Titik Balik Iklim: Terumbu Karang Dunia Hadapi Kemunduran Besar

Dengarkan Artikel Ini

Surabaya – 1miliarsantri.net : Sebuah laporan internasional terbaru yaitu Global Tipping Points Report 2025, menyimpulkan bahwa ekosistem terumbu karang air hangat global telah melewati tipping point termal yang tak lagi memungkinkan pemulihan normal. Laporan ini disusun oleh sekitar 160 ilmuwan dari 23 negara bekerja sama dengan institusi seperti University of Exeter dan Stockholm Resilience Centre.

Menurut publikasi pendukung, ambang tipping point terumbu karang diperkirakan di kisaran 1,0-1,5 Celsius pemanasan global dibanding era pra-industri, dengan nilai pusat sekitar 1,2 Celsius. Dengan kondisi pemanasan global saat ini yang telah mencapai kurang lebih 1,4 Celsius, sistem karang berada dalam fase overshoot, yaitu kondisi di mana tekanan lingkungan telah melewati batas toleransi mereka.

Laporan menyatakan bahwa peluang untuk mempertahankan terumbu karang yang sehat dalam skala besar setelah melebihi 1,5 Celsius adalah sangat rendah (kemungkinan > 99% telah melewati batas aman).

Meningginya Angka Kematian Karang secara Massal

Sejak Januari 2023, lebih dari 80% terumbu karang di berbagai negara mengalami peristiwa bleaching hebat akibat lonjakan suhu laut. Dalam kondisi semacam ini, alga simbion (zooxanthellae) yang hidup di dalam jaringan karang keluar, menyebabkan karang kehilangan warna (memutih) dan dalam banyak kasus, mati jika stres suhu berlanjut.

Fenomena ini telah menjadi peristiwa pemutihan global terburuk dalam catatan modern, dan banyak karang tidak memiliki waktu untuk pulih sebelum gelombang panas laut berikutnya. Akibatnya, struktur ekosistem mulai rusak seperti karang mati digantikan oleh alga atau substrat kosong, mengurangi keanekaragaman dan produktivitas biologis.

Baca juga: Santri Asal DKI Jakarta Tembus Final MQK Internasional 2025

Dampak pada Masyarakat Pesisir

Terumbu karang merupakan pondasi ekosistem pesisir yang menyediakan habitat bagi ikan, pelindung pantai dari gelombang, dan tulang punggung pariwisata laut. Hingga 1 miliar orang bergantung secara langsung atau tidak langsung pada kondisi karang sehat untuk mata pencaharian.

Jika kerusakan terus meluas, sektor perikanan lokal bisa mengalami penurunan tangkapan, wisata pantai menurun, dan pantai menjadi lebih rentan terhadap erosi atau bencana laut. Situasi ini menempatkan masyarakat pesisir pada risiko sosial-ekonomi tinggi. Sebagai indikasi lokal, Great Barrier Reef Australia melaporkan penurunan karang terbesar dalam 39 tahun terakhir.

Validasi dan Tantangan Metodologi

Para ilmuwan laporan menyadari bahwa menentukan tipping point untuk terumbu karang bukan hal mudah, karena banyak faktor stres bersamaan, termasuk pengasaman laut (ocean acidification), polusi, penangkapan ikan berlebih, dan penyakit.

Dalam artikel Considerations for Determining Warm-Water Coral Reef Tipping Points, para penulis mendukung ambang ~1,2 Celsius sebagai batas pusat, tetapi menyatakan bahwa jika stres tambahan diperhitungkan, ambang efektif dapat lebih rendah untuk banyak sistem lokal. Artinya, meskipun laporan menyebut bahwa dunia telah melewati tipping point, batas pasti per wilayah tetap menjadi pertimbangan aktif dalam penelitian kelautan.

Di sisi lain, Zoological Society of London (ZSL) menyebut laporan ini sebagai “peringatan keras” agar dunia segera bertindak. Profesor Tim Lenton, salah satu penulis utama laporan, menyatakan: “Kita tidak lagi dapat membicarakan titik kritis sebagai risiko di masa depan … proses awal dari kematian massal terumbu karang air hangat yang meluas sudah mulai terjadi” (diterjemahkan oleh penulis). Ia juga menegaskan bahwa dampak kerusakan karang telah mempengaruhi ratusan juta orang yang bergantung pada ekosistem tersebut.

Laporan Global Tipping Points 2025 memberikan alarm nyata: ekosistem terumbu karang air hangat global telah melewati tipping point termal. Kematian karang massal kini tidak sekadar prediksi, tapi sedang terjadi. Ancaman ini bukan hanya ekologis, tetapi juga sangat manusiawi, yang mana jutaan orang di kawasan pesisir berada di ujung kerentanan.

Meski masih ada ketidakpastian ilmiah, tren dan data yang saling mendukung mempertegas bahwa kita berada di titik kritis, dan pilihan kita ke depan menentukan apakah kita dapat menghindari keruntuhan sistem laut yang lebih luas atau melewati era baru yang drastic.

Baca juga: Rocky Gerung Wanti-Wanti Presiden Prabowo Soal Ancaman Civil Disobedience Jika Demokrasi Diabaikan

Penulis: Faruq Ansori

Editor: Glancy Verona

Ilustrasi by AI


Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Berikan Komentar Anda

Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca