
Bukan Sekadar Online: Menggali Makna Digitalisasi Pendidikan Di Sekolah Kita
Surabaya – 1miliarsantri.net: Ditengah gegap gempita perkembangan teknologi, dunia pendidikan pun tak ketinggalan berubah. Perubahan ini tak hanya soal mengganti papan tulis dengan layar LCD atau mengganti buku dengan tablet. Lebih dari itu, kita sedang berbicara tentang transformasi cara berpikir, cara mengajar, dan cara belajar. Inilah yang disebut sebagai digitalisasi pendidikan. Tapi, apakah kita benar-benar memahami makna terdalam dari digitalisasi ini? Apa Itu Digitalisasi Pendidikan? Digitalisasi pendidikan adalah proses integrasi teknologi digital ke dalam semua aspek pendidikan: mulai dari perencanaan kurikulum, metode pembelajaran, evaluasi, hingga administrasi sekolah. Ini bukan hanya tentang mengganti proses manual menjadi digital, tetapi tentang menciptakan ekosistem belajar yang lebih inklusif, adaptif, dan efisien. Sebagai contoh, saat guru tidak lagi hanya menyampaikan materi lewat ceramah, tetapi juga melalui video interaktif, forum diskusi daring, dan game edukatif yang bisa diakses di ponsel siswa. Atau ketika orang tua bisa memantau perkembangan nilai anaknya langsung dari dashboard digital sekolah. Mengapa Sekolah Harus Digital? Ada beberapa alasan kuat mengapa sekolah saat ini perlu segera merangkul digitalisasi: Bukan Sekadar Pindah ke Online Sayangnya, masih banyak sekolah yang mengira bahwa digitalisasi berarti hanya memindahkan kelas ke Zoom atau Google Meet. Padahal, esensi digitalisasi jauh lebih dalam dari itu. Ini bukan tentang media, tapi mindset. Bukan sekadar “meng-online-kan” sekolah, tapi menciptakan budaya belajar yang kolaboratif, mandiri, dan berbasis data. Seorang guru yang paham digitalisasi akan tahu kapan harus menggunakan video, kapan harus berdiskusi langsung, dan kapan harus memberikan waktu untuk eksplorasi mandiri. Ia juga akan memanfaatkan data dari sistem pembelajaran untuk menyesuaikan strategi mengajarnya. Tantangan Digitalisasi di Sekolah Transformasi ini tentu tidak mudah. Beberapa tantangan yang umum ditemui antara lain: • Akses teknologi yang tidak merata. Masih banyak siswa di daerah yang kesulitan akses internet atau perangkat. • Kesiapan guru. Tidak semua guru familiar dengan teknologi dan kadang merasa takut untuk mencoba hal baru. • Kurikulum yang belum fleksibel. Banyak kurikulum masih berbasis hafalan, belum adaptif terhadap pendekatan digital. • Biaya awal. Investasi untuk infrastruktur digital seperti server, platform LMS, dan pelatihan SDM masih dianggap mahal. Namun tantangan ini bukan alasan untuk berhenti. Sebaliknya, ini adalah panggilan bagi para pemangku kepentingan pendidikan untuk berkolaborasi mencari solusi. Solusi dan Langkah Nyata Untuk menjawab tantangan tersebut, berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan sekolah: Inspirasi dari Sekolah yang Sudah Digital Beberapa sekolah di Indonesia sudah berhasil menerapkan digitalisasi dengan pendekatan yang menginspirasi: • Sekolah Literasi Digital di Bandung: Memiliki kurikulum digital yang mengintegrasikan coding, blogging, dan literasi media. • Pesantren Digital di Yogyakarta: Menggabungkan nilai-nilai Islam dengan pembelajaran berbasis teknologi dan e-book. • Sekolah Rakyat di Banyuwangi: Menggunakan sistem belajar daring yang dikembangkan sendiri secara gotong-royong dengan guru dan orang tua. Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa digitalisasi bisa terjadi di mana saja — bukan hanya di sekolah mahal. Peran Pemimpin Sekolah dalam Transformasi Digital Pemimpin sekolah (kepala sekolah, yayasan, pengelola) punya peran vital dalam mendorong digitalisasi. Mereka bukan hanya pengambil keputusan, tapi juga role model. Beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan: • Membuat visi dan roadmap digitalisasi sekolah. • Menyediakan ruang eksperimen untuk guru. • Mengalokasikan anggaran khusus untuk inovasi. • Menjalin kemitraan dengan komunitas, startup edtech, atau perguruan tinggi. Menuju Sekolah Masa Depan Digitalisasi bukan tujuan akhir, melainkan kendaraan untuk mencapai pendidikan yang lebih baik, lebih adil, relevan, dan membebaskan potensi setiap anak. Bayangkan sekolah masa depan di mana: • Siswa belajar sesuai minat dan kecepatan masing-masing. • Guru menjadi fasilitator pembelajaran, bukan pusat informasi. • Orang tua terlibat aktif melalui dashboard perkembangan anak. • Penilaian bukan hanya angka, tapi juga rekam jejak kompetensi.Semua itu mungkin — asal kita mulai dari sekarang. Mari Bergerak Bersama Digitalisasi pendidikan bukan proyek satu malam. Ia adalah perjalanan panjang yang butuh niat kolektif. Bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab kita bersama. Mari kita ubah cara pandang, mari kita ubah cara belajar, dan mari kita ubah masa depan pendidikan anak-anak kita. Karena digitalisasi yang sejati bukan sekadar online — tapi sebuah lompatan menuju masa depan pendidikan yang lebih manusiawi, relevan, dan membebaskan.** Penulis : Andriko, S.Pd.I, M.Pd Seorang pengelola lembaga pendidikan yang antusias dengan dunia digital, berpengalaman sejak 2013 di bidang digital marketing khususnya untuk pendidikan dan UMKM, serta aktif mengeksplorasi teknologi AI, pengembangan website, dan strategi konten kreatif di media sosial. Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris Foto istimewa