Bahasa Politik: ‘Memaki dan Memuji sebagai Deskripsi Politik’ dalam Debat Rocky Gerung dan Mahasiswa S2 Hukum UGM

Memaki Dan Memuji Bukan Sekadar Emosi, Tetapi Cara Menggambarkan Kekuasaan, Nilai, Dan Identitas Dalam Politik Jakarta – 1miliarsantri.net : Deskripsi dalam politik, “pujian adalah penggambaran positif, sementara makian adalah penggambaran negatif. Keduanya sah dalam demokrasi, tapi punya muatan emosional dan politis. Memaki dan memuji dalam politik adalah cara menggambarkan kekuasaan, nilai, dan identitas, bukan sekadar emosi. Dalam dunia politik, kata-kata bukan sekadar suara yang terlontar tanpa makna. Memaki dan memuji, dua bentuk ekspresi yang sering muncul dalam wacana politik, sejatinya bukan hanya luapan emosi, melainkan strategi komunikasi yang sarat makna. Melalui bahasa, para aktor politik berusaha menggambarkan kekuasaan, meneguhkan nilai, sekaligus membentuk identitas. Kuliah Umum dengan narasumber Rocky Gerung – Akademikus & Filsuf Indonesia dan Dr. Yance Arizona – Ketua PANDEKHA FH UGM, sangat menarik untuk disimak dan menjadi rujukan akademis, dengan moderator Mayang Anggi Pradita (CLS FH UGM). Dalam diskusi publik yang dikutip dari mimbar bebas YouTube Pusat Kajian Konstitusi, Demokrasi dan HAM, Rocky Gerung menunjukkan bagaimana kritik dapat dibalik menjadi narasi baru yang menegaskan posisi dan norma. Pujian menciptakan legitimasi, sedangkan makian mendorong kritik dan perubahan. Bagi publik, penting menjaga etika bahasa, menyampaikan kritik berbasis fakta, memahami audiens, dan siap menerima balasan kritik. Rocky Gerung berbicara dalam forum terbuka “Notonagoro Public Lecture, dengan Tema Filosofi Negara dan Demokrasi”. Forum ini merupakan Kuliah umum menghadirkan pemikiran kritis tentang filsafat negara dan demokrasi, mengulas relevansinya dalam konteks sosial-politik Indonesia masa kini, berlangsung di Auditorium Gedung B, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (UGM). Mahasiswa S2 Mengkritisi Pemilihan Kata-Kata RG Yang Dinilai Tidak Pantas Sang Mahasiswa S2 Magister Hukum Bisnis dan Kenegaraan menganggap Rocky terlalu kontroversial. Dia mengingatkan bahwa RG terkenal dulu dengan “kitab suci fiksi seperti itu ya, dan banyak yang gagal paham, dan sudah diterangkan mereka itu salah-presumption fallacy,” meskipun tidak ada dalam kamus, ungkap Lintang. Diapun mengingatkan RG bahwa “di UGM memiliki buku pegangan “Relasi Sehat”, mohon maaf, jadi saya tidak sependapat dengan kata-kata umpatan, di UGM ada ke-UGM-manan, jadi mohon maaf “bodoh, dungu, body shaming” itu tidak boleh-tidak boleh-tidak boleh, saya tidak suka,” tegasnya mengkritik RG. Jawaban Rocky Gerung Terhadap Ketidaksetujuan Mahasiswa Hukum RG mengawali jawaban dan tanggapannya dengan pertanyaan, “Rencana DO semester berapa?” disambut tawa peserta kuliah umum tersebut. RG berkata, “saya terima kritikmu sejauh saya tidak pernah mengkritik manusia, yang saya bilang dungu itu adalah presiden bukan Jokowi.” RG melanjutkan, “yang saya bilang tolol Bahlil sebagai menteri,” dan disambut tepuk tangan hadirin. Lebih lanjut dia mengatakan, “seandainya saya hapus kata ‘dungu’ dari kamus, lalu kata ‘pintar’ artinya apa?” Rocky menerangkan, “semua kata itu ada pasangannya, ada pifurkasi.” “Dungu, disebut dungu karena kita memuliakan si pintar, pintar disebut pintar karena kita mengingat kedunguan, apa yang salah disitu?, dua-duanya ada deskripsi.” Ada lagi kata “Amok” (kejadian Pati) dan “Orang Utan” yang merupakan sumbangan dari Indonesia untuk perbendaharaan bahasa Inggris. Jadi dalam bahasa politk yang harus dilihat konteksnya apa, “Sopan santun adalah bahasa tubuh, pikiran yang disopan-santunkan itu namanya kemunafikan”, pungkas Rocky.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Foto : tangkapan layar YouTube PANDEKHA

Read More

Kim Keon Hee ‘Eks Ibu Negara Korea Selatan Pertama Yang Ditetapkan Sebagai Tersangka’ Ini Kronologinya

