
Freedom Edge 2025 Jadi Sinyal Tandingan Blok Seoul–Tokyo–Washington
Seoul – 1miliarsantri.net: Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat akan menggelar latihan militer trilateral Freedom Edge 2025 pada 15–20 September di wilayah udara dan laut tenggara Pulau Jeju. Fokus latihan mencakup operasi udara, angkatan laut, hingga skenario siber. Menurut Staf Gabungan Korsel (JCS), latihan ini merupakan bagian dari pertahanan kolektif untuk meningkatkan interoperabilitas dan kesiapan menghadapi ancaman nuklir dan rudal Korea Utara. JCS menegaskan latihan bersifat defensif sesuai hukum internasional, bukan persiapan operasi ofensif. Pernyataan bersama pejabat pertahanan Korsel, Jepang, dan AS menekankan pentingnya kerja sama trilateral menghadapi ancaman DPRK, menjaga kebebasan navigasi, serta mencegah perubahan status quo di Semenanjung Korea. Sorotan Regional dan Respons Korea Utara Freedom Edge 2025 adalah edisi ketiga latihan ini, sekaligus yang pertama di bawah Presiden Korsel Lee Jae-Myung. Lokasi Jeju dipilih karena strategis sebagai pengawasan potensi peluncuran rudal Korea Utara. Namun, Pyongyang mengecam keras rencana tersebut. Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara, menilai latihan ini sebagai “pamer kekuatan sembrono” dan memperingatkan adanya konsekuensi serius. Pyongyang kerap menyebut latihan trilateral semacam ini sebagai “rehearsal invasi,” meski Seoul, Tokyo, dan Washington menegaskan sifatnya defensif. Bagi sejumlah analis, latihan ini juga merupakan respons diplomatik terhadap parade militer di Beijing yang baru-baru ini dihadiri pemimpin Korea Utara dan Rusia. Baca juga: Israel Klaim Menguasai 40% Kota Gaza Posisi Amerika Serikat dan Jepang Pentagon menegaskan bahwa Freedom Edge 2025 menunjukkan komitmen Washington mendukung sekutu dan menjaga stabilitas Indo-Pasifik. Jepang pun menegaskan kontribusinya dengan mengerahkan kapal perusak Aegis, jet tempur, dan unit siber untuk melatih pertahanan jaringan kritis. Meski detail jumlah pasukan dan alutsista belum diumumkan, latihan diperkirakan melibatkan jet tempur, kapal perang, simulasi pertahanan rudal, dan operasi siber. Makna Strategis Jangka Panjang Freedom Edge 2025 berakar pada Deklarasi Camp David 2023, yang memperkuat mekanisme konsultasi keamanan reguler antara ketiga negara. Latihan ini bukan sekadar drill militer, melainkan bagian dari arsitektur keamanan baru Indo-Pasifik. Bagi AS, latihan memperkuat posisinya menghadapi pengaruh Tiongkok. Bagi Korsel dan Jepang, latihan menegaskan payung pertahanan bersama termasuk dukungan aset strategis AS seperti bomber B-52 dan kapal induk. Namun, ada risiko spiral ketegangan. Pyongyang kemungkinan terus melihat latihan sebagai ancaman langsung. “Selama Korea Utara memandangnya sebagai rehearsal invasi, risiko eskalasi akan tetap ada,” jelas Dr. Shin Beom-chul dari Korea Research Institute for National Strategy. Baca juga: Trump Sindir India dan Rusia Makin Dekat ke China Kesimpulan Freedom Edge 2025 lebih dari sekadar latihan gabungan. Ia adalah pesan politik, strategi pertahanan, sekaligus simbol solidaritas tiga negara di tengah meningkatnya ketidakpastian kawasan. Dengan memperdalam kerja sama militer dan memperkuat efek deterrence, latihan ini menjadi salah satu fondasi penting arsitektur keamanan Indo-Pasifik ke depan. Penulis: Faruq Ansori Editor: Glancy Verona dan Toto Budiman Ilustrasi by AI