Umat Muslim Afrika Menjaga Al Qur’an Tertua yang Ditulis Imam Indonesia

Jakarta — 1miliarsantri.net : Umat Muslim Cape Town menjaga Al-Qur’an berusia lebih dari dua abad di sebuah masjid di distrik bersejarah Bo Kaap. Al-Qur’an tertua di Afrika Selatan itu ditulis rapi dengan tangan oleh imam asal Indonesia. Imam ini diasingkan oleh Belanda ke ujung selatan Afrika.
Para peneliti percaya bahwa Imam Abdullah ibn Qadi Abdus Salaam, yang dikenal sebagai Tuan Guru, menulis Al-Quran berdasarkan ingatannya.
Saat itu ia diasingkan dari Pulau Tidore ke Cape Town sebagai tahanan politik pada tahun 1780. Imam Abdullah menjalani pengasingan akibat bergabung dalam gerakan melawan penjajah Belanda.
Al-Qur’an ini ditemukan di dalam kantong kertas di loteng Masjid Auwal oleh para pekerja bangunan saat membongkar dan merenovasi masjid di pertengahan 1980-an.
“Loteng itu sangat berdebu, sepertinya tidak ada seorang pun yang pernah berada di loteng itu selama lebih dari 100 tahun. Pekerja bangunan juga menemukan sekotak teks keagamaan yang ditulis oleh Tuan Guru,” kata anggota komite masjid, Cassiem Abdullah, kepada BBC, dikutip Selasa (29/08/2023).
Al-Qur’an yang tidak dijilid, terdiri dari halaman-halaman lepas, tanpa nomor halaman, ditemukan dalam kondisi baik. Kerusakan, robek bagian tepi, hanya dijumpai di beberapa halaman pertama.
Tulisan kaligrafi Arab yang dibuat dari tinta hitam dan merah pun masih terbaca jelas dan kondisinya masih sangat baik.
Tantangan terbesar bagi komunitas Muslim setempat dalam melestarikan artefak yang berasal dari tahun 1694 ini adalah memastikan bahwa semua halaman yang terdiri dari 6.000 ayat Al-Quran ditempatkan dalam urutan yang benar.
Tugas ini dilakukan oleh mendiang Maulana Taha Karaan, ketua ahli hukum Dewan Peradilan Muslim di Cape Town, bersama beberapa ulama setempat.
Proses penyelesaian penjilidan halaman-halaman Al-Qur’an itu memakan waktu hingga tiga tahun lamanya.
Saat ini Al-Qur’an tersebut dipajang di Masjid Auwal, yang didirikan oleh Tuan Guru pada 179 sebagai masjid pertama di Afrika Selatan.
Teks berharga ini hampir tiga kali dicuri. Sehingga komunitas setempat mengamankannya dalam kotak anti api dan peluru 10 tahun yang lalu.
Penulis biografi Tuan Guru, Shafiq Morton, percaya bahwa cendekiawan tersebut kemungkinan besar mulai menulis salinan pertama dari lima salinannya saat ditahan di Pulau Robben – tempat ikonik anti-apartheid Nelson Mandela juga dipenjarakan dari tahun 1960an hingga 1980an – dan terus dilakukan hingga pembebasannya.
Sebagian besar salinan ini diyakini ditulis ketika ia berusia antara 80 dan 90 tahun. Pencapaiannya terbilang luar biasa karena bahasa Arab bukanlah bahasa pertamanya.
Menurut Morton, Tuan Guru dipenjara di Pulau Robben dua kali. Pertama dari tahun 1780 hingga 1781 ketika dia berusia 69 tahun, dan terakhir antara tahun 1786 dan 1791.
“Saya percaya salah satu alasan dia menulis Al-Quran adalah untuk membangkitkan semangat para budak di sekitarnya. Dia menyadari bahwa jika dia menulis salinan Al-Quran, dia bisa mendidik umatnya lewat Al-Quran dan sekaligus mengajari mereka martabat,’ kata Morton.
