demo

Ada Demo di Zaman Nabi? Ternyata Begini Cara Menyampaikan Aspirasi yang Tepat Tanpa Anarkis!

Surabaya – 1miliarsantri.net: Pertengahan Agustus dan September telah terjadi demo hampir di seluruh wilayah Indonesia. Semua itu berawal dari demo yang terjadi di Pati lantaran kebijakan kenaikan pajak dan sikap arogan pemimpin daerah. Dalam kehidupan bernegara tak dapat dielakkan akan terjadi pro kontra terhadap kebijakan yang menimbulkan protes atau aspirasi oleh masyarakat. Hal itu pun pernah terjadi di era Nabi Muhammad. Namun bagaimana realitas demo umat Islam terdahulu?. Tidak Ada Demo Massal, Tapi Ada Penyampaian Aspirasi Dalam catatan sejarah, Rasulullah tidak pernah menganjurkan umatnya untuk melakukan demonstrasi massal seperti di era modern. Namun, bukan berarti umat Islam pada masa itu tidak memiliki ruang untuk menyampaikan pendapat. Rasulullah justru memberikan teladan bahwa aspirasi boleh disampaikan, selama dilakukan dengan cara yang santun dan tidak menimbulkan kerusakan. Misalnya, ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah, sebagian sahabat merasa keberatan dengan isi perjanjian tersebut. Mereka menyampaikan protes dan kebingungan kepada Rasulullah. Meski sempat kecewa, para sahabat akhirnya tunduk pada keputusan beliau. Dari sini terlihat bahwa penyampaian aspirasi di era Nabi lebih berbentuk musyawarah dan dialog langsung, bukan gerakan massa yang menekan dengan keributan. Musyawarah Sebagai Ruang Aspirasi Al-Qur’an sendiri menegaskan pentingnya musyawarah sebagai jalan bermartabat untuk menyampaikan pendapat. Allah  berfirman: وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۖ وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۚ Artinya: (juga lebih baik dan lebih kekal bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka. Mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka (QS. Asy-Syura: 38). Ayat ini menjadi dasar bahwa sejak masa Nabi, umat Islam memiliki ruang untuk menyampaikan suara dan keberatan. Namun dengan cara musyawarah, bukan dengan tindakan anarkis. Baca juga: Sejarah Alquran Braille di Indonesia Aksi Protes di Era Nabi Muhammad Beberapa peristiwa dalam sejarah Islam menunjukkan bahwa sahabat berani menyampaikan aspirasi mereka, mulai dari peristiwa: Semua ini menunjukkan bahwa protes di era Nabi disampaikan melalui komunikasi langsung, terbuka, dan penuh adab. Pandangan Ulama Tentang Aksi Massa Sejumlah ulama kontemporer menilai bahwa aksi demonstrasi boleh dilakukan selama damai dan tidak melanggar syariat. Syekh Yusuf al-Qaradawi dalam fatwanya menyebutkan bahwa unjuk rasa dapat menjadi sarana amar ma’ruf nahi munkar, asal tidak disertai kerusakan dan kekerasan. Namun, perlu dicatat bahwa teladan Rasulullah  lebih menekankan pada musyawarah dan dialog. Hal ini sejalan dengan hadis: “Agama itu adalah nasihat.” (HR. Muslim). Hadis ini menekankan bahwa kritik dan aspirasi sebaiknya disampaikan dalam bentuk nasihat, bukan kemarahan. Baca juga: Sejarah Perjuangan Islam Melawan Penjajah di Indonesia: Sejarah yang Terlupakan Belajar dari Sejarah Dari sejarah protes muslim di era Nabi, kita bisa belajar bahwa penyampaian aspirasi sudah ada sejak dahulu, meski bentuknya berbeda dengan demonstrasi modern. Rasulullah membuka ruang dialog, mendengarkan sahabat, dan menghargai perbedaan pendapat. Semua dilakukan dengan prinsip musyawarah, adab, dan menjaga persatuan umat. Dengan demikian, jika di zaman sekarang umat Islam ingin menyampaikan aspirasi, teladan Nabi  mengajarkan untuk melakukannya dengan cara damai, beradab, dan tetap menjaga ukhuwah. Semoga informasinya bermanfaat! Penulis : Iftitah Rahmawati Editor : Thamrin Humris dan Ainun Maghfiroh Sumber foto: Ilustrasi

Read More