaf yang paling dikenal oleh masyarakat. Ini adalah jenis wakaf yang manfaatnya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat tanpa melalui proses usaha atau perputaran ekonomi. Sebagai contoh, seseorang mewakafkan sebidang tanah untuk dibangun masjid atau sekolah. Tanah itu, setelah diwakafkan, tidak diusahakan secara ekonomi, melainkan langsung dimanfaatkan untuk kegiatan ibadah, pendidikan, atau layanan sosial lainnya. Dalam konteks ini, fungsi sosial wakaf terasa nyata, meski dari sisi ekonomi aset tersebut bisa jadi tidak mengalami pertumbuhan. Sebaliknya, wakaf produktif mengusung konsep pengelolaan yang lebih aktif. Aset yang diwakafkan tidak langsung digunakan, melainkan dikelola secara profesional agar menghasilkan surplus atau keuntungan. Keuntungan inilah yang kemudian digunakan untuk membiayai berbagai program sosial. Misalnya, tanah wakaf disewakan sebagai lahan pertanian atau dibangun menjadi ruko. Pendapatan dari kegiatan ekonomi ini lalu digunakan untuk mendukung layanan pendidikan, kesehatan, atau bantuan bagi kaum dhuafa. Dengan demikian, wakaf tidak hanya memberi manfaat spiritual dan sosial, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi umat. Konsep ini menekankan bahwa potensi ekonomi wakaf tidak boleh dibiarkan menganggur. Tujuan Pengelolaan Wakaf Sosial dan Wakaf Produktif Jika ditelaah lebih jauh, perbedaan wakaf sosial dan wakaf produktif juga mencakup tujuan pengelolaannya. Wakaf sosial cenderung memiliki tujuan jangka pendek seperti memberikan manfaat secara langsung dan cepat. Sedangkan wakaf produktif dirancang untuk tujuan jangka panjang, yakni menghasilkan manfaat berkelanjutan. Model ini menekankan pada prinsip sustainable charity, yakni amal yang terus mengalir tanpa harus menambah harta pokok yang baru. Ini membuat wakaf produktif menjadi instrumen strategis dalam membangun ketahanan ekonomi umat, terutama jika dikembangkan secara kolektif dan transparan. Dari sisi pengelolaan, wakaf sosial umumnya dikelola secara sederhana, bahkan kadang secara pasif. Lembaga atau individu penerima wakaf biasanya hanya memastikan bahwa aset digunakan sesuai niat wakif (pemberi wakaf). Namun pada wakaf produktif, pengelolaan menjadi jauh lebih kompleks. Dibutuhkan lembaga profesional, tim manajemen, sistem keuangan yang akuntabel, dan strategi bisnis yang matang. Dalam beberapa kasus, lembaga wakaf bahkan menggandeng mitra korporasi untuk mengelola aset wakaf, tentu dengan prinsip-prinsip syariah yang tetap dijaga. Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan sinergi antara pemahaman keagamaan dan kompetensi manajerial yang baik. Contoh perbedaan keduanya bisa dilihat dari praktik nyata. Di beberapa daerah, tanah wakaf hanya digunakan untuk membangun masjid atau pemakaman, yang termasuk kategori wakaf sosial. Namun, ada pula tanah wakaf yang dikelola menjadi rumah kos, kios sewa, atau kebun produktif dan semuanya termasuk wakaf produktif. Bahkan di beberapa pesantren besar seperti Gontor, aset wakaf dikelola secara profesional untuk mendukung operasional pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa jika dikelola dengan baik, aset wakaf bisa menjadi sumber pembiayaan yang mandiri dan berkelanjutan. Kelebihan dan Kekurangan Wakaf Sosial dan Wakaf Produktif Meski begitu, setiap jenis wakaf memiliki kelebihan dan kekurangan. Wakaf sosial unggul dalam hal kemudahan pelaksanaan dan dampak langsungnya. Namun, jenis ini sering kali tidak menumbuhkan nilai ekonomi dari aset wakaf itu sendiri. Sementara itu, wakaf produktif memang menjanjikan keberlanjutan, tetapi membutuhkan sumber daya manusia, sistem, dan pengetahuan manajemen yang mumpuni. Ini menjadi tantangan tersendiri, terutama di lingkungan masyarakat yang belum terbiasa dengan konsep pengelolaan berbasis profit dalam konteks keagamaan. Namun dalam era digital dan ekonomi kreatif saat ini, peluang untuk mengembangkan wakaf produktif terbuka sangat lebar. Pemerintah melalui Badan Wakaf Indonesia (BWI) bahkan telah mendorong percepatan digitalisasi wakaf, termasuk wakaf uang dan wakaf berbasis aset produktif. Dengan regulasi yang mendukung, pengawasan yang ketat, serta edukasi masyarakat secara masif, wakaf produktif bisa menjadi lokomotif baru ekonomi syariah di Indonesia. Perkembangan ini mencerminkan perubahan cara pandang umat terhadap pemanfaatan aset wakaf. Pada akhirnya, perbedaan wakaf sosial dan wakaf produktif bukanlah tentang mana yang lebih baik, melainkan mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan konteks masyarakat. Dalam beberapa situasi, wakaf sosial sangat dibutuhkan untuk memberikan solusi langsung atas kebutuhan mendesak. Di sisi lain, wakaf produktif memberikan harapan bagi pembiayaan jangka panjang tanpa harus selalu mengandalkan donasi baru. Sinergi antara keduanya adalah bentuk ideal, di mana wakaf bisa menjadi amal jariyah sekaligus alat pemberdayaan yang nyata. Dengan pemahaman yang utuh atas perbedaan wakaf sosial dan wakaf produktif, kita dapat mendorong masyarakat untuk tidak hanya berwakaf secara simbolik, tetapi juga strategis. Kedua jenis wakaf ini sama-sama mulia, dan peran umat adalah menjadikannya lebih bermakna melalui tata kelola yang amanah, profesional, dan berorientasi pada kemaslahatan bersama. Penulis ; Ramadani Wahyu Editor : Iffah Faridatul Hasanah

Read More

Membiasakan Anak untuk Bersedekah, Membentuk Karakter Peduli Sejak Dini

Malang – 1miliarsantri.net : Salah satu penanaman nilai-nilai kebaikan pada anak yaitu dengan mengajarkan pentingnya bersedekah sejak dini. Bersedekah bukan hanya tentang memberi uang atau barang, tetapi juga menumbuhkan rasa empati, kepedulian, dan tanggung jawab sosial. Anak yang terbiasa bersedekah sejak dini akan tumbuh menjadi individu yang tidak hanya peduli terhadap dirinya sendiri. Namun, juga terhadap lingkungan sekitar. Kebiasaan ini dapat dimulai dari hal-hal kecil di rumah dan didukung oleh keteladanan orang tua. Membangun kebiasaan bersedekah sejak dini memberikan dampak besar dalam pembentukan karakter anak. Salah satu manfaat utama dari kebiasaan ini adalah tumbuhnya rasa empati. Anak yang sejak kecil dilibatkan dalam kegiatan berbagi akan belajar memahami perasaan orang lain, terutama mereka yang hidup dalam keterbatasan. Empati ini menjadi pondasi penting dalam membentuk kepribadian sosial yang sehat dan seimbang. Selain itu, bersedekah sejak dini juga menumbuhkan rasa syukur dalam diri anak. Ketika anak menyadari bahwa apa yang mereka miliki bisa memberikan manfaat bagi orang lain, mereka akan lebih menghargai dan tidak mudah mengeluh. Kebiasaan ini mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan hanya berasal dari memiliki, tetapi juga dari memberi. Yang tidak kalah penting, kebiasaan bersedekah sejak usia dini mampu mengurangi sifat egois dan konsumtif pada anak. Anak akan terbiasa berbagi dan tidak merasa semua hal harus dimiliki sendiri. Mereka belajar untuk hidup sederhana dan memperhatikan kebutuhan orang lain. Strategi Praktis untuk Mengajarkan Anak Bersedekah Sejak Dini Agar anak benar-benar memahami makna sedekah, pendekatan yang tepat sangat dibutuhkan. Salah satu cara paling sederhana untuk mengenalkan bersedekah sejak dini adalah dengan memulainya dari rumah. Orang tua bisa menyediakan kotak sedekah keluarga dan mengajak anak untuk rutin menyisihkan sebagian uang jajannya. Aktivitas ini secara perlahan membentuk kebiasaan positif yang membekas dalam pikiran anak. Penting bagi orang tua untuk memberikan contoh nyata. Anak adalah peniru yang andal. Saat mereka melihat orang tua atau orang dewasa di sekitarnya rajin bersedekah, mereka akan merasa bahwa hal itu adalah bagian dari kehidupan yang normal dan pantas untuk diikuti. Tak hanya itu, anak juga dapat terlibat langsung dalam kegiatan sosial yang juga bagian dari proses pembelajaran. Misalnya, saat keluarga membagikan makanan ke tetangga yang membutuhkan, mengunjungi panti asuhan, atau menghadiri acara penggalangan dana, libatkan anak secara aktif. Selain itu, gunakan cerita dan media edukatif yang menyenangkan. Buku anak, video pendek, atau kisah inspiratif tentang anak-anak yang gemar berbagi bisa menjadi sarana efektif untuk memperkenalkan konsep bersedekah sejak dini secara menarik. Peran Lingkungan dalam Mendukung Anak Bersedekah Sejak Dini Meskipun peran keluarga sangat besar, lingkungan luar juga memiliki pengaruh yang tidak kalah penting dalam membentuk kebiasaan bersedekah sejak dini. Sekolah, misalnya, dapat menyelenggarakan program sedekah secara rutin seperti pengumpulan donasi mingguan atau program “jumat berkah”. Teman sebaya juga memberikan pengaruh besar. Anak-anak biasanya akan meniru perilaku teman-temannya. Jika lingkungan bermain mereka terdiri dari anak-anak yang juga terbiasa bersedekah, maka mereka pun akan merasa bahwa berbagi adalah hal yang biasa dan menyenangkan. Selain itu, komunitas dan kegiatan keagamaan seperti pengajian, sekolah minggu, atau kelompok bermain bisa menjadi sarana pendukung dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan sejak dini. Keterlibatan anak dalam komunitas semacam ini membantu memperluas pemahamannya tentang pentingnya berbagi. Manfaat Jangka Panjang dari Bersedekah Sejak Dini Kebiasaan bersedekah sejak dini memberikan dampak luar biasa pada perkembangan karakter anak, bahkan hingga mereka dewasa. Salah satu manfaat paling nyata adalah terbentuknya pribadi yang dermawan dan peduli terhadap sesama. Kebiasaan memberi juga membentuk mental yang lebih positif dan bahagia. Banyak penelitian menunjukkan bahwa memberi, dalam bentuk apapun, dapat meningkatkan rasa puas dan kebahagiaan. Anak-anak yang belajar untuk bersedekah sejak kecil akan lebih terbuka secara emosional dan merasa hidup mereka bermakna. Selain itu, anak akan tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya. Sedekah bukan hanya berupa uang atau barang, tapi juga waktu, tenaga, dan perhatian. Melalui kegiatan bersedekah, anak belajar untuk aktif berkontribusi dan tidak hanya menjadi penonton dalam kehidupan sosialnya. Tantangan dan Solusi dalam Menerapkan Kebiasaan Bersedekah Sejak Dini Tentunya, membentuk kebiasaan bersedekah sejak dini bukanlah hal yang mudah. Salah satu kesulitan yang umum ditemui adalah kurangnya pemahaman anak tentang makna sedekah itu sendiri. Banyak anak yang mengira bahwa sedekah hanya bisa dilakukan jika mereka memiliki uang banyak. Untuk mengatasi hal ini, orang tua bisa menggunakan pendekatan cerita atau simulasi sederhana agar anak memahami bahwa sedekah adalah bentuk kasih sayang dan perhatian kepada sesama. Tantangan lainnya adalah keterikatan anak terhadap barang-barang miliknya. Tidak sedikit anak yang enggan memberi mainannya kepada orang lain. Untuk mengatasinya, orang tua perlu menjelaskan bahwa berbagi tidak akan membuat mereka kehilangan kebahagiaan, justru menambah kebahagiaan bagi dua orang sekaligus. Masalah lain yang sering terjadi adalah kurangnya konsistensi dari orang tua dalam memberi contoh. Anak membutuhkan figur panutan. Oleh karena itu, penting bagi seluruh anggota keluarga untuk menjadikan bersedekah sejak dini sebagai komitmen bersama. Misalnya, dengan melibatkan anak dalam setiap agenda berbagi keluarga agar mereka merasa menjadi bagian penting dalam proses tersebut. Penulis : Ramadani Wahyu Editor : Iffah Faridatul Hasanah

Read More