Meningkatnya Perceraian, Benarkah Menikah Itu Menakutkan atau Jalan Terbaik Untuk Ibadah?

Perceraian
Dengarkan Artikel Ini

Surabaya – 1miliarsantri.net: Beberapa waktu lalu di media sosial berseliweran  kabar perceraian beauty vlogger Tasya Farasya. Dia sering mewarnai konten kecantikan dengan tampilan yang anggun bak bidadari, karirnya melejit dan keluarga harmonis. Kehidupannya  sangat diidamkan oleh banyak netizen. Namun nyatanya rumah tangga berakhir di meja pengadilan.

Bagi penulis yang berada di usia produktif untuk menikah, jadi overthinking untuk menikah. Bahkan muncul dialog-dialog dilematis “Kalau artis sekelas Tasya  yang cantik, mandiri saja bisa bercerai, bagaimana dengan kita yang biasa-biasa saja?. Pertanyaan itu wajar muncul, hingga akhirnya berkembang jadi ketakutan, dan timbullah tag line menikah itu menakutkan. Tapi apakah benar menikah itu menakutkan?.

Fitrah Manusia untuk Mencintai

Di era meningkatnya perceraian, membuat banyak orang bertanya-tanya, pentingkah menikah kalau akhirnya menderita.  Padahal dalam fitrahnya, pernikahan adalah kebutuhan manusia. Ia menjadi wadah untuk menyalurkan hasrat dengan cara yang aman, menjaga kelangsungan generasi, dan menumbuhkan kasih sayang.  Selain itu Islam memandang pernikahan bukan sekadar formalitas sosial, melainkan ibadah. Rasulullah pernah bersabda:

“Wahai sekalian pemuda, siapa di antara kalian yang sudah sanggup untuk menikah, maka hendaklah ia menikah. Karena menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Namun siapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat meredakan syahwatnya.” (HR. Bukhari No. 4703)

Hadis itu memberikan perspektif bahwa menikah adalah jalan terbaik untuk menyalurkan fitrah syahwat manusia. Islam tidak menutup mata terhadap kebutuhan biologis, justru memberikan jalan yang terhormat agar manusia tidak terjerumus pada zina. Puasa pun disediakan sebagai alternatif pengendalian diri bagi yang belum mampu menikah.

Disisi lain dalam Al-Qur’an memberikan perspektif bahwa pernikahan adalah bentuk untuk memenuhi kebutuhan psikologis kasih sayang.

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةًۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.

Ayat ini memberi pesan bahwa pernikahan adalah tanda kasih sayang Allah. Rumah tangga yang dibangun di atas mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih sayang) akan menjadi tempat berlabuh dari kerasnya kehidupan. Namun jika nilai-nilai itu luntur, maka pernikahan bisa kehilangan ruhnya.

Di balik perceraian selebriti di media sosial, kita sebaiknya kembali berefleksi bahwa pernikahan bukan sekadar tren sosial atau simbol status. Menikah adalah fitrah, ibadah, dan jalan kasih sayang.

Baca juga: Yuk Cobain! Bisnis Sampingan (Side Hustle) Halal Ini Bikin Dompet Tebal Tanpa Takut Riba!

Teladan Rasulullah Menikah itu Mendamaikan

Dibalik banyaknya berita menikah itu menakutkan, masih ada realitas menikah itu memberikan ketenangan seperti yang pernah dialami oleh Aisyah yang ditanyai oleh Urwah.

“Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah jika ia bersamamu di rumah?”. Aisyah menjawab: “Ia melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya; ia memperbaiki sendalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember.” (HR. Ibnu Hibban)

Dari hadist diatas jadi belajar bahwa dalam menjalani biduk rumah tangga dibutuhkan saling kerjasama antara istri dan suami dalam mengurus kehidupan agar terasa lebih mudah/tidak membebani.

Dan dalam membangun keharmonisan tidak selalu ditunjukkan lewat hal besar, tapi bisa seperti sikap Nabi Muhammad yang memberikan kepedulian terhadap hal kecil sehari-hari.

Aisyah juga meriwayatkan:

Bahwa Rasulullah tidak pernah memukul siapapun dengan tangannya, tidak pada perempuan (istri), tidak juga pada pembantu, kecuali dalam perang di jalan Allah. Nabi ﷺ juga ketika diperlakukan sahabatnya secara buruk tidak pernah membalas, kecuali kalau ada pelanggaran atas kehormatan Allah, maka ia akan membalas atas nama Allah.” (HR. Muslim No. 6195)

Hadis ini mengajarkan bahwa rumah tangga harus dibangun dengan kasih sayang, bukan kekerasan. Rasulullah tidak pernah menjadikan tangan sebagai alat untuk melukai, melainkan untuk menebar kelembutan.

Cinta yang Menguatkan

Sejarah mencatat banyak pasangan yang menjadikan pernikahan sebagai jalan berkarya dan tumbuh bersama menjadi manusia seutuhnya. Pasangan Habibie dan Ainun menjadi simbol cinta sejati  yang selalu setia hingga maut memisahkan. Habibie, yang dikenal sebagai ilmuwan besar, selalu menyebut Ainun sebagai mata air kehidupannya. Hingga akhirnya, ketika Ainun berpulang, Habibie tetap setia menunggu pertemuan di akhirat.

Ada pasangan Hanung Bramantyo dan Zaskia Mecca yang saling mendukung dalam kebaikan. Ada satu cerita ketika Zaskia terjun menjadi relawan di negeri konflik. Hanung tidak menghalangi, justru memberi izin dengan doa dan restu karena ia percaya kebaikan istrinya adalah bagian dari jalan hidup mereka bersama.

Ada pula Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, merupakan pasangan yang saling bertumbuh dalam karya. Mereka berdua berkolaborasi  menulis novel yang sering best seller bahkan difilmkan dan menjadi inspirasi banyak orang untuk lebih mengenal Allah dan islam.

Keharmonisan mereka hadir bukan semata dari cinta, melainkan dari semangat berbagi visi dan misi hidup. Kisah rumah tangga mereka membuktikan memberikan sudut pandang baru bahwa  pernikahan bisa menjadi energi yang melahirkan banyak kebaikan.

Baca juga: Wujud Cinta kepada Allah! Self Love dalam Islam Sangat Dianjurkan!

Jadi, Apakah Menikah Masih Menakutkan?

Memang benar, angka perceraian meningkat. Memang benar, ada pernikahan yang penuh luka. Tapi itu bukan alasan untuk takut menikah. Justru, Islam mengajarkan kita menyiapkan diri dengan iman, memilih pasangan dengan bijak, dan meneladani akhlak Rasulullah.

Menikah bukan sekadar status, melainkan ibadah yang menyelamatkan. Ia wadah kasih sayang, tempat belajar sabar, dan jalan melahirkan generasi penerus yang lebih baik.

Penulis : Iftitah Rahmawati

Editor : Thamrin Humris dan Ainun Maghfiroh

Sumber foto: Ilustrasi


Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Berikan Komentar Anda

Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca