Memasak jadi Ibadah? Yuk Terapin Halal Home Cooking dari Sekarang!

halal home cooking
Dengarkan Artikel Ini

Bandung – 1miliarsantri.net: Pernahkah terpikir kalau dapur rumahmu bisa jadi tempat ibadah? Bayangkan, setiap kali mengupas bawang dengan niat baik, menyebut nama Allah sebelum memasak, hingga menyajikan makanan dengan penuh cinta, semua itu bisa bernilai pahala. Inilah konsep halal home cooking, sebuah tren yang makin banyak digemari muslim di berbagai belahan dunia.

Banyak orang menganggap halal itu sekadar tidak makan babi, tidak minum alkohol, atau memastikan daging sudah disembelih sesuai syariat. Padahal, dalam Al-Qur’an, halal selalu berdampingan dengan kata ṭayyib (طَيِّب), yang artinya suci, baik, dan penuh kebaikan. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 168:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal lagi baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168)

Artinya, makanan halal bukan hanya tentang “boleh dimakan,” tapi juga harus tayyib, tidak merusak tubuh, tidak mencemari lingkungan, tidak berasal dari penipuan, dan tidak diproduksi dengan cara yang zalim.

Baca juga: Teladan Mulia Nabi Memberantas Korupsi dalam Islam untuk Menegakkan Keadilan

Mengapa Halal Home Cooking Semakin Populer?

Kini, makin banyak muslim yang mulai berhati-hati dengan makanan. Meski restoran halal semakin banyak, kepercayaan sering goyah. Ada yang memakai daging halal tapi dimasak di panggangan yang sama dengan bacon, atau restoran cepat saji yang masih diragukan pemasoknya.

Karena itulah, banyak keluarga muslim memilih kembali ke dapur. Dengan memasak sendiri, mereka bisa lebih tenang: tahu asal bahan, memastikan semua halal, dan mengawali masakan dengan bismillah. Selain lebih aman, ini juga jadi sarana mendidik anak-anak. Anak belajar bahwa halal bukan cuma label, tapi juga gaya hidup dan nilai yang dijalani setiap hari.

Jujur saja, halal home cooking butuh usaha ekstra. Harus teliti baca label, mengenal kode bahan tambahan seperti E120 (pewarna dari serangga), memastikan keju tidak mengandung rennet haram, bahkan terkadang rela meninggalkan es krim favorit karena kandungan emulsifier yang meragukan.

Tapi, setiap usaha itu bernilai ibadah. Ketika niatnya untuk Allah, membaca label pun bisa jadi zikir. Membersihkan peralatan masak agar bebas najis juga menjadi bagian dari menjaga ṭaharah (kesucian).

Salah satu sunnah yang jarang dihidupkan kembali adalah memberi makan orang lain. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa memberi makan tetangga, menjamu tamu, atau berbagi makanan sederhana sekalipun adalah amalan besar.

Baca juga: Meningkatnya Perceraian, Benarkah Menikah Itu Menakutkan atau Jalan Terbaik Untuk Ibadah?

Dengan halal home cooking, setiap orang bisa menghidupkan sunnah ini. Bayangkan, semangkuk sup buatan rumah yang dibagikan ke tetangga atau makanan sederhana untuk tamu bisa membawa keberkahan yang luas.

Inilah sisi paling indah dari halal home cooking, yakni memasak bisa menjadi ibadah. Ketika setiap potongan sayur dipersiapkan dengan dzikir, ketika hati dipenuhi syukur saat masakan jadi, atau ketika anak-anak belajar arti halal lewat hidangan keluarga, semua itu menjadikan dapur rumah sebagai ruang spiritual.

Rasulullah ﷺ sendiri pernah membantu pekerjaan rumah, termasuk menyiapkan makanan. Jadi, memasak bukan sekadar pekerjaan domestik, tapi juga bagian dari meneladani sunnah beliau.

Penulis : Zeta Zahid Yassa

Editor : Thamrin Humris dan Ainun Maghfiroh

Sumber foto: Ilustrasi

sumber : https://www.halaltimes.com/what-is-halal-home-cooking/


Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Berikan Komentar Anda

Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca