Sholat Kafarat Adakah Dalilnya? Bagaimana Pandangan 4 Madzhab?, Ini Penjelasan Singkatnya

Bondowoso – 1miliarsantri.net: Setiap manusia pasti pernah berbuat khilaf, termasuk dalam hal meninggalkan ibadah wajib seperti sholat. Lalu muncul pertanyaan, adakah cara untuk menebus sholat yang pernah ditinggalkan? Salah satu amalan yang sering dibicarakan adalah tata cara sholat kafarat. Sholat ini diyakini sebagian kalangan sebagai ibadah penghapus dosa sholat fardhu yang tertinggal. Namun, benarkah hal itu dibenarkan dalam Islam? Dan bagaimana pandangan empat madzhab besar dalam fiqih terhadap praktek ini? Pada artikel ini, kami akan membahas secara menyeluruh tata cara sholat kafarat, lengkap dengan dalil, perbedaan pendapat ulama, hingga panduan pelaksanaannya menurut referensi klasik dan kontemporer. Jangan lewatkan uraian penting ini, karena bisa jadi Anda sedang berada di persimpangan antara amalan sunnah dan sesuatu yang justru terlarang. Apa Itu Sholat Kafarat? Sholat kafarat, juga dikenal sebagai sholat al-bara’ah, adalah bentuk ibadah tambahan yang diyakini sebagian kalangan sebagai sarana untuk menebus atau mengganti sholat wajib yang ditinggalkan. Nama “kafarat” berasal dari kata kufr yang berarti menutupi. Dalam konteks ini, maksudnya adalah menutupi kesalahan masa lalu dengan amal kebaikan. Beberapa kelompok melaksanakan sholat kafarat khususnya pada Jumat terakhir bulan Ramadhan. Mereka percaya bahwa sholat ini bisa menggantikan sholat-sholat fardhu yang luput dikerjakan atau dilakukan secara tidak sah. Namun, praktik ini mengundang perbedaan pendapat tajam di kalangan ulama. Tata Cara Sholat Kafarat dan Doanya Sebelum membahas pendapat ulama, penting untuk memahami tata cara sholat kafarat secara umum sebagaimana dipraktikkan sebagian masyarakat. Dan berikut adalah langkah-Langkah pelaksanaannya: Pandangan Ulama, Boleh atau Haram? Pembahasan mengenai tata cara sholat kafarat tidak lengkap tanpa mengetahui pendapat ulama mengenai keabsahannya. Berikut pandangan dari empat madzhab besar dalam Islam: 1. Madzhab Hanafi Ulama Hanafiyah pada umumnya tidak menyebutkan sholat kafarat secara eksplisit dalam kitab-kitab fiqih mereka. Namun, mereka mewajibkan qadha atas setiap sholat fardhu yang ditinggalkan, tanpa menyebut adanya ibadah khusus seperti sholat kafarat. 2. Madzhab Maliki Ulama Maliki juga tidak mengenal praktik sholat kafarat sebagai ibadah tersendiri. Mereka lebih menekankan kewajiban qadha sholat secara langsung dan segera setelah sadar atau mampu melaksanakannya. 3. Madzhab Syafi’i Dalam madzhab Syafi’i, qadha sholat adalah wajib. Namun, mengkhususkan ibadah tertentu pada waktu dan cara yang tidak disyariatkan, seperti sholat kafarat pada Jumat terakhir Ramadhan, dianggap tidak memiliki dasar. Beberapa ulama Syafi’iyah bahkan menyebut praktik ini sebagai bid’ah. 4. Madzhab Hanbali Pandangan Hanabilah juga sejalan dengan ketiga madzhab lainnya. Mereka menolak konsep sholat kafarat sebagai pengganti sholat fardhu dan mengharuskan qadha satu per satu atas setiap ibadah yang tertinggal. Hukum Sholat Kafarat Menurut Ulama Sejumlah ulama memperbolehkan sholat kafarat sebagai bentuk ihtiyath (kehati-hatian) dalam beribadah, terutama bagi yang ragu apakah pernah meninggalkan sholat. Namun, kelompok lain dengan tegas menyatakan haram, bahkan ada yang menyebutnya mendekati kufur karena membuat-buat ibadah tanpa dalil sahih. Menurut Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, praktik sholat kafarat yang dikhususkan pada Jumat terakhir Ramadhan dengan keyakinan menggugurkan dosa selama setahun adalah bid’ah yang sangat tercela. Demikian pula dalam pandangan Buya Yahya, sholat kafarat tidak memiliki dasar yang kuat, baik dari Al-Qur’an maupun hadits. Beliau menekankan pentingnya mengqadha sholat satu per satu, bukan dengan ritual kolektif yang tidak dikenal dalam syariat. Menyikapi Tata Cara Sholat Kafarat dengan Bijak Dari uraian di atas, jelas bahwa tata cara sholat kafarat bukanlah praktik yang disepakati oleh para ulama. Meskipun ada sebagian yang membolehkannya sebagai bentuk ihtiyath, mayoritas ulama, khususnya dari kalangan madzhab Syafi’i, Maliki, dan Hanbali, menyatakan bahwa praktik ini tidak memiliki dasar syariat yang kuat dan bahkan dapat tergolong ibadah yang tidak sah. Daripada mengandalkan sholat kafarat, lebih baik setiap Muslim yang pernah meninggalkan sholat segera melakukan qadha sesuai jumlah yang ditinggalkan. Taubat nasuha, memperbanyak ibadah yang disyariatkan, dan konsistensi dalam menjaga sholat wajib jauh lebih dianjurkan dalam Islam. Semoga pembahasan tentang tata cara sholat kafarat ini bisa memberikan panduan dan pemahaman yang mendalam bagi umat Islam. Selalu landaskan setiap ibadah pada dalil yang shahih agar ibadah kita bernilai di sisi Allah SWT.** Penulis : Ainun Maghfiroh Foto Ilustrasi Editor : Thamrin Humris