Eks Ibu Negara Korsel “Kim Keon Hee” Resmi Jadi Tersangka Dugaan Suap dan Manipulasi Saham. Korea Selatan – 1miliarsantri.net: Untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang mantan Ibu Negara, Kim Keon-hee, resmi berstatus tersangka. Kasus ini bukan sekadar heboh di media, tapi juga membuka mata kita bahwa jabatan tinggi pun tidak kebal dari hukum. Tim investigasi khusus menemukan bahwa Kim Keon-hee diduga menerima barang-barang mewah bernilai fantastis dari seorang pengusaha. Kalau kamu mengikuti berita luar negeri, kasus ini bagaikan drama politik yang penuh misteri, konflik kepentingan, dan tentu saja kemewahan. Kronologi Kasus yang Menjerat Kim Keon Hee Kasus ini mulai mencuat ketika tim investigasi melakukan penggeledahan di kediaman Kim Jin-woo, saudara ipar Kim Keon-hee, pada 25 Juli lalu. Di sana, mereka menemukan garansi jam tangan mewah merek Vacheron Constantin, nilainya mencapai puluhan juta won. Jam itu dibeli oleh seorang pengusaha berinisial Seo pada September 2022, lalu langsung diberikan kepada Kim Keon-hee. Seo mengaku pembelian itu murni atas permintaan Kim, tanpa maksud suap. Tapi, tim penyelidik mencurigai ada agenda tersembunyi di balik pemberian tersebut. Kenapa? Karena pemberian jam itu bertepatan dengan periode perusahaan Seo menandatangani kontrak operasi anjing robot dengan Dinas Keamanan Presiden. Tambah lagi, Seo punya riwayat mendonasikan KRW 10 juta untuk kampanye Yoon Suk-yeol pada 2021. Temuan Lain Berupa Kalung Mewah dan Lukisan Misterius Tak cuma jam tangan, penyelidikan juga menemukan kalung Van Cleef & Arpels dan sebuah lukisan yang diduga karya seniman Lee Woo-hwan. Kalung itu pernah menjadi sorotan saat Kim Keon-hee memakainya di KTT NATO Spanyol, Juni 2022. Masalahnya, kalung tersebut tidak tercatat dalam daftar aset resmi. Dari catatan toko Van Cleef & Arpels, model kalung yang sama dibeli oleh orang dekat petinggi Seohee Construction setelah Yoon menang pilpres pada Maret 2022. Ada fakta yang bikin kening berkerut, yakni menantu pimpinan Seohee Construction diangkat sebagai kepala staf perdana menteri pada Juni 2022, tepat sebelum perjalanan luar negeri ketika Kim mengenakan kalung tersebut. Dugaan Balas Jasa Jabatan Tim penyelidik menduga ada kaitan antara pemberian kalung dan penunjukan jabatan penting tersebut. Mereka sedang mengumpulkan bukti untuk memastikan apakah ini bagian dari balas jasa atau murni kebetulan. Pimpinan Seohee Construction dan beberapa pihak terkait rencananya akan dipanggil untuk diperiksa lebih lanjut. Kalau ini terbukti, bukan hanya Kim Keon-hee yang akan terjerat, tapi jaringan bisnis-politik di sekitarnya juga bisa terseret. Sidang Penentuan Nasib Hari ini menjadi babak baru bagi Kim Keon-hee. Ia hadir di Pengadilan Distrik Pusat Seoul untuk sidang penentuan penangkapannya. Tuduhan yang dihadapinya tidak main-main: manipulasi saham, campur tangan pemilu, dan penerimaan suap. Sidang berjalan selama 4 jam sebelum eks ibu negara itu dibawa ke Pusat Penahanan Seoul Selatan. Awalnya, ia akan ditempatkan di Pusat Penahanan Seoul di Uiwang, tapi jaksa mengajukan perubahan lokasi karena alasan fasilitas, dan pengadilan mengabulkannya. Pelajaran dari Kasus Kim Keon Hee Kalau kamu lihat kasus ini, jelas bahwa kekuasaan dan kemewahan sering jadi kombinasi berbahaya. Tidak peduli setinggi apa jabatanmu, ketika hukum bekerja, kamu tetap bisa terseret. Sebagai masyarakat, kamu bisa mengambil pelajaran bahwa transparansi itu penting, terutama bagi pejabat publik. Barang mewah yang diterima pejabat seharusnya dicatat, diumumkan, dan tidak disembunyikan. Kasus ini juga menjadi pengingat buat kita semua bahwa integritas tidak bisa dibeli. Sebagus apa pun pencitraan di depan kamera, kalau di belakang layar ada transaksi mencurigakan, cepat atau lambat akan terungkap. Kim saat masih menjadi Ibu Negara mendampingi Presiden Korsel dalam kunjungan Kenegaraan di Indonesia Kasus Kim Keon-hee bukan cuma gosip politik, tapi cerminan bagaimana kekuasaan bisa dimanfaatkan atau disalahgunakan. Sebagai warga, kamu berhak tahu dan kritis terhadap siapa pun yang memegang posisi strategis. Dengan Kim Keon-hee resmi berstatus tersangka, proses hukum ini akan menjadi ujian besar bagi sistem peradilan Korea Selatan. Apakah hukum akan berlaku adil tanpa pandang bulu? Atau kekuatan politik masih punya cara untuk memutarbalikkan keadaan? Satu hal yang pasti, kita bisa belajar satu hal penting bahwa harta dan jabatan bisa datang dan pergi, tapi nama baik dan integritas adalah investasi seumur hidup.** Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Thamrin Humris Foto istimewa

Read More