Keseimbangan Hubungan Vertikal dengan Allah SWT dan Horizontal Dengan Sesama Makhluk

Surabaya — 1miliarsantri.net : Abu Hurairah meriwayatkan, suatu hari Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, “Tahukan kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?”
Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di antara kami adalah yang tidak memiliki dirham (uang) dan barang.”
Mendengar jawaban para sahabat tersebut, Nabi SAW menimpali, “Orang bangkrut dari umatku adalah orang yang pada hari kiamat membawa (pahala) shalat, puasa, dan zakat. Tapi bersama itu dia juga pernah menghina si Fulan, menuduh si Fulan, memakan harta si Fulan, menumpahkan darah si Fulan, dan memukul si Fulan.
Akibatnya, si Fulan membalas dengan mengambil sebagian kebaikannya, si Fulan yang lain juga mengambil sebagian kebaikannya. Jika semua kebaikannya habis sebelum dapat menebus semua kejahatan yang dilakukannya, maka dosa orang-orang yang menjadi korban kejahatannya itu ditimpakan kepadanya, sehingga dia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Muslim).
Bangkrut merupakan hal yang tidak diinginkan oleh setiap orang. Naluri manusia pasti menginginkan keberuntungan, terutama bagi yang berprofesi sebagai pebisnis. Tetapi ada yang lebih parah daripada bangkrut di dunia, yaitu bangkrut amal kebaikan di hari pembalasan yang lebih dahsyat akibatnya.
Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami, penyebab bangkrut di hari akhirat karena manusia tidak menyeimbangkan antara hubungan dengan Allah SWT (hablun min Allah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablun min an-Nas) saat hidup di dunia. Akibatnya, pahalanya ludes untuk menebus dosanya terhadap orang lain.
Orang yang bangkrut hanya memikirkan hubungan vertikal dengan Allah SWT, tetapi melupakan hubungan baik dengan sesama manusia. Padahal karakter positif telah diperlihatkan para sahabat Rasulullah SAW dalam menyeimbangkan hubungan.
Kekuatan iman dan takwa mereka kepada Allah SWT, berbanding lurus dengan ukhuwah Islamiyah yang terjalin di antara mereka sehingga terwujudnya persaudaraan yang kokoh.
Kesalehan orang yang bangkrut terlihat secara ritual, seperti rajin shalat, berpuasa, dan mengeluarkan zakat. Namun semangat ibadahnya itu tidak berimbang dengan tingkah lakunya dalam pergaulan. Hubungan vertikalnya kepada Allah SWT berjalan dengan baik, tetapi bermasalah secara horizontal terhadap sesama.
Hal ini ditandai dengan perbuatan zalim yang ia perbuat, seperti menghina, menuduh tanpa bukti, memakan harta yang bukan miliknya, membunuh, dan melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain. Tanpa disadari, ia telah mentransfer pahala kebaikannya kepada korban kejahatannya. Semakin banyak orang yang ia zalimi, maka semakin banyak pahalanya yang terkuras.
Sebagai langkah preventif, Rasulullah SAW memperingatkan umatnya untuk berhati-hati terhadap perbuatan zalim agar tidak menjadi orang bangkrut.
Rasulullah SAW bersabda, “Takutlah kalian terhadap perbuatan zalim, sesungguhnya kezaliman itu kegelapan pada hari kiamat.” (HR Muslim).
Dalam khutbah pada haji Wada’, Rasulullah SAW mengingatkan, “Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian haram (untuk ditumpahkan, dirampas, dan dicemarkan), seperti haramnya hari kalian ini, di negeri ini (Makkah) dan bulan kalian ini.” (HR al-Bukhari).
Islam sangat menjaga hak hidup setiap umat manusia. Rasulullah SAW menegaskan, mencaci sesama Muslim merupakan tanda kefasikan dan membunuh sesama Muslim adalah kekufuran (HR al-Bukhari dan Muslim).
Perbuatan zalim akan menjadi senjata pemusnah bagi seluruh amal kebaikan yang dikumpulkan semasa di dunia.
Secara horizontal, bukan hanya hubungan dengan sesama manusia yang harus diperhatikan, tetapi juga hubungan dengan makhluk lain sebagai sesama ciptaan Allah SWT.
Ada dua kisah dalam hadis sahih yang menceritakan tentang dua orang yang memperlakukan hewan dengan cara berbeda. Keduanya mendapat balasan yang berbeda sesuai dengan perbuatannya.
Kisah pertama, sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Seorang wanita pezina telah mendapatkan ampunan. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di pinggir sumur karena kehausan. Melihat ini, si wanita pelacur itu melepaskan sepatunya lalu mengikatnya dengan penutup kepalanya, lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Atas kebaikannya itu dia mendapatkan ampunan dari Allah Azza wa Jalla.” (HR al-Bukhari).
Kisah kedua, sebagaimana diriwayatkan Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda, “Ada seorang wanita disiksa karena seekor kucing yang dia kurung hingga mati kelaparan, lalu dengan sebab itu dia masuk neraka. Dia tidak memberinya makan dan minum ketika mengurungnya, dan dia juga tidak melepaskannya supaya ia bisa memakan serangga tanah.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Dari kedua kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa memperlakukan hewan dengan cara baik atau buruk ada ganjarannya. Jika dengan hewan saja kita diharuskan untuk berlaku baik, maka sudah tentu dalam hubungan dengan sesama manusia harus baik pula.
Kesalehan yang bernilai adalah keseimbangan hubungan secara vertikal dengan Allah SWT dan secara horizontal dengan sesama makhluk. Perpaduan antara kesalehan individual dengan kesalehan sosial akan melahirkan keharmonisan dalam kehidupan. (yat)
Baca juga :
- Arab Saudi Tangkap Hampir 16.000 Dan Proses Hukum 25.689 Orang Diawal Musim Haji 2025, Ini Penjelasannya
- Santri Ponpes Al Imam Berlaga Hingga Grand Final Olimpiade Sains Pelajar 2025 Kabupaten Kediri
- Arab Saudi Perketat Aturan Haji Terkait Larangan Visa Selain Visa Haji, Ini Penjelasan Kemenag
- 212.242 Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji Jelang Penutupan
- Pemerintah Arab Saudi Larang Jamaah Tanpa Visa Haji Masuk Makkah, Simak 4 Aturan Terbaru