Sound Horeg Pernah Dipakai Sebagai Senjata Korea Selatan Goyang Korea Utara, Begini Ceritanya!

Sound Horeg Senjata Suara Raksasa Unik Korea Selatan Diperbatasan Korea Utara Bekasi – 1miliarsantri.net: Perang tidak hanya monopoli senjata berpeluru, meriam dengan bola api dahsyat atau pesawat tempur canggih serta kapal perang berpeluru kendali, ini dibuktikan oleh Korea Selatan ketika berhadapan dengan Korea Utara menggunakan “Sound Horeg” atau “Pengeras Suara Raksasa”, sebagai senjata dan alat propaganda. Kalau kamu kira perang cuma soal senjata dan peluru, maka perkiraanmu salah besar! Karena ada sejarah dunia yang unik, di mana Korea Selatan ternyata punya senjata unik yang dikenal sebagai sound horeg, pengeras suara raksasa yang bukan untuk konser, tapi untuk mengusik tetangganya, Korea Utara. Bukan sekadar alat, sound horeg ini punya sejarah panjang dalam perang propaganda di Semenanjung Korea. Menariknya, bukan hanya Korsel yang memainkannya, tapi juga Pyongyang ikut membalas dengan versi mereka sendiri. Awal Mula Sound Horeg di Perbatasan Cerita ini dimulai pada 1962 ketika Korut memulai siaran propaganda lewat pengeras suara di perbatasan. Isinya adalah seruan agar warga Korea Selatan membelot ke negara tanpa pajak, istilah manis mereka untuk memikat orang ke Pyongyang. Tak mau kalah, setahun kemudian, pada 1963, Korsel meluncurkan sound horeg pertamanya. Isinya lebih ceria dibanding propaganda keras Korut. Mereka memutar musik K-pop era jadul, lagu-lagu hits Seoul, dan program budaya yang dirancang supaya warga Utara penasaran dengan kehidupan di Selatan. Bukan Cuma Hiburan, Tapi Strategi Psikologis Kalau kamu pikir ini cuma hiburan gratis buat warga perbatasan, ternyata enggak. Sound horeg ini punya misi penting: mempengaruhi psikologi tentara dan warga yang berada di area perbatasan. Bayangin, kamu tentara Korut, bertugas di pos terdepan, tapi setiap hari dengerin lagu-lagu catchy dari Selatan, iklan produk, atau berita soal kemajuan ekonomi Korea Selatan. Lama-lama rasa penasaran bisa muncul, dan di situlah misi propaganda mulai bekerja. Masa Damai Sementara dengan Propaganda Off pada 2004 Menariknya, di tahun 2004, kedua negara sempat sepakat untuk menghentikan siaran ini. Masa itu disebut period of detente, yaitu periode ketika Korsel dan Korut berusaha mengurangi ketegangan. Namun, seperti hubungan yang penuh drama, kedamaian ini nggak bertahan lama. Pada 2015, setelah dua tentara Korsel terluka akibat ranjau darat yang diduga ditanam militer Korut, sound horeg kembali menggelegar di perbatasan. On-Off Sesuai Kondisi Politik Hubungan Korsel-Korut memang seperti lampu yang kadang menyala, kadang mati. Begitu ada gesekan politik, sound horeg biasanya langsung dihidupkan lagi. Begitu situasi agak tenang, speaker pun dimatikan. Terbaru, pada Juni 2024, sound horeg Korsel kembali aktif. Alasannya? Korea Utara mengirim balon berisi sampah ke wilayah Selatan sebagai bentuk protes terhadap selebaran anti-Korut yang dikirim aktivis Korsel. Balasan Seoul? Ya, suara nyaring dari perbatasan yang bisa didengar hingga kilometer jauhnya. Akhir Era Sound Horeg di 2025 Pada Agustus 2025, sebuah babak baru dimulai. Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, memutuskan untuk membongkar semua sound horeg yang ada di perbatasan. Alasannya jelas, yakni ingin menciptakan hubungan yang lebih damai dengan Korea Utara. Sejak awal kampanye, Lee sudah menegaskan bahwa diplomasi dan kerja sama lebih penting daripada perang psikologis. Dengan dicabutnya pengeras suara ini, ia berharap kedua negara bisa fokus membangun hubungan yang lebih sehat tanpa saling mengusik lewat suara. Perlukah Sound Horeg di Masa Depan? Kalau mau jujur, sound horeg ini punya dua sisi mata uang. Di satu sisi, ia efektif untuk menunjukkan kekuatan lunak (soft power) Korea Selatan, mempamerkan budaya, musik, dan cara hidup yang bebas. Tapi di sisi lain, ia juga memicu ketegangan baru yang bisa merugikan kedua pihak. Selain itu, dunia sudah cukup bising dengan berbagai konflik. Daripada mengadu suara di perbatasan, akan lebih bermanfaat kalau kedua negara fokus membangun jembatan komunikasi yang sehat. Bayangkan kalau energi dan teknologi yang dipakai untuk sound horeg justru digunakan untuk proyek kolaborasi lintas batas, misalnya, pertukaran budaya atau pembangunan infrastruktur bersama. Memang, sejarah panjang konflik Korea tidak mudah dihapus hanya dengan mematikan speaker. Tapi setidaknya, langkah Presiden Lee Jae Myung bisa jadi awal untuk mengubah narasi. Dari yang tadinya siapa lebih nyaring menjadi siapa lebih bijak. Sound horeg bukan cuma soal speaker raksasa di perbatasan Korea. Ia adalah simbol dari persaingan panjang, adu ideologi, dan strategi perang psikologis antara Selatan dan Utara. Sekarang, setelah era sound horeg resmi berakhir pada 2025, tantangan baru muncul: bisakah kedua negara menjaga perdamaian tanpa saling mengusik? Waktu yang akan menjawab. Yang jelas, kalau suara bisa memecah belah, suara juga bisa menyatukan. Tinggal bagaimana kedua pihak memilih nada yang tepat. Kalau kalian menyikapi sound horeg ini gimana? Mengingat di Indonesia penuh pro dan kontra?*** Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Thamrin Humris Foto ilustrasi GPT

