Kecintaan Rasulullah SAW Terhadap Anak, Patut Kita Tauladani

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Anak merupakan anugerah besar dari Allah. Dengan hati mereka yang lembut, anak-anak dapat dibentuk menjadi orang yang saleh, tentunya dengan pendekatan yang positif dan lembut. Islam memandang anak sebagai amanah yang dititipkan kepada keluarga. Oleh karena itu, menjadi fardu kifayah bagi keluarga untuk mendidik anak dengan cara yang benar.

Seseorang tidak boleh mengistimewakan satu anak di atas anak yang lain. Dalam Islam, baik anak laki-laki maupun perempuan harus diperlakukan sama dan harus dicintai dan disayangi. Anak-anak memiliki hak-hak tertentu atas orang tua mereka; adalah kewajiban keluarga untuk melindungi, memberi makan, pakaian, mendidik, mendukung, mengasuh, dan mengasihi mereka.

Dukungan Finansial Bukan Segalanya
Di dunia saat ini, banyak orang tua yang begitu tenggelam dalam kehidupan duniawi, sehingga lupa untuk memperhatikan anak-anaknya. Banyak orang tua yang berpikir, memberikan dukungan finansial kepada anak sudah cukup.

Faktanya, dukungan finansial saja tidak memenuhi tugas orang tua terhadap anak. Seseorang hanya dapat memenangkan hati seorang anak melalui cinta dan sikap yang lembut. Hak anak untuk dicintai dan disayangi.

Amtullah Abdullah, seorang dai dan penulis di About Islam mengungkapkan, hanya ketika seseorang mengungkapkan cinta kepada seorang anak, anak tersebut akan merasa lebih percaya diri dan lebih kuat. Anak-anak memiliki kemampuan untuk dengan mudah membedakan ketika ada perbedaan dalam sikap orang dewasa.

“Apakah orang dewasa menunjukkan atau tidak menunjukkan cinta akan memiliki dampak yang signifikan pada anak,” ujarnya. Oleh karena itu, orang dewasa harus sadar dengan perilakunya di hadapan anak dan selalu waspada dengan emosi yang diproyeksikan kepada anak.

Belajarlah Kebaikan dari Rasulullah
Nabi Muhammad SAW adalah teladan bagi seluruh umat manusia. Sikap beliau terhadap anak-anak selalu penuh kasih sayang dan belas kasih. Lantaran menyukai anak-anak, Nabi Muhammad SAW menunjukkan ketertarikan yang besar untuk bermain dengan mereka. Keterlibatan beliau dalam permainan anak-anak menunjukkan kepada kita betapa pentingnya bermain dengan anak-anak kita.

Beliau akan bersenang-senang dengan anak-anak yang kembali dari Abyssinia dan mencoba berbicara dalam bahasa Abyssinia dengan mereka. Merupakan kebiasaan beliau untuk memberikan tumpangan di atas untanya kepada anak-anak ketika beliau kembali dari perjalanan.

“Nabi Muhammad tidak pernah menahan rasa cintanya kepada anak-anak dan selalu mengungkapkan rasa sayangnya kepada mereka,” ujar Amatullah.

Dalam sebuah hadis, Abu Hurairah ra meriwayatkan, “Aku pernah pergi bersama Rasulullah SAW pada suatu waktu di siang hari, namun beliau tidak berbicara kepadaku dan aku pun tidak berbicara kepadanya hingga beliau sampai di pasar Bani Qainuqa`.

Beliau kembali ke kemah Fatimah dan berkata, “Apakah anak kecil itu (maksudnya Al-Hasan) ada di sana?”

Kami mendapat kesan bahwa ibunya telah menahannya untuk memandikan dan memakaikan pakaian serta mengalungkan kalung yang manis kepadanya.

