Presiden Prabowo Kunjungi Tenda Pengungsi dan Perintahkan Percepatan Perbaikan Infrastruktur di Aceh

Presiden Prabowo Subianto melakukan kunjungan ke tenda pengungsian di Kabupaten Bireuen, Aceh, dan memerintahkan percepatan perbaikan infrastruktur serta penyaluran pangan — langkah konkret Pemerintah memastikan pemulihan pasca-bencana berjalan cepat. Aceh – 1miliarsantri.net: Ditemani Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), Presiden Prabowo Subianto mengunjungi wilayah terdampak bencana di Provinsi Aceh. Di Kabupaten Bireuen, ia mendatangi tenda pengungsian, menemui korban, sekaligus meninjau langsung pengerjaan perbaikan infrastruktur vital. Presiden Prabowo dalam kunjungan tersebut menegaskan bahwa pemerintah akan mempercepat pemulihan akses dan kebutuhan dasar masyarakat. Kunjungan ke Tenda Pengungsian: Empati dan Pastikan Logistik Tersalur Sesampainya di lokasi, Prabowo disambut ratusan warga yang sudah menunggu sejak pagi. Tenda utama menampung sekitar 532 pengungsi dari Dusun Kayee Jato, lengkap dengan posko kesehatan, akses air bersih, dan dapur umum. Dalam suasana penuh haru, Presiden berjalan menyapa satu per satu warga, mendengarkan keluhan dan cerita warga yang kehilangan rumah akibat bencana. Beberapa warga bahkan menangis saat bertemu Kepala Negara. Menanggapi itu, Prabowo memberikan semangat, menepuk bahu para pengungsi sambil berujar “sabar ya, sabar.” Tak hanya bertemu warga — ia juga meninjau dapur umum dan logistik bantuan. Presiden bahkan mencicipi menu makan siang berupa nasi dan ikan tongkol, guna memastikan ketersediaan dan kecukupan pangan bagi pengungsi. Fokus Percepatan Pemulihan Infrastruktur: Jembatan & Akses Vital Setelah dari tenda pengungsian, Presiden Prabowo meninjau pengerjaan Jembatan Bailey Teupin Mane, ruas penting penghubung Bireuen–Takengon di Kabupaten Bireuen. Jembatan sementara sepanjang 30 meter ini menjadi “urat nadi” untuk memulihkan kembali akses darat yang terputus pasca-bencana. Di lokasi konstruksi, Presiden menyaksikan langsung operasi alat berat — ekskavator, loader — yang memperkuat pondasi dan membuat timbunan batu sebagai oprit jembatan. Pengerjaan berjalan intensif tanpa henti. Prabowo menyatakan optimisme bahwa jembatan sementara ini bisa dibuka dalam waktu satu minggu. Setelah itu, pemerintah akan langsung melanjutkan perbaikan terhadap tiga jembatan lainnya yang menuju ke Bener Meriah dan Takengon. Selain jembatan, laporan kerusakan terhadap bendungan dan area persawahan warga juga disampaikan — Pemerintah melalui instansi terkait akan segera memulihkan semuanya. Komitmen Pangan & Pemulihan: Upaya Terkoordinasi dari Negara Usai meninjau jembatan, Presiden juga menegaskan komitmen pemerintah untuk memastikan ketersediaan pangan di wilayah terdampak. Suplai bahan pangan telah diantisipasi dan akan dikirim dari daerah lain, dengan cadangan cukup memadai. Bagi petani terdampak, pemerintah bahkan menyampaikan bahwa utang-utang KUR akan dihapus — menyikapi kondisi sebagai “force majeure”, bukan kelalaian. Dalam percepatan pemulihan infrastruktur, Kepala Staf Angkatan Darat — Maruli Simanjuntak — ditunjuk sebagai komandan percepatan perbaikan untuk mendukung tim teknis dari instansi sipil. Hal ini menunjukkan kesigapan pemerintah memobilisasi seluruh sumber daya untuk menangani krisis. Kehadiran Presiden Buktikan Kehadiran Negara di Tengah Krisis Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke tenda pengungsian sekaligus ke lokasi pemulihan infrastruktur di Aceh menjadi simbol bahwa negara hadir dan bergerak cepat saat bencana melanda. Dengan mendengarkan langsung pengungsi, memastikan logistik pangan, serta meninjau dan memerintahkan percepatan perbaikan akses vital — pemerintah menunjukkan komitmen nyata untuk membawa stabilitas dan harapan kembali pada masyarakat terdampak. Langkah ini penting tidak semata sebagai respons darurat, tetapi sebagai fondasi pemulihan jangka panjang, agar warga Aceh bisa kembali hidup normal secepat mungkin.*** Sumber : presiden.go.id Penulis : Thamrin Humris Editor : Toto Budiman

Read More

Pohon Kamper Disebut Dalam Al-Qur’an, Ternyata Tumbuh Subur Di Indonesia

Bekasi – 1miliarsantri.net: Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Al-Qur’an yang diturunkan di Jazirah Arab ternyata menyebut tentang “kamper” atau kāfūr, sebagaimana termaktub dalam Surah Al-Insan ayat 5, Allah berfirman: اِنَّ الْاَبْرَارَ يَشْرَبُوْنَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُوْرًاۚ “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas yang campurannya adalah kāfūr.” (QS. Al-Insan: 5) Dalam tafsir, kafur digambarkan sebagai minuman surga yang sejuk dan harum. Namun yang menarik, pohon kamper—sumber kapur barus alami—justru tumbuh subur di Nusantara, bukan di tanah Arab. Kamper (kāfūr) Dari Ayat ke Fakta Disebutkan dalam Al-Qur;an, namun di Arab Saudi tidak ada pohon kamper, sementara di Indonesia “Pohon Kamper” dengan nama latin “Dryobalanops aromatica” tumbuh menjulang tinggi hingga 60 meter. Pohon ini menghasilkan kapur barus yang sejak ribuan tahun lalu jadi komoditas dagang. Sejarah perdagangan membuktikan bangsa Arab dan Persia berlayar jauh ke Sumatera dan Kalimantan untuk mencari kapur barus, menjadikannya salah satu rempah paling berharga di jalur perdagangan internasional. Hikmah Di Balik Ayat Tentang Kamper Universalitas Wahyu – Al-Qur’an menyebut tanaman yang tidak tumbuh di Arab, menegaskan pesan wahyu berlaku lintas geografi. Simbol Kesucian – Kamper dipakai dalam pemulasaraan jenazah karena aromanya yang suci dan menenangkan, selaras dengan gambaran minuman surga. Jejak Peradaban – Penyebutan kamper mengingatkan pada hubungan dagang kuno antara Timur Tengah dan Nusantara. Pesan Ekologi – Kini pohon kamper terancam punah. Ayat ini bisa dibaca sebagai pengingat untuk menjaga kelestarian alam. Barus atau kapur barus (Dryobalanops aromatica), biasa juga disebut kamper sumatra, kamper melayu, atau kamper borneo, adalah spesies tumbuhan yang sudah mulai langka yang termasuk dalam famili Dipterocarpaceae. Nama spesies aromatica diambil dari bahasa Latin: aromaticus yang berarti seperti rempah-rempah, dan mengacu pada bau damar (resin).  Pohon kamper adalah contoh nyata bagaimana ayat Al-Qur’an menyentuh realitas lintas budaya. Ia bukan sekadar tumbuhan tropis, melainkan simbol spiritual, sejarah perdagangan, dan pesan ekologis yang relevan hingga kini. Yuk ikuti terus rubrik khazanah dan bangkitkan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Sumber dan Foto : bing.com, wikipedia

Read More