
Khazanah Pesantren, Dari Kitab Kuning ke Ruang Siber
Malang – 1miliarsantri.net : Di antara menara-menara surau dan riuhnya lodak santri, khazanah pesantren telah lama menjadi benteng keilmuan Islam tradisional seperti kitab kuning, sorogan, bandongan, bahkan bahtsul masail. Kini, khazanah pesantren menghadapi era baru saat kitab kuning tak lagi terbatas di ruang kelas atau mushala, tetapi meluas ke jaringan siber (digital). Transformasi ini tidak hanya tentang digitalisasi teks atau arsip, namun tentang bagaimana nilai-nilai luhur pesantren tetap hidup dan relevan di zaman yang makin serba cepat dan layar menyala. Digitalisasi sebagai Wujud Kontemporer Khazanah Pesantren Khazanah pesantren sangat identik dengan kitab kuning, karya ulama klasik yang ditulis dalam bahasa Arab atau campuran Arab-Pegon, menyimpan ajaran tafsir, fikih, ushul, akhlak, dan tasawuf. Kini perubahan zaman membawa khazanah pesantren ke ruang siber. Pemerintah lewat Kementerian Agama (Kemenag) menginisiasi proyek seperti aplikasi Tarkib Digital, repository kitab kuning Nusantara, dan platform “Rumah Kitab” sebagai media pembelajaran online berbasis kitab kuning. Inovasi-inovasi ini membuktikan khazanah pesantren tidak stagnan, tetapi adaptif terhadap kebutuhan generasi kekinian yang ingin belajar agama lewat gadget. Pengajian kitab kuning secara daring sudah praktis dan menjangkau santri di pelosok, memungkinkan khazanah pesantren tetap menyala walaupun tanpa bangunan fisik. Tantangan Memelihara Khazanah Pesantren di Era Siber Tidak semua hal dalam digitalisasi khazanah pesantren berjalan mulus. Ada tantangan keilmuan, seperti kitab kuning kadang dipotong-potong atau disederhanakan agar cocok dengan format digital singkat, sehingga kedalaman teks atau konteks tradisional terabaikan. Ada pula tantangan teknis, yaitu akses internet di daerah terpencil masih bermasalah, koleksi kitab kuning asli belum semuanya terdigitalisasi, dan ada kendala hak cipta atau sanad ilmu. Selain itu, khazanah pesantren di ruang siber berpotensi kehilangan suasana spiritual pengajian tradisional seperti tatap muka, wudu, suasana kitab, bertanya langsung ke kiai. semua ini yang sulit diganti oleh layar. Peluang Memperkuat Khazanah Pesantren ke Depan Meskipun ada tantangan, ada pula peluang besar agar khazanah pesantren makin berkembang di ruang siber. Salah satunya dengan mengembangkan pendidikan pesantren hybrid, kombinasi tatap muka kitab kuning dan pendalaman digital melalui video, aplikasi, dan forum online. Metode blendedlearning ini memungkinkan pelestarian tradisi sekaligus penyebaran ilmu yang lebih luas. Selain itu, khazanah pesantren bisa diperkuat dengan peningkatan literasi digital bagi santri dan kiai, memahami cara menulis konten daring yang akurat, memilih teks yang sahih, dan menjaga sanad ilmu. Para pengelola platform digital pesantren dapat memberi pelatihan, membuat portal digital yang interaktif, menyediakan naskah digital serta audio kitab kuning dengan kualitas baik. Terakhir, peluang kolaborasi antar pesantren, lembaga pendidikan Islam, dan pemerintah sangat penting. Dukungan infrastruktur, misalnya internet cepat, server repository naskah, dan regulasi perlindungan teks tradisional, akan memperkuat posisi khazanah pesantren di Indonesia sebagai warisan budaya dan ilmu yang bernilai tinggi. Khazanah pesantren, dari kitab kuning ke ruang siber, bukan hanya soal memelihara teks lama dalam format baru. Lebih dari itu, khazanah pesantren adalah jembatan yang menjaga agar tradisi keilmuan, spiritualitas, dan karakter santri tidak hilang dalam gelombang digitalisasi. Dengan khazanah pesantren terus dijaga dengan kesungguhan, adaptasi inovatif, dan penghormatan terhadap nilai-nilai tradisi, warisan ilmu yang disimpan di pesantren akan tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang khazanah pesantren. Penulis : Ramadani Wahyu Foto Ilustrasi Editor : Iffah Faridatul Hasanah dan Toto Budiman