Read More

Fenomena Sound Horeg : Dampak Sosial dan Tinjauan Singkat dari Sudut Pandang Islam

Malang – 1miliarsantri.net : Kehidupan fana di dunia yang dijalani manusia, kerap merasakan lelah, penat, bosan, stress, bahkan frustasi. Namun Allah SWT mengetahui keterbatasan manusia, oleh karenanya diberi kemampuan untuk mewujudkan keseimbangan atau harmoni dalam kehidupan sehari-hari. Manusia secara intuitif memiliki kesadaran untuk menemukan hal-hal yang dapat menjadi penawar dari sisi-sisi gelap psikisnya sendiri, salah satunya dengan menciptakan berbagai macam hiburan. Dalam peradaban manusia jenis hiburan telah berkembang pesat, mulai dari sastra, pertunjukan, seni rupa, permainan-permainan, hingga yang paling massif saat ini adalah hiburan berupa seni musik. Terlepas dari hukum musik dalam Islam, yang telah banyak dibahas oleh para ulama, memang terdapat perbedaan pendapat. Ada kelompok ulama yang membolehkan dengan syarat dan ada pula yang mengharamkannya. Fenomena Sound Horeg dan Dampak Sosialnya Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena sound horeg—penggunaan audio sistem bersuara keras dalam konvoi, komunitas motor, atau acara hajatan telah menjamur di berbagai daerah, terutama di kalangan anak muda. Meski dianggap sebagai bentuk ekspresi kebebasan dan hiburan, suara menggelegar yang ditimbulkan kerap menimbulkan keresahan, mengganggu ketenangan umum, bahkan memicu konflik sosial. Istilah sound horeg pada dasarnya merujuk pada serangkaian sound sistem yang memiliki daya tinggi hingga menghasilkan suara yang sangat besar. Biasanya sound horeg dirangkai di atas kendaraan truck untuk mengisi acara-acara seperti hajatan, karnaval, konvoi, dan acara jalanan lainnya. Horeg adalah istilah jawa yang berarti bergetar, dalam terminologi ini sound horeg dapat didefinisikan sebagai hiburan musik sound sistem berdaya tinggi yang menyebabkan kehebohan dan euphoria luar biasa. Tak jarang di lapangan istilah horeg benar-benar terjadi secara harfiah. Maksudnya suara yang dihasilkan tersebut bisa membuat bangunan-bangunan bergetar bahkan bisa merusak beberapa bagian rumah seperti kaca pecah, genting yang berjatuhan, dan lain-lain. Selain itu seringkali panitia atau peserta pawai terpaksa membongkar beberapa bagian bangunan warga maupun fasilitas umum dikarenakan truk pengangkut sound sistem tidak dapat melewati jalan. Di beberapa daerah bahkan berakibat pada keributan antara warga dan peserta atau panitia acara. Hal ini terjadi karena warga merasa terganggu dengan suara bervolume sangat tinggi. Dari fakta-fakta tersebut, fenomena sound horeg menimbulkan dampak sosial yang signifikan di masyarakat yakni merusak ketertiban, menimbulkan kegaduhan, menimbulkan konflik, dan mengganggu lingkungan masyarakat. Fenomena Sound Horeg Ditinjau dari Perspektif Islam Islam adalah agama yang menghendaki umatnya menjadi umat yang pertengahan, sehingga keseimbangan di segala aspek kehidupan diperkenankan dan ditekankan. Dalam Islam kesehatan psikis wajib untuk dipelihara. Sehingga Islam tidak serta merta melarang manusia untuk menikmati hiburan, namun Islam hadir dengan memberikan batasan-batasan yang perlu diperhatikan. Batasan-batasan tersebut tertuang dalam nilai-nilai syariat yang terkandung di dalam ajarannya. Di dalam ajaran Islam, setiap tindakan manusia harus mengacu pada tiga hal prinsip yaitu Adab, Akhlak, dan Ketakwaan. Ketiga hal ini menciptakan pagar batasan bagi umat Islam dalam bertindak di kehidupan sehari-hari, sehingga tidak menimbulkan kerugian diri sendiri maupun orang lain. 1. Adab  Dari segi adab, sound horeg secara umum di masyarakat dirasa mengganggu kenyamanan orang lain. Hal ini karena volume musik yang terlalu tinggi, sehingga beberapa warga mengeluh karena sound horeg mengganggu anggota keluarga lain yang sedang sakit, bayi yang sedang beristirahat, bahkan dapat merusak bangunan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan nilai-nilai Islam yang melarang menyakiti orang lain tanpa alasan yang jelas. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (QS Al-Ahzab:58) 2. Akhlak Seringkali sound horeg diikuti dengan pawai orang-orang yang berjoget dengan gerakan yang tidak senonoh dan menggunakan pakaian yang tidak sopan di jalanan umum dan ditonton oleh ribuan orang dari segala usia. Dari segi akhlak, hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan kita untuk bertindak sopan dan memakai pakaian yang menutup aurat. Selain itu kita juga diperintahkan untuk menjaga pandangan. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka…” (QS. An-Nur:30) 3. Ketakwaan Konsep paling mendasar dari ajaran Islam adalah ketakwaan. Secara ringkas Takwa berarti kesadaran akan rasa takut kepada Allah sehingga mendorong seorang muslim untuk selalu taat dengan jalan menjauhi larangan Allah SWT dan melaksanakan segala perintahNya. Hiburan sound horeg jelas jauh dari konsep dasar ketakwaan dalam Islam. Di dalam sound horeg terdapat unsur pemborosan dan foya-foya tanpa ada manfaat yang jelas. Padahal di dalam Islam diwajibkan agar setiap harta digunakan dengan perhitungan yang baik dan akan lebih baik jika digunakan untuk keperluan di jalan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya” (QS. Al-Isra: 26-27) Hiburan sound horeg juga mengandung hal-hal yang mengundang syahwat sehingga dapat mendekatkan seseorang pada kemaksiatan. Mendekatkan diri pada kemaksiatan secara sadar dan kesengajaan adalah bentuk menjauhkan diri dari ketakwaan kepada Allah SWT. Kesimpulan Hiburan adalah sesuatu yang wajar untuk menjaga psikis manusia tetap seimbang, agar kehidupan sehari-hari berjalan dengan baik dan optimal. Namun penting untuk memilih dengan bijak jenis hiburan tersebut. Fenomena sound horeg yang menghebohkan masyarakat, dilihat dari aspek sosial jelas merugikan masyarakat dan memiliki dampak buruk. Selain merusak ketertiban dan kenyamanan, juga menimbulkan konflik di tengah masyarakat. Dari sudut pandang Islam sebagian besar konten hiburan di dalamnya juga cenderung menjauhi nilai-nilai syariat Islam. Sound horeg, jika tidak dikendalikan, berpotensi menjadi simbol kebebasan yang melanggar batas norma sosial dan nilai-nilai Islam. Dalam Islam, kebisingan yang mengganggu ketenangan masyarakat merupakan bentuk ketidakpedulian terhadap hak sesama. Sebagai seorang muslim penting untuk memahami batasan-batasan berdasarkan nilai-nilai syariat Islam. Dengan pemahaman tersebut maka kita akan lebih bijak untuk memilih jenis hiburan yang baik dan tidak merugikan orang lain dan tidak merusak hubungan sosial. Islam sangat menganjurkan terciptanya ketertiban dan kenyamanan dalam masyarakat, sehingga segala bentuk hiburan yang mengganggu ketertiban harus dihindari oleh setiap muslim. Sumber : Majelis Ulama Indonesia (MUI), Fatwa Tentang Musik Dalam Islam, Komisi Fatwa MUI, 2005. https://www.nu.or.id – berbagai artikel terkait hiburan dalam Islam dan menjaga adab social https://www.konsultasisyariah.com – “Hukum Musik Keras dan Gangguan Tetangga” Kontributor : Leo Agus Hartono Editor : Toto Budiman

Read More