Kesaksian Mengerikan Aktivis Global Sumud Flotilla (GSF): Disiksa, Dipaksa Berlutut, hingga Diperlakukan Seperti Binatang di Tahanan Israel

Tegal – 1miliarsantri.net : Kisah memilukan datang dari para aktivis Global Sumud Flotilla (GSF) yang ditangkap setelah kapal pembawa bantuan kemanusiaan ke Gaza dibajak oleh militer Israel. Mereka mengaku mengalami berbagai bentuk penyiksaan selama berada di balik jeruji tahanan Zionis, mulai dari kekerasan fisik, perlakuan tidak manusiawi, hingga pelarangan akses terhadap obat-obatan penting. Organisasi hukum Adalah, yang menjadi kuasa hukum para aktivis, mengungkap sejumlah pelanggaran serius yang dilakukan otoritas Israel. Dalam pertemuan dengan lebih dari 80 peserta GSF di Penjara Ktziot, Israel selatan, Adalah menyebut banyak di antara mereka diperlakukan dengan cara-cara kejam. “Beberapa aktivis dipaksa berlutut dengan tangan terikat kabel selama setidaknya lima jam,” ungkap Adalah, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Senin (5/10/2025). Lebih jauh, Adalah mengungkap bahwa para tahanan tidak diperbolehkan mengakses obat-obatan penting, termasuk obat tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan kanker. “Para peserta ditahan di sel yang penuh sesak, dan beberapa peserta dipaksa tidur di lantai dalam kondisi yang keras dan tidak sehat,” lanjut pernyataan itu. Tidak berhenti di situ, kekerasan fisik juga menjadi bagian dari penderitaan mereka. Salah satu aktivis mengalami luka pada tangannya akibat penganiayaan. Ada pula yang ditutup matanya dan diborgol dalam waktu lama. “Beberapa peserta melaporkan bahwa mereka diinterogasi oleh petugas tak dikenal, dan yang lainnya melaporkan penganiayaan serta penyiksaan oleh sipir penjara,” imbuh Adalah. Baca juga: Titik Balik Iklim: Terumbu Karang Dunia Hadapi Kemunduran Besar Bantahan Israel dan Versi yang Bertolak Belakang Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Israel membantah tuduhan penyiksaan tersebut. Mereka menyebut kesaksian para aktivis sebagai “kebohongan” dan mengklaim telah memenuhi seluruh hak hukum para tahanan. “Semua hak hukum para tahanan sepenuhnya ditegakkan,” tulis Kemlu Israel melalui platform X. Dalam pernyataan kepada CNN, pihaknya juga menegaskan bahwa makanan, air, dan obat-obatan telah diberikan. “Tentu saja mereka menerima makanan, air, dan obat-obatan, dan mereka tidak dianiaya,” ujar perwakilan Israel. Namun, pernyataan itu jelas bertolak belakang dengan kesaksian para aktivis yang telah dibebaskan maupun dideportasi. Greta Thunberg Jadi Korban Penyiksaan Di antara para korban perlakuan brutal itu adalah aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg. Ia termasuk dalam rombongan GSF yang ditangkap saat kapal mereka dicegat ketika hampir mencapai Gaza. Kesaksian dari sesama aktivis menyebut Greta mengalami penyiksaan dari pasukan Israel. Jurnalis Turki Ersin Celik mengatakan bahwa ia melihat langsung bagaimana tentara Israel menyiksa Greta Thunberg. Menurutnya, Greta bahkan diseret di tanah dan dipaksa mencium bendera Israel. Kesaksian senada datang dari aktivis Malaysia Hazwani Helmi dan peserta asal Amerika Serikat Windfield Beaver, yang menceritakan bagaimana Greta diperlakukan secara kasar dan dipamerkan sambil diselimuti bendera Israel. “Itu bencana. Mereka memperlakukan kami seperti binatang,” ujar Helmi, menambahkan bahwa para tahanan tidak diberi makanan, air bersih, atau obat-obatan. Beaver juga mengaku Greta diperlakukan sangat buruk dan dijadikan alat propaganda, bahkan pernah dipaksa masuk ke sebuah ruangan ketika Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, datang. Jurnalis Italia Lorenzo Agostino menyebut Greta sebagai perempuan pemberani berusia 22 tahun yang dihina, dililit dengan bendera Israel, dan dipertontonkan layaknya sebuah trofi. Baca juga: Santri Asal DKI Jakarta Tembus Final MQK Internasional 2025 Penyiksaan Sistematis dan Kondisi Tidak Manusiawi Kesaksian lain yang tak kalah mengerikan datang dari presenter televisi Turki Ikbal Gurpinar, yang menyamakan perlakuan pasukan Israel terhadap mereka seperti memperlakukan anjing. Menurut Gurpinar, para aktivis dibiarkan kelaparan selama tiga hari dan tidak diberi air hingga terpaksa minum dari toilet. “Hari itu sangat panas, dan kami semua hampir terbakar,” ujarnya kepada Al Jazeera, seraya mengatakan pengalaman itu memberinya pemahaman lebih dalam tentang penderitaan rakyat Gaza. Sementara itu, aktivis Turki Aycin Kantoglu menuturkan bagaimana tembok penjara berlumuran darah dan dipenuhi tulisan pesan dari tahanan sebelumnya. “Kami melihat para ibu menuliskan nama anak-anak mereka di dinding. Kami benar-benar merasakan sedikit dari apa yang dialami warga Palestina,” katanya. Tragedi ini menjadi potret lain dari kekejaman pendudukan Israel yang terus berlangsung. Sejak serangan besar-besaran dimulai, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 67.139 warga Palestina tewas, mayoritas di antaranya adalah warga sipil — perempuan dan anak-anak. Penulis: Satria S Pamungkas Editor: Glancy Verona Gambar: Israel Deports Greta Thunberg and Other Activists on Gaza Aid Boat – The New York Times

Read More