“Kalau kita lihat di arsip, kertas yang dipakai Belanda mirip sekali dengan yang dipakai Tuan Guru. Mungkin kertasnya sama. Penanya dibuatnya sendiri dari bambu dan tinta hitam dan merahnya mudah diperoleh dari pemerintah kolonial,” lanjutnya.
Dosen sejarah Islam Afrika Selatan, Syekh Owaisi, melakukan penelitian ekstensif pada Al-Quran dengan tulisan tangan di Cape Town itu.
Ia yakin Tuan Guru termotivasi oleh kebutuhan untuk melestarikan Islam di kalangan tahanan dan budak Muslim di wilayah itu yang merupakan koloni Belanda.
“Ketika mereka sedang mengajarkan Alkitab dan mencoba untuk mengubah agama para budak menjadi Muslim, Tuan Guru sedang menulis salinan Al-Quran, mengajarkannya kepada anak-anak dan menyuruh mereka untuk menghafalkannya. Ini menceritakan kisah ketahanan dan ketekunan. Ini menunjukkan tingkat pendidikan orang-orang yang dibawa ke Cape Town sebagai budak dan tahanan,” sambungnya.
Tuan Guru juga menulis buku berbahasa Arab setebal 613 halaman berjudul Ma’rifat wal Iman wal Islam (Ilmu Iman dan Agama) berdasarkan hafalan.
Buku yang merupakan panduan dasar keyakinan Islam itu, telah digunakan selama lebih dari 100 tahun untuk mengajarkan umat Muslim di Cape Town tentang keyakinan mereka.
Kondisinya masih bagus dan dimiliki oleh keluarga Rakiep, keturunan Tuan Guru. Sementara replikanya disimpan di perpustakaan nasional di Cape Town.
“Dia duduk dan menuliskan segala hal yang dia ingat tentang agama Islam dan dia menggunakannya sebagai teks untuk mengajar orang lain,” kata Syekh Owaisi.
Dari lima mushaf Al-Qur’an tulisan tangan Tuan Guru, tiga masih bisa dipertanggungjawabkan. Selain satu yang ada di masjid Auwal, dua lainnya milik keluarga, termasuk cicitnya.
Sedikitnya 100 replika telah diproduksi. Di mana salah satunya diserahkan untuk perpustakaan masjid Al-Aqsa, situs suci ketiga dalam Islam, di Yerusalem. Sedangkan beberapa lainnya diberikan kepada pejabat yang berkunjung.
Pada Mei 2019 Ganief Hendricks, pemimpin partai politik Muslim di Afrika Selatan, Al Jama’ah, menggunakan salah satu replikanya untuk dilantik sebagai anggota parlemen.
Belanda tidak menyadari bahwa dengan membuang Tuan Guru ke Afrika bagian selatan, menjadi katalisator penyebaran Islam ke wilayah ini.
Kini umat Islam di wilayah tersebut sekitar 5 persen dari populasi Cape Town yang berjumlah 4,6 juta jiwa.
“Ketika dia datang ke Cape, Tuan Guru mengamati bahwa kondisi Islam sangat buruk sehingga dia punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan,” kata Morton.
Masyarakat tidak benar-benar mendapatkan teks apa pun – mereka menjadi Muslim lebih karena ingatan budaya dibandingkan hal lainnya.
“Saya berpendapat bahwa Alquran pertama yang ditulisnya adalah alasan mengapa komunitas Muslim bertahan dan berkembang menjadi komunitas terhormat yang kita miliki saat ini,” pungkasnya. (yan)
Baca juga :
- Hidup Ala Rasulullah : Sederhana, Produktif, dan Penuh Makna
- Kecerdasan Buatan (AI) Masuk Kurikulum ; Cetak Gen Z yang Memiliki Talenta Digital?
- Mengukir Langkah Bersama: Haflah Akhirussanah ke-VI Pondok Tahfidz Modern Al-Imam
- Badge Pahala : Bisakah Ibadah Di-Gamifikasi Tanpa Kehilangan Ikhlas
- Gunung Berbalut Hijab – For some, lifestyle is the source of life
Discover more from 1miliarsantri.net
Subscribe to get the latest posts sent to your email.