Read More

Gen Z Taat: Anti Skip Sholat Saat Nongkrong

Surabaya – 1miliarsantri.net: Di tengah gaya hidup Gen Z yang lekat dengan nongkrong, ngopi, dan hangout bareng teman, tetap ada sosok-sosok keren yang nggak pernah lupa kewajiban utama: sholat. Mereka membuktikan bahwa asyik nongkrong nggak harus bikin lalai ibadah. Justru, di balik gaya kasual dan celoteh santai, ada komitmen kuat untuk tetap taat. Inilah cerita tentang Gen Z Taat — generasi yang memilih anti skip sholat, bahkan saat lagi seru-serunya kumpul bareng. Seseorang yang lahir antara tahun 1997-2013 tergabung dalam kelompok generasi Z atau istilah kerennya yaitu Gen Z. Gen Z seringkali dikenal dengan generasi yang sangat aktif, ekspresif, dan memiliki gaya hidup dinamis. Mereka sangat familiar dengan kemajuan teknologi, dan suka sekali untuk melakukan eksplorasi ke tempat-tempat baru, dan tentunya hobi banget yang namanya nongkrong. Akan tetapi, di tengah-tengah mereka sibuk nongkrong di cafe, mall, atau tempat-tempat nongkrong lain, muncul satu pertanyaan penting: “Mereka masih menjaga sholatnya ga sih?”, atau “Mereka gimana ya menjalankan kewajiban ibadah sholatnya?” Dan jawabannya: “ya bisa banget dong!” Saat ini makin banyak Gen z yang sadar bahwa keren itu bukan cuma dari outfit, akan tetapi juga soal ketaatan. Ketaatan kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Sholat tetap yang utama, meskipun lagi di luar rumah atau nongkrong pun tetap harus dan wajib hukumnya untuk menjaga sholat. Adapun dalil tentang perintah Sholat dalam Al-Quran Surat An Nisa Ayat 103: اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا Artinya: “Sungguh, sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (Q.S. An Nisa: 103). Pada ayat tersebut menjelaskan tentang pentingnya mengingat Allah SWT di manapun dan kapan pun serta melaksanakan kewajiban ibadah sholat dengan sempurna atas waktu yang telah ditentukan sebagai orang-orang yang beriman. Nah, biar tetap istiqomah, yuk simak tips simple tapi powerfull untuk tetap jaga sholatmu! 1. Cari Tempat yang Menyediakan Musholla. Sebelum berangkat nongkrong atau hangout, pastikan dulu tempat yang dituju menyediakaan fasilitas ibadah seperti musholla atau lokasinya yang berdekatan dengan masjid. Lantas, bagaimana cara kita tahu tempatnya ada mushollanya atau tidak? Teknologi sudah canggih, manfaatin sosial mediamu buat cari tau di cafe itu ada mushollanya atau tidak? Tidak ada salahnya juga untuk tanya melalui DM (Direct Message) ke adminnya “Kak, di situ ada mushollanya ga ya?” Untuk cara lain yaitu cek di google maps, tempatnya kira kira dekat dengan masjid apa ya. 2. Atur Waktu Keberangkatan. Supaya tidak mengganggu waktu sholat, kalau bisa berangkat setelah menjalankan ibadah sholat. Misalnya, berangkat setelah Sholat Maghrib, supaya tidak ketinggalan waktu sholat Maghrib. Atau lebih baik lagi, menunggu sampai waktu Sholat Isya, jadi bisa hangout dengan tenang tanpa kepikiran terdapat ibadah yang belum ditunaikan. Lantas, kalau mau nongkrong siang atau sore bagaimana? Jawabannya: Pastikan selalu untuk menjaga sholat dzuhur atau ashar tetap on time ya. Jangan sampai meninggalkan kewajiban  hanya untuk urusan duniawi, apalagi kalau itu nongkrong. 3. Bawa Peralatan Sholat Sendiri. Ini merupakan sebuah life hack, terutama buat para muslimah. Membawa mukena travel size yang ringkas dan dapat dilipat hingga berbentuk kecil sehingga mudah dimasukkan ke dalam tas. Selain menjaga kehigienisan diri sendiri, membawa mukena sendiri membuat diri tenang apabila terdapat tempat sholat yang tidak menyediakan mukena. Contohnya pada saat wabah Covid-19 kemarin, tempat-tempat umum tidak menyediakan mukena karena ditakutkan dapat menjadi media penularan virus. Maka dari itu sangat penting bagi para Muslimah untuk membawa mukena sendiri untuk tetap menjaga kebersihan diri sendiri. Dan untuk laki-laki, pastikan selalu mengenakan celana panjang yang nyaman ya, agar lebih memudahkan diri sendiri dan tidak kebingungan menutup aurat saat Sholat. Nah, jadi sholat itu bukan sebuah pengahalang untuk kita para Gen Z untuk pergi nongkrong atau hangout loh. Namun, justru menjadikan pengingat bahwa kita tetap berkomitmen kepada Allah di manapun kita berada agar menjadi hamba yang taat. Dengan kita melakukan sedikit persiapan, kita dapat tetap menajalani gaya hidup aktif tanpa meninggalkan kewajiban kita sebagai umat Muslim. Karena pada kenyataannya, Gen Z yang keren itu bukan cuma dilihat dari stylenya saja yang keren, tetapi juga cara mereka menjaga keistiqomahannya dengan tetap menunaikan sholat tanpa skip, kapan pun dan di mana pun.** Penulis : Yunika Hastiwi Editor : Toto Budiman

