
Pentingnya Evaluasi Diri Seorang Muslim, Kunci Meningkatkan Iman dan Amal
Bekasi – 1miliarsantri.net : Manusia diberikan waktu 24 jam dalam sehari, tidak kurang dan tidak lebih. Namun, pada setiap amal yang dikerjakan, seringkali manusia merasa masih memiliki kekurangan dalam banyak hal. Disinilah pentingnya evaluasi diri bagi seorang muslim. Dikarenakan, ada yang mengisi waktunya dengan keburukan, bahkan ada juga yang tidak mengisi harinya dengan kebaikan apapun. Oleh sebab itu, evaluasi diri seorang muslim sangat penting untuk dilakukan, mengingat semua amalan di dunia yang kelak akan dihisab di akhirat kelak. Maka ada baiknya evaluasi diri atau menghisab diri sendiri dilakukan terlebih dahulu, sebelum kelak hari hisab itu datang dilaksanakan pada waktunya. Berikut kutipan Fudhail bin Iyadh dalam buku Dahsyatnya Evaluasi Diri Seorang Muslim, ” Barang siapa yang menghisab dirinya sebelum dihisab, maka hisabnya akan ringan pada hari kiamat kelak, ia akan mampu menjawab semua pertanyaan, dan ia akan mendapatkan tempat kembali yang sangat baik. Barangsiapa yang tidak menghisap dirinya sendiri, maka penyesalannya akan abadi, ia akan merasakan siksaan yang berkepanjangan, dan kesalahan-kesalahannya akan menuntunnya menuju kesia-sian dan kecelakaan. Orang yang pintar adalah orang melihat dirinya sendiri, kemudian mengevaluasi dan mencelanya, beramal untuk apa yang akan terjadi setelah kematian, sibuk dengan aibnya dan berusaha memperbaikinya.” Pentingnya Evaluasi Diri Seorang Muslim dalam Islam Setiap muslim telah ditunjukkan dua jalan oleh sang pencipta-Nya, yaitu jalan ketakwaan dan jalan kefujuran (jalan kemaksiatan). Jika bisa memilih, maka semua muslim pasti ingin menempuh jalan pertama. Namun, dalam perjalanan seringkali muncul banyak godaan yang membuat hati menyimpang. Evaluasi diri menjadi solusi bagi setiap jiwa yang sedang tersesat dalam kemaksiatan ataupun keburukan lainnya. Evaluasi diri membentengi diri setiap muslim untuk merenungi hari-hari yang telah dijalani, apakah sudah diisi dengan ketaatan atau sebaliknya, membiarkan diri dipenuhi dengan kemungkaran kepada Allah SWT. Tidak melakukan evaluasi diri berarti meninggalkan sesuatu yang penting dalam diri, yaitu perbaikan hati. Akibatnya, diri akan mudah dipengaruhi oleh bujuk rayu setan, bujukan berbuat maksiat, jauh dari ketaatan, suka melakukan kebatilan dan tidak peduli dengan amal kebajikan. Ibn al-Qayyim al-Jauziyah-Rahimahullah, dalam kitab ighatsatulLahfan min Mashayidisy Syaithan, mengatakan, ”Meninggalkan evaluasi dan terus menerus meninggalkannya, menganggap remeh semua masalah dan selalu seperti ini akan mengantarkan menuju kehancuran. Ini adalah keadaaan orang-orang yang tertipu oleh dunia. Mereka memejamkan matanya dari efek-efek yang diakibatkan oleh nafsunya dan terus menjalankan keinginannya serta tidak mau meminta maaf, sehingga dirinya meremehkan evaluasi dan tidak melihat akibat yang akan terjadi. Jikalah sudah begitu, maka melakukan perbuatan dosa menjadi hal yang mudah baginya, dan ia akan susah membebaskan diri darinya walaupun sudah menyadarinya. Sebagaimana diketahui, menjaga lebih mudah dari mengobati, begitu juga halnya dengan meninggalkan sesuatu yang disenangi dan sudah menjadi kebiasaan.” Faedah Evaluasi Diri bagi Seorang Muslim Beberapa faedah atau manfaat yang akan didapatkan bagi muslim yang gemar mengevaluasi diri, diantaranya adalah: 1. Mengenal aib diri sendiri, saat dimana seorang muslim merenung dan memikirkan diri sendiri maka akan terbukalah ingatan-ingatan lama yang memperlihatkan jumlah kesalahan serta kronologi kejadiannya. 2. Bertobat dan menyesal, setelah mengetahui kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat, menuntun diri untuk menyesali dan membuka jalan bertobat kepada Allah. 3. Merasa menyesal di hadapan Allah 4. Mengenal kemuliaan Allah, setelah bertobat dan menyadari bahwa Allah tidak langsung memberikan azab bagi setiap kesalahan yang diperbuat, sebaliknya Allah tetap membukakan pintu tobat dan pengampunan, maka saat inilah seorang muslim menyadari kemuliaan Allah. 5. Zuhud, membuat diri menjauhi dan membebaskan diri dari sifat tercela seperti ujub dan sombong. 6. Menjadi pribadi yang lebih baik, dengan lebih taat menjalankan perintah Allah dan bersungguh-sungguh meninggalkan larangannya. Jenis-jenis Evaluasi Diri dalam Islam Evaluasi diri terbagi menjadi dua, diantaranya adalah: Evaluasi sebelum beramal, yang artinya adanya proses perenungan terlebih dahulu, mengenai kemampuan diri untuk melakukannya. Setelah itu, proses evaluasi diri baru akan dilakukan. Contoh: Apakah seorang mampu mengerjakan sholat malam atau tidak? Berapa rakaat mampu melakukannya? Apakah mampu menjaga shalat Dhuha? Apakah bisa membaca Al-Quran satu juz dalam sehari atau tidak? Evaluasi sesudah beramal, yang terdiri dari beberapa jenis yaitu pertama mengevaluasi diri dalam ketaatan yang belum dikerjakan secara maksimal. Kedua, mengevaluasi diri dalam suatu amalan yang seharusnya meninggalkannya lebih baik daripada mengerjakannya. Ketiga, mengevaluasi diri terhadap hal mubah yang dikerjakan. Pada akhirnya, evaluasi diri bagi seorang muslim bukan sekadar merenung atas kekurangan, melainkan upaya untuk kembali mendekat kepada Allah dengan hati yang lebih bersih dan niat yang lebih tulus. Setiap kesalahan adalah pengingat bahwa kita manusia yang lemah, namun setiap kesempatan untuk memperbaiki diri adalah tanda kasih sayang Allah yang tak pernah putus. Semoga dengan muhasabah, kita senantiasa diberi kekuatan untuk memperbaiki langkah, meluruskan niat, dan menjalani hidup dengan penuh ketaatan serta harapan akan ridha-Nya. (**) Sumber : Sati, Pakih. 2012. Dahsyatnya Evaluasi Diri Seorang Muslim. Surakarta: Ziyad Visi Media Sumber foto : https://alwaie.net/ibrah/muhasabah-diri/ https://islamic-center.or.id/muhasabah-akhir-tahun/ https://www.daaruttauhiid.org/harap-dan-takut-kepada-allah/ Penulis: Gita Rianti D Pratiwi Editor : Toto Budiman dan Iffah Faridatul Hasanah