Tonggak Kemandirian Bangsa, Bisa Dimulai Dari Pesantren

Jakarta — 1miliarsantri.net : Kombes Pol (Purn) Zainul Anwar mengungkapkan, santri memiliki peran besar dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Maka, semangat tersebut harus dibawa pada era saat ini.

“Saat ini kita tidak lagi berada di era penjajahan fisik. Saat ini kita berada di zaman globalisasi. Kita sekarang dihadapkan oleh berbagai tantangan baru, sekaligus peluang baru,” terang Zainul sesaat setelah menunaikan sholat Jumat di Masjid Istiqlal Jakarta, (04/08/2023).

Menurut Zainul, wajah kebangsaan Indonesia dihadapkan banyak tantangan, baik ideologi, politik, sosial maupun budaya serta masalah pertahanan bangsa yang akan menggeser budaya dan peradaban bangsa.

Eksistensi pesantren berdasarkan UU Pesantren Nomor 18 Tahun 2019 paling tidak memiliki tiga cakupan wilayah pengabdian dalam konteks pembangunan bangsa. Pertama adalah pendidikan, kedua dakwah, dan ketiga pemberdayaan.

Dalam konteks menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan, dakwah dan pemberdayaan, pesantren dalam konteks kekinian menghadapi tantangan besar. Beragam tantangan dan intensitas perubahan zaman.

“Dalam posisi inilah santri dituntut mampu berkiprah untuk menghadapi tantangan tersebut, terutama menjadi garda terdepan dalam menguatkan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, guna menjaga keutuhan dan kemandirian bangsa,” ujar Zainul.

Sejarah mencatat, pesantren meripakan lembaga yang sangat mandiri, terutama dalam mencetak pemikir-pemikir Islam, mencetak sumber daya manusia unggul dan menjadi kekuatan dalam pemberdayaan masyarakat.

“Di era sekarang yang sedang berkembang ini, guna penguatan kemandirian, maka pessantren harus mampu belajar dan mentranfers nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh Kiyai Haji Samanhudi dalam mendirikan syarikat dagang Islam, yang bertujuan diantaranya adalah untuk mengembangkan jiwa dagang dan kesejahteraan serta mengembangkan pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat pribumi (nama Indonesia waktu itu belum ada),” kata Zainul.

Maka itu, dengan melihat berbagai tantangan sekaligus peluang, maka pesantren harus bertransformasi dengan memasukkan fungsi sosial ekonomi ke dalam program kegiatan pondok pesantren. Langkah ini mendorong perubahan pengelolaan sistem manajerial kemandirian pesantren, dari pesantren tradisional menuju pesantren moderen, serta menjadikan pesantren berkolaborasi terhadap entitas bisnis maupun kemajuan teknologi.

“Tranformasi ekonomi itu diarahkan untuk mengembangkan jiwa dagang dan kesejahteraan serta mengembangkan pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat santri untuk kemajuan dan kemandirian Indonesia,” ujar Zainul.

Kementerian Agama RI mencatat, saat ini sudah banyak pesantren yang melakukan aktivitas bisnis guna menghidupi kegiatan pesantren. Itu sebagai self financing pesantren yang bergerak secara mandiri. Praktik ekonomi pesantren tersebut sudah dibangun dengan manajerial yang baik dan terbukti berpengaruh terhadap kemajuan dan kemadirian pesantren.

Dalam rangka mempercepat kemandirian pesantren, saat ini merupakan momentum yang tepat, karena ada tiga siklus kehidupan sebagai pendukung.

Pertama, siklus digital. Pandemi Covid-19 memaksa disrupsi digital menjadi lebih cepat di Indonesia, aktivitas ekonomi, pendidikan dan da’wah serta politik sebagian besar mulai beralih platform digital.

“Dalam masalah teknologi digital, kita patut bangga sudah banyak pesantren yang mengembangkan bidang teknologi, bahkan melakukan lomba dalam berbagai teknologi, dan santri bisa menjadi juara dalam lomba teknologi tersebut,” ujar Zainul.

Kedua, siklus usaha kecil menengah. Dunia usaha yang ada di lingkungan masyarakat sekitar pesantren sebagian besar dari kalangan usaha kecil menengah. Bila terjadi kolaborasi pesantren dan usaha kecil menengah di sekitarnya, maka akselerasi pemberdayaan ekonomi pesantren dan masyarakat akan bisa terjadi lebih cepat.

Ketiga, siklus halal. Dalam kurun lima tahun terakhir ini ada peningkatan trend industri halal yang cukup tinggi. Tren seperti ini harus dijadikan peluang oleh Pesantren guna menjawab dan memenuhi tuntutan masyarakat.

“Maka, dengan siklus kehidupan tersebut, didukung produktifitas santri dalam berbagai bidangnya, kebijakan kemandirian pesantren yang kita jadikan tonggak kemandirian bangsa akan berjalan dengan sukses yang dampaknya akan bisa dirasakan oleh dunia pesantren, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia,” pungkasnya. (rid)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *