Konsumsi Minyak Zaitun: Menghidupkan Sunnah Rasulullah SAW Melalui Makanan

Surabaya – 1miliarsantri.net : Tubuh kita adalah amanah dari Allah SWT untuk digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Supaya tubuh dapat menjalankan fungsinya secara optimal, maka harus dijaga kesehatannya. Tubuh yang sehat dan prima akan mampu mendukung aktivitas seperti mencari nafkah, beribadah, menuntut ilmu, hingga berdakwah. Sebaliknya, tubuh yang sakit akan kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Selain itu tak jarang tubuh yang sakit dapat memengaruhi kesehatan mental dan kehidupan sosial seseorang. Kesehatan tubuh sangat berkaitan dengan diet yang dijalani. Diet tersebut mulai dari pemilihan makanan, pola makan, hingga cara mengolah makanan tersebut. Dalam Islam, selain kandungan gizi, yang paling utama adalah kehalalan makanan tersebut. Salah satu contoh diet Islami ala Nabi Muhammad SAW yang cukup menonjol adalah rutin mengonsumsi minyak zaitun. Rasulullah sangat menyukai minyak zaitun dan menjadikannya bagian dari menu harian. Selain itu beliau juga menganjurkan kepada umatnya untuk mengonsumsi minyak zaitun. Hal ini ternyata selaras dengan hasil penelitian modern yang menunjukkan banyak manfaat kesehatan dari minyak zaitun. Sehingga para ahli kesehatan dan ahli gizi menganjurkan untuk mengonsumsinya secara rutin. Penggunaan minyak zaitun bukanlah hal baru. Masyarakat Mediterania seperti Romawi, Yunani, dan Timur Tengah telah menggunakan minyak zaitun sejak ribuan tahun lalu, baik untuk diet, ritual keagamaan, obat-obatan, maupun bahan bakar penerangan. Nilai spiritual dan simbolis minyak zaitun telah diakui sejak lama, dan kini masyarakat dunia semakin menyadari manfaatnya bagi kesehatannya. Minyak Zaitun dalam Perspektif Islam Allah SWT menyebutkan secara langsung nama zaitun sebagai satu jenis tanaman dalam firman-Nya di dalam Al Qur’an  Surat At-Tin ayat 1: وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ Artinya : “Demi (buah) tin dan (buah) zaitun” Ayat tersebut menunjukkan bahwa tanaman zaitun memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh tanaman lain. Tanaman zaitun dalam Al Qur’an juga bermakna sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT yang diberikan kepada manusia dengan berbagai manfaat yang terkandung di dalamnya. Selain itu pasti ada keberkahan bagi siapapun yang memanfaatkan tanaman zaitun tersebut. Rasulullah SAW. dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bersabda: “Jadikanlah zaitun sebagai lauk dan minyakilah dengannya, karena sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi.” Hadist ini menunjukkan bahwa minyak zaitun bukan hanya memberikan dampak kesehatan secara fisik, tetapi juga mengandung keberkahan spiritual. Dalam Islam, konsumsi minyak zaitun merupakan bagian dari sunnah yang membawa manfaat dunia dan akhirat. Para ulama menjelaskan, sumpah ini menunjukkan pentingnya ciptaan Allah yang menjadi sumber gizi, obat, dan kesejahteraan manusia. Selain itu, sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa penyebutan tin dan zaitun juga merujuk kepada tempat-tempat yang diberkahi, yakni kawasan yang subur dan penuh ketenangan. Ayat ini menjadi pengingat agar seorang Muslim mensyukuri nikmat alam, memeliharanya, dan menjadikannya sarana untuk merenungkan keagungan Sang Pencipta. Minyak Zaitun dari Perspektif Kesehatan Penelitian modern menunjukkan bahwa minyak zaitun kaya akan nutrisi penting di antaranya lemak tak jenuh tunggal, antioksidan, dan vitamin E. Asam lemak tak jenuh tunggal terbukti dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan menjaga kadar kolesterol dalam tubuh. Antioksidan membantu melindungi sel dari radikal bebas dan memperlambat penuaan sel. Vitamin E mendukung kesehatan kulit dan rambut, serta berperan dalam fungsi otak dan sistem pencernaan. Karena manfaat tersebut, banyak pelaku diet sehat mengganti minyak goreng biasa dengan minyak zaitun. Bahkan, studi ilmiah menyarankan konsumsi rutin minyak zaitun sebagai bagian dari pola makan sehat. Penggunaan Minyak Zaitun dalam Islam Tidak ada aturan khusus dalam Islam tentang cara penggunaan minyak zaitun. Namun merujuk pada hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, minyak ini dapat dikonsumsi langsung maupun digunakan secara topikal. Minyak zaitun juga bisa dijadikan dressing salad atau dicampur dengan madu, cuka, atau habbatussauda. Untuk menggoreng, tersedia jenis khusus seperti refined olive oil atau light olive oil, sedangkan extra virgin olive oil lebih cocok untuk konsumsi langsung atau salad. Dalam perspektif Islam yang paling utama dalam penggunaan minyak zaitun adalah dari segi kehalalannya. Makanan yang halal sudah tentu akan memberikan keberkahan secara jasmani maupun rohani. Yang kedua adalah prinsip wasathiyah (keseimbangan), yaitu prinsip penggunaan secara tidak berlebihan dan dalam batas wajar. Prinsip keseimbangan penting dilakukan karena segala yang dikonsumsi secara berlebihan pasti menimbulkan dampak buruk bagi tubuh. Makna Filosofis dan Nilai Islam Konsumsi minyak zaitun dalam diet sehari-hari secara tidak langsung adalah tindakan yang menghidupkan sunnah melalui makanan. Mengingat bahwa Rasulullah SAW, juga mengonsumsi minyak zaitun secara rutin dan menganjurkannya bagi umatnya. Anjuran yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya pasti memiliki manfaat dan keberkahan bagi yang mengikutinya. Mengonsumsi minyak zaitun adalah upaya untuk merawat tubuh agar tetap sehat dan kuat. Merawat tubuh adalah upaya untuk menjaga apa yang telah dititipkan Allah SWT kepada kita. Mengonsumsi minyak zaitun seharusnya bisa menumbuhkan kesadaran bahwa makanan bisa menjadi sarana untuk ibadah. Sehingga mengonsumsi minyak zaitun bukan hanya membuat kita sehat secara jasmani, namun juga memberikan keberkahan rohani. Kontributor : Leo Agus Hartono Editor : Toto Budiman

Read More