merawat orang tua sakit

Diangkat Dari Kisah Nyata! Ini Tantangan Tak Terduga Dalam Merawat Orang Tua Sakit!

Surabaya – 1miliarsantri.net: Seiring usia lanjut, orang tua pasti mengalami penurunan kesehatan. Cepat atau lambat, setiap anak akan menghadapi situasi di mana mereka harus merawat orang tua yang sakit.  Sakitnya orang tua di usia senjabukan sekedar sakit ringan, tapi bisa berupa penyakit serius yang membutuhkan pendampingan penuh. Terkadang proses sembuh lama bahkan tak ada harapan untuk sembuh. Merawat orang tua sakit bukan sekadar tugas, tetapi perjalanan panjang yang sarat tantangan dari sisi emosional, finansial, waktu, hingga kesehatan mental.  Islam sendiri telah memberi pedoman agar anak tetap sabar dan berbakti selama merawat orang tua sakit. Hal itu juga karena merawat orang tua juga memiliki tantangan yang tidak main-main, seperti jenis tantangan yang akan kita jelaskan di bawah ini: 1. Ujian Kesabaran Menghadapi Orang Tua yang Rewel Saat sakit, orang tua sering kali menjadi lebih sensitif dan muncul sifat kekanak-kanakannya. Penulis pernah ada di posisi merawat bapak stroke setengah badan. Ada satu momen yang masih membekas, saat itu habis membersihkan rumah dan menyelesaikan deadline kerja (WFH), bapak minta makan. Lalu berusaha menyuapi makanan, karena bapak nggak sanggup makan sendiri. Tiba-tiba bapak ngomel karena makannya tidak hangat dan terasa tidak enak. Hingga akhirnya ketika suapan kedua, bapak menolak dan menumpahkan piring yang aku pegang. Jujur saat itu hati terasa ngilu, hembusan nafas amarah muncul, mata pun berair dan rasanya mau memecahkan piring. Tapi apa daya, hanya bisa membersihkan tumpahan itu. Dan langsung ke kamar untuk shalat, saat sujud baru bisa melampiaskan teriakan amarah karena lelah menghadapi rewelnya bapak. Untuk bisa mengendalikan emosi itu karena ingat firman Allah dalam surat  Al-Isra’ ayat 23: وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” Ayat ini menegaskan bahwa kesabaran dalam menghadapi sikap orang tua, bahkan ketika mereka rewel karena sakit adalah bagian dari ketaatan kepada Allah. 2. Tantangan Finansial yang Berat Tidak sedikit keluarga yang kesulitan dengan biaya pengobatan. Saat bapak di diagnosa stroke dan jantung lemah, dokter menyarankan operasi ring jantung dengan biaya ratusan juta rupiah.  Saat itu tidak memiliki BPJS, asuransi kesehatan atau tabungan. Hal itu membuat keluarga hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Allah agar diberi keajaiban atau kemudahan. Atas izin Allah, bapak terlepas dari masa kritis itu. Walaupun tidak jadi operasi, Allah  masih diberi kesempatan hidup beberapa tahun. Sungguh Maha Besar Allah kepada hambanya yang lemah dan meminta pertolongan. Dari situ sebagai seorang anak mulai sadar untuk mengurus BPJS bahkan menyisihkan uang untuk tabungan darurat untuk kesehatan bapak.  Teringat Dulu orang tua masih sehat, ketika anaknya sakit, apapun dikorbankan orang tua. Kini giliran anak berjuang untuk kesembuhan orang tua, walau sungguh berat ujian ini. Rasulullah SAW bersabda:  “Cukuplah seseorang berdosa bila ia menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR. Abu Dawud) Hadis ini menegaskan pentingnya tanggung jawab anak, termasuk dalam aspek finansial. Kalau meniatkan kerja untuk orang tua, insyaallah ada saja rezeki datang tak disangka dan di waktu tak terduga. Baca juga: Wow Ini Daftar Masjid Terbesar di Dunia! No 1 Paling Indah! 3. Membagi Waktu Antara Studi, Bekerja dan Merawat Orang Tua Sakit Membagi waktu juga menjadi tantangan besar. Pernah suatu kali bapak masuk ICU tepat saat ujian praktik kuliah semester delapan. Tragedi itu membuat bimbang antara mengurus ayah atau menunda kuliah. Namun setelah shalat malam, muncul energi baru untuk menyelesaikan tugas di sela-sela kelelahan. Alhamdulillah tahun 2019 (sebelum covid)  bisa lulus kuliah tepat waktu dan bisa melihat bapak senyum bangga atas kelulusan anaknya. Dan ketika mulai berkarir pun setelah pulang kerja berusaha pulang tepat waktu, meminimalisir untuk nongkrong. Pulang kerja sibuk menyuapi, bersih-bersih, mengaji bareng dan mengajak ngobrol bapak agar tidak kesepian. Mungkin merawat orang tua membatasi aktivitas. Tapi hal itu lebih baik daripada menanggung rindu ketika orang tua tiada.  Rasulullah SAW pernah bersabda tentang pentingnya berbakti kepada orang tua bahkan dibanding jihad yang diriwayatkan di hadis HR. Bukhari dan Muslim. Seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, amal apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” Ia bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Ia bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Hadis ini memberi gambaran bahwa mendampingi orang tua, bahkan saat kita sibuk dengan studi atau pekerjaan, tetap menjadi amal besar yang tidak boleh diabaikan. Baca juga: Me Time Ala Islam! Nggak Cuma Santai, Tapi Bisa Jadi Ladang Pahala! 4. Stres dan Kelelahan Menghadapi Keputusasaan Merawat Orang Tua Merawat orang tua sakit yang tak kunjung sembuh dapat menimbulkan kelelahan fisik dan mental.  Ada masa ketika bapak terlihat diam, putus asa, dan enggan melakukan terapi. Kondisi ini membuat keluarga yang merawat ikut kehilangan semangat. Pernah suatu kali, penulis memberanikan diri curhat melalui DM kepada Ayu Kartika Dewi, seorang aktivis toleransi yang juga mantan staf khusus Presiden Jokowi. Beliau terkenal   responsif dan friendly kepada followernya.  Waktu itu curhat seputar keputusasaan merawat bapak yang tak kunjung sembuh.  Beliau membalas DM dengan kalimat yang berhasil mengisi kekosongan hati penulis saat itu:  “Merawat orang tua yang menua dan sakit memang bukan urusan sederhana, apalagi jangka panjang. Kalau kamu dan Ibu lelah, coba gantian ‘cuti’ beberapa hari supaya ada jeda istirahat. Karena kita tidak bisa menuang dari teko yang kosong. Kita harus cukup kuat supaya bisa menopang orang lain.” Pesan ini membuka mata, bahwa kesehatan mental anak yang merawat juga harus dijaga. Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda:  “Sesungguhnya tubuhmu punya hak atasmu.”(HR. Bukhari) Artinya, anak tidak boleh mengabaikan dirinya sendiri. Menjaga emosi, beristirahat, bahkan mencari waktu sejenak untuk mengisi ulang energi adalah bagian dari ibadah. Sebab, bagaimana mungkin bisa memberi semangat pada orang tua yang sakit kalau diri sendiri sudah kehabisan tenaga? Merawat orang tua sakit memang melelahkan, terasa seperti perjalanan panjang tanpa ujung. Namun dibalik letih itu, ada pelajaran berharga, tentang kesabaran yang ditempa, tentang cinta yang diuji,…

Read More

Berapakah Gaji Merawat Orang Tua yang Sakit di Mata Allah?

Surabaya – 1miliarsantri.net: Berbakti kepada orang tua dalam kondisi sehat mungkin lebih mudah dibandingkan berbakti kepada orang tua yang sedang sakit, apalagi penyakitnya terbilang susah untuk disembuhkan. Jadi teringat kalimat renungan ini, “Satu orang tua mampu merawat 10 anak, tapi 10 anak belum tentu mampu merawat 1 orang tua”. Walaupun mereka mau merawatnya, namun terkadang ada kepentingan transaksional seperti mengharapkan warisan orang tua. Padahal seorang ibu dan bapak membesarkan anak-anaknya dari bayi sampai dewasa dengan pengeluaran yang tak terbatas bahkan rela tahan ‘banting tulang’ demi kesejahteraan, kesuksesan dan kebahagiaan sang anak. Merawat di benak orang tua adalah sebuah harapan penuh kasih. Sedangkan seorang anak dititipkan orang tua yang sakit mulai perhitungan terhadap pengeluaran yang membengkak untuk pengobatan, merasa stres menghadapi mood swing orang tua dan ingin terlepas dari beban penderitaan itu dengan mengirim orang tua ke panti jompo. Merawat di benak anak kadang kala menjadi sebuah beban dan penderitaan. Penulis pun pernah melewati lika-liku merawat bapak stroke selama 5 tahun lamanya. Awal perjalanan begitu berat, selain harus kerja keras mencari uang demi pengobatan juga ekstra sabar merawat bapak. Ketika berangkat kerja harus memandikan dan menyuapi. Ketika pulang kerja dihadapkan sama bapak yang ngompol dan berak. Belum lagi kontrol ke rumah sakit. Rasanya capek banget. Kalau kerja, walau capek masih digaji. Kalau merawat orang tua sakit, dimana mereka tidak lagi aktif bekerja dan warisan pun tak ada. Lalu berharap kepada siapa?. Berharaplah kepada Sang Pemilik Langit dan Bumi. Allah telah menyediakan bayaran setimpal kepada seorang anak yang setulus hati merawat orang tuanya. Maka berlomba-lombalah dalam berbuat baik kepada orang tua, selagi mereka masih ada walau dalam kondisi sakit tak berdaya.  1. Tiket Menuju Surga Surga adalah tempat tinggal terbaik manusia. Disana manusia akan kekal, selalu bahagia dan apapun keinginan akan dikabulkan. Hampir semua manusia pasti menginginkan surga. Tanpa disadari terkadang manusia mencari tiketsurga sampai ke ujung dunia, padahal surga itu dekat yaitu orang tua kita sendiri. اﻟْوَاﻟِدُ أَوْﺳَطُ أَﺑْوَابِ اﻟْﺟَ ﱠﻧﺔِ ﻓَﺈِنْ ﺷِﺋْتَ ﻓَﺄَﺿِﻊْ ذَﻟِكَ اﻟْﺑَﺎبَ أَوِ اﺣْﻔَظْﮫُ Artinya: “Orang tua adalah pintu surga yang paling baik. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Tirmidzi) MasyaAllah sebegitu besaran gaji yang kita dapatkan ketika berbakti kepada orang tua. Dan pada hakikatnya birrul walidain itu merupakan ibadah wajib, yang tercantum dalam Al-Qur’an surat An-Nisa  ayat 36 yang berbunyi; وَاﻋْﺑُدُوا َّٰﷲ وَﻻَ ﺗُﺷْرِﻛُوْا ﺑِﮫٖ ﺷَﯾْـًٔﺎ ﱠوﺑِﺎﻟْوَاﻟِدَﯾْنِ اِﺣْﺳَﺎﻧًﺎ “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua.” Dalam surat An-Nisa telah dijelaskan bahwa perintah menyembah Allah dibarengi dengan perintah berbakti kepada orang tua. Itu artinya serajin apapun ibadah yang kita lakukan kalau tidak berbakti kepada orang tua, maka ada yang kurang sempurna dalam ibadah kita. Birrul walidain sebuah kewajiban ketika melakukannya mendapat pahala dan ketika melanggarnya mendapat ganjaran.  2. Pintu Rezeki Terbuka Lebar Bagi para pejuang merawat orang tua sakit/caregiver, mungkin akan merasa khawatir kalau rezeki akan berkurang karena harus membaginya untuk pengobatan atau perawatan orang tua. Belum lagi terpaksa resign untuk menjaga orang tua yang sudah kehilangan kemandirian dalam beraktivitas. Niat tulus tidak akan sia-sia, Allah akan memberi rezeki mengalir deras dari arah yang tidak kalian sangka. وَﻋَنْ ﻋَﺑْدِ َ ﱠِﷲ ﺑْنِ ﻋُﻣَرَ رَﺿِﻲَ َ ﱠُﷲ ﻋَﻧْﮭُﻣَﺎ ﻋَنْ اَﻟ ﱠﻧﺑِ ﱢﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم ﻗَﺎلَ رِﺿَﺎ َ ﱠِﷲ ﻓِﻲ رِﺿَﺎ اَﻟْوَاﻟِدَﯾْنِ وَﺳَﺧَطُ َ ﱠِﷲ ﻓِﻲ .ﺳَﺧَطِ اَﻟْوَاﻟِدَﯾْنِ أَﺧْرَﺟَﮫُ اَﻟ ﱢﺗرْﻣِذِ ﱡي, وَﺻَ ﱠﺣﺣَﮫُ اِﺑْنُ ﺣِ ﱠﺑﺎنَ وَاﻟْﺣَﺎﻛِمُ Artinya: “Dari sahabat Abdullah bin Umar ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, ‘Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua. Sedangkan murka-Nya berada pada murka keduanya,’” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim). Keberuntungan itu pun pernah dialami oleh sutradara film Jumbo Ryan Adriandhy. Dibalik kesuksesan 10 juta penonton dan karyanya termasuk film terlaris sepanjang masa, ada doa ibundanya yang menyertai. Dimana dalam mengerjakan karya itu, Ryan menemani ibundanya berjuang melawan kanker, hingga tahun 2022 harus berpulang. Tidak hanya mengalir rezeki yang deras, merawat orang tua akan dimudahkan urusan atau hajatnya. Seperti yang dialami penulis yang ketika memutuskan resign kerja selalu dimudahkan untuk mendapat penggantinya. Saat resign pertama, satu bulan sebelum resign mendapat tawaran kerja. Dan resign kedua, setelah 12 hari resign baru mendapat kerja. Hasil jerih payah merawat orang tua sakit tidak ada yang sia-sia, percayalah!.  3. Terhindar Dari Penyakit dan Panjang Umur Biasanya kalau dalam bekerja selain mendapatkan gaji juga mendapat tunjangan kesehatan seperti BPJS. Begitu juga ketika merawat orang tua sakit, akan mendapat tunjangan kesehatan dan umur panjang. ﻋَنْ أَﻧَسِ ﺑْنِ ﻣَﺎﻟِكٍ، ﻗَﺎلَ ﻗَﺎلَ رَﺳُولُ ِﷲ ﺻَﻠﱠﻰ ﱠُﷲ ﻋَﻠَﯾْﮫِ وَﺳَﻠﱠمَ ﻣَنْ أَﺣَ ﱠب أَنْ ﯾُﻣَ ﱠد ﻓِﻲ ﻋُﻣْرِهِ، وَﯾُزَادَ ﻓِﻲ رِزْﻗِﮫِ، ﻓَﻠْﯾَﺑَ ﱠر وَاﻟِدَﯾْﮫِ، وَﻟْﯾَﺻِلْ رَﺣِﻣَﮫُ Artinya, “Dari sahabat Anas bin Malik ra, Rasulullah bersabda, ‘Siapa saja yang ingin dipanjangkan umurnya dan bertambah rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturahim,’” (HR Ahmad). Hal itu pernah penulis alami tapi lebih ke terhindar dari penyakit. Jadi pernah muncul benjolan di payudara. Fakta itu membuat penulis cemas, takutnya itu mengarah ke kanker payudara yang belum ada obatnya. Padahal saat itu bapak juga belum kunjung sembuh dari strokenya. Takutnya kalau aku sakit, terus siapa yang merawat beliau. Dan pas shalat tahajud benar-benar khusyuk berderai air mata untuk diberikan petunjuk agar benjolan ini tidak membesar atau tumbuh menjadi kanker. Kemudian pihak keluarga ada yang memberi saran untuk menggunakan salep. Setelah rutin menggunakannya satu bulan. Alhamdulillah yang awalnya bengkak dan keras, sudah tidak ada benjolan. Gaji merawat orang tua sakit memang tak tertulis dalam slip gaji. Dan kalaupun orang tua kita tidak memiliki warisan untuk mengapresiasi dedikasi kita. Masih ada Allah yang siap menggaji kita melebihi harta benda atau jabatan di dunia melainkan surga yang dijanjikan, rezeki yang mengalir tanpa diduga, kesehatan dan umur yang diberkahi. Semoga kita menjadi bagian dari mereka yang Allah angkat derajatnya karena keikhlasan merawat orang tua yang sakit, Aamiin. Selagi orang tua masih hidup jagalah kesehatan mereka. (***) Penulis : Iftitah Rahmawati Foto Ilustrasi AI Editor : Toto Budiman, Iffah Faridatul Hasanah

Read More