Read More

Asrama Bukan Hanya Tempat Tidur: Membangun Lingkungan yang Membentuk Karakter

Surabaya – 1miliarsantri.net: Jika Anda pernah tinggal di asrama, Anda pasti tahu, asrama bukan sekadar tempat tidur dan mandi. Ia adalah tempat hidup. Tempat bertumbuh. Di dalamnya, anak-anak belajar hidup bersama, belajar tanggung jawab, disiplin, hingga empati. Karena itu, manajemen asrama tidak boleh dianggap enteng. Ia bukan pelengkap sekolah, tapi jantung pendidikan karakter. Fungsi Asrama dalam Pendidikan Asrama memiliki peran strategis dalam membentuk siswa secara utuh, bukan hanya akademik: Unsur Penting dalam Manajemen Asrama Agar asrama berfungsi maksimal, pengelolaan harus menyentuh aspek-aspek berikut: Tantangan Pengelolaan AsramaMengelola asrama bukan tanpa tantangan: • Perbedaan latar belakang siswa. • Konflik antar kamar atau kelompok. • Kedisiplinan yang naik turun. • Keterbatasan SDM dan fasilitas. Namun dengan pendekatan yang tepat dan komunikasi yang terbuka, tantangan ini bisa menjadi peluang pembelajaran. Kisah Nyata: Ketika Asrama Menjadi Rumah Kedua Di sebuah pesantren modern di Jawa Timur, sistem mentoring harian di asrama terbukti mampu menurunkan tingkat pelanggaran siswa hingga 80% dalam satu tahun. Setiap anak didampingi oleh satu musyrif yang bukan hanya mengawasi, tapi menjadi tempat curhat, diskusi, dan motivasi. Hasilnya, bukan hanya prestasi akademik meningkat, tapi juga semangat belajar dan etika sosial anak semakin kuat. Peran Orang Tua dan Sekolah Pengelolaan asrama tidak bisa dilepas sepenuhnya ke pengurus internal. Orang tua harus tetap terlibat secara aktif: • Memberikan input dan evaluasi. • Menjaga komunikasi rutin dengan pengasuh. • Membekali anak dengan kesiapan mental sebelum tinggal di asrama. Sekolah pun harus menjadikan manajemen asrama sebagai bagian dari visi pendidikan jangka panjang, bukan sekadar fasilitas penunjang. Asrama adalah ruang hidup. Ia mendidik tanpa banyak teori. Ia membentuk karakter bukan lewat ceramah, tapi lewat keseharian. Maka, kelola asrama dengan hati dan strategi. Karena dari sinilah lahir generasi yang bukan hanya cerdas, tapi juga kuat secara moral dan sosial.*** Penulis : Andriko, S.Pd.I, M.Pd Seorang pengelola lembaga pendidikan yang antusias dengan dunia digital, berpengalaman sejak 2013 di bidang digital marketing khususnya untuk pendidikan dan UMKM, serta aktif mengeksplorasi teknologi AI, pengembangan website, dan strategi konten kreatif di media sosial. Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris

Read More