Tidak lama kemudian ia (Al-Hasan) datang berlari hingga keduanya saling berpelukan, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, aku mencintainya, cintailah dia dan cintailah orang yang mencintainya.” (H.R. Muslim) (H.R. Muslim)

Anas bin Malik, pelayan Nabi pernah mengatakan, “Saya tidak pernah melihat orang yang lebih penyayang terhadap anak-anak daripada Rasulullah saw. Putra beliau, Ibrahim, berada dalam asuhan seorang suster di perbukitan di sekitar Madinah. Beliau pergi ke sana, dan kami pun pergi bersamanya, lalu beliau masuk ke rumah, menjemput anaknya dan menciumnya, kemudian kembali lagi.” (HR. Muslim)

Kasih Sayang untuk Semua Anak
Kasih sayang Rasulullah kepada anak-anak tidak terbatas pada anak dan cucunya saja. Cakupan rahmat dan kasih sayang beliau meliputi semua anak, dan beliau menunjukkan perhatian dan kelembutan yang sama kepada anak-anak sahabatnya.

Hadis yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid ra. berikut ini menunjukkan aspek kemanusiaan dari kepribadian Rasulullah:

“Rasulullah biasa mendudukkan aku di atas (salah satu) pahanya dan mendudukkan Al-Hasan bin `Ali di atas pahanya yang lain, lalu memeluk kami dan berkata, “Ya Allah! Kasihanilah mereka, sebagaimana aku juga menyayangi mereka.” (HR. Bukhari)

Ungkapkanlah Cinta
Rasulullah mencium Al-Hasan bin Ali ketika Al-Aqra bin Habis At-Tamimi duduk bersamanya. Al-Aqra` berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak dan belum pernah mencium salah satu dari mereka.” Nabi memandangnya dan berkata, “Barangsiapa yang tidak berbelas kasih kepada orang lain, maka ia tidak akan diperlakukan dengan penuh belas kasih.” (Al-Bukhari)

Nabi selalu memperhatikan pikiran dan perasaan setiap orang. Hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berikut ini membuktikan sifat beliau yang penuh perhatian:

Nabi bersabda, “(Kebetulan) saya memulai shalat dengan niat untuk memanjangkannya, tetapi ketika mendengar tangisan seorang anak, saya memendekkan shalat karena saya tahu bahwa tangisan anak itu akan membangkitkan gairah ibunya.” (HR. Bukhari)

Nabi selalu sabar dan penuh perhatian terhadap anak-anak dan sangat berhati-hati untuk tidak menyakiti perasaan mereka yang lembut. Diriwayatkan dari Abu Qatadah:

“Rasulullah datang kepada kami sambil menggendong Umamah, putri Abi Al-`Ash (cucu perempuan Nabi) di atas bahunya. Beliau salat, dan ketika hendak rukuk, beliau meletakkannya. Ketika beliau berdiri, beliau mengangkatnya.” (HR. Bukhari)

Dalam hadis lain, diriwayatkan dari Ummu Khalid, “Aku pergi menemui Rasulullah bersama ayahku dan aku mengenakan baju kuning. Rasulullah berkata, “Sanah, Sanah!” (`Abdullah, sang perawi, mengatakan bahwa sanah berarti “baik” dalam bahasa Etiopia).

Saya kemudian mulai bermain-main dengan meterai kenabian (di antara pundak Nabi). Ayah saya menegur saya dengan keras karena hal itu.

Rasulullah berkata, “Tinggalkan dia.” Nabi kemudian memohon kepada Allah agar memanjangkan umurnya sebanyak tiga kali. (HR. Bukhari).

Dalam riwayat lain, kita melihat toleransi Nabi terhadap anak-anak. Diriwayatkan dari Aisyah, “Nabi memangku seorang anak di pangkuannya… lalu anak itu mengencinginya, maka beliau meminta air dan menyiramkannya ke tempat kencingnya.” (HR. Bukhari)

Terakhir, hadis berikut ini menekankan bahwa umat Islam harus sadar untuk memperlakukan anak laki-laki dan perempuan mereka dengan adil, “Bertakwalah kepada Allah dan perlakukanlah anak-anak kalian [yang masih kecil maupun yang sudah besar] secara adil.” (Al-Bukhari dan Muslim)

(yus)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *