Dua Dekade Terakhir, 737 Ribu Hektare Hutan Brasil Hilang Akibat Produksi Kopi
Tegal – 1miliarsantri.net: Sebuah laporan terbaru mengungkapkan fakta mencemaskan yakni selama dua dekade terakhir, Brasil kehilangan sekitar 737.000 hektare hutan akibat aktivitas yang berkaitan dengan produksi kopi. Angka ini menggambarkan ancaman serius terhadap keberlanjutan industri kopi, yang selama ini menjadi kebanggaan sekaligus penopang ekonomi utama negara tersebut. Menurut laporan lembaga Coffee Watch, sekitar 312.803 hektare dari total kehilangan hutan itu disebabkan langsung oleh pembukaan lahan baru untuk perkebunan kopi. Sementara sisanya merupakan dampak tidak langsung, berupa hilangnya tutupan hutan di sekitar area perkebunan yang telah ada sebelumnya. Brasil dikenal sebagai produsen sekaligus eksportir kopi terbesar di dunia, dengan produksi mencapai puluhan juta karung berkapasitas 60 kilogram setiap tahun. Namun, di balik kejayaan tersebut, muncul kekhawatiran bahwa deforestasi masif bisa mengancam masa depan industri kopi itu sendiri. “Brasil perlu segera mengubah arah karena deforestasi ini bukan hanya bencana karbon dan keanekaragaman hayati, tapi juga mengancam curah hujan dan menyebabkan gagal panen,” ujar Etelle Higonnet, Direktur Coffee Watch, dalam pernyataannya, Rabu (22/10/2025). Dampak Lingkungan dan Ancaman bagi Petani Laporan Coffee Watch menyoroti bahwa hilangnya hutan tidak hanya berdampak pada ekosistem dan penyerapan karbon, tetapi juga mengubah pola iklim mikro yang sangat penting bagi pertumbuhan kopi. Kekurangan curah hujan dan penurunan kelembapan tanah kini menjadi masalah serius di wilayah penghasil kopi utama Brasil. Di negara bagian Minas Gerais, yang dikenal sebagai sentra produksi kopi terbesar di dunia, delapan dari sepuluh tahun terakhir tercatat mengalami defisit curah hujan. Data dari misi satelit NASA Soil Moisture Active Passive (SMAP) menunjukkan bahwa kelembapan tanah di kawasan tersebut menurun hingga 25% dalam enam tahun terakhir. Penurunan drastis ini memaksa banyak petani mengeluarkan biaya tambahan untuk membangun sistem irigasi modern demi menjaga produktivitas lahan. Namun, upaya tersebut menambah beban ekonomi dan tidak semua petani mampu beradaptasi dengan cepat. Baca juga: Surplus Dagang RI Sentuh Rekor Tertinggi dalam 3 Tahun Rekomendasi: Agroforestri dan Praktik Berkelanjutan Dalam laporannya, Coffee Watch menggabungkan berbagai sumber data, termasuk MapBiomas, Hansen Global Forest Change, dan NASA, untuk memperkuat analisisnya. Lembaga ini juga merekomendasikan penerapan praktik agroforestri berkelanjutan, yakni sistem tanam yang memadukan pohon dengan tanaman kopi agar ekosistem tetap seimbang. Sayangnya, menurut laporan tersebut, praktik agroforestri baru diterapkan di kurang dari 1% wilayah utama produksi kopi di Brasil. Coffee Watch menilai bahwa peningkatan praktik ramah lingkungan sangat penting agar produksi kopi tetap stabil tanpa harus mengorbankan hutan. Tanggapan Asosiasi Eksportir Kopi Meski begitu, laporan Coffee Watch mendapat tanggapan kritis dari Cecafe, asosiasi eksportir kopi Brasil. Mereka menilai temuan itu tidak sepenuhnya akurat karena hanya menggunakan data deforestasi tingkat munisipal tanpa memperhitungkan upaya pelestarian vegetasi asli di dalam area perkebunan kopi. Cecafe mengutip hasil penelitian Universitas Federal Minas Gerais (UFMG) tahun 2023, yang menunjukkan bahwa 99% dari 115.000 lahan kopi yang terdaftar dalam sistem lingkungan pedesaan Brasil tidak mengalami deforestasi signifikan sejak 2008. Meski terjadi perbedaan pandangan, para pengamat sepakat bahwa keberlanjutan industri kopi Brasil kini berada di persimpangan. Jika deforestasi terus dibiarkan, bukan hanya keanekaragaman hayati yang terancam, tetapi juga masa depan petani dan stabilitas ekonomi yang bergantung pada “emas hitam” dari biji kopi tersebut. Baca juga: Korea Utara Luncurkan Rudal Balistik Jelang KTT APEC, Dunia Waspadai Ketegangan Baru di Asia Timur Penulis: Satria S Pamungkas Editor: Glancy Verona Ilustrasi by AI


