Bagaimana Membangun Potensi Dakwah di Media Sosial

Jakarta — 1miliarsantri.net : Survei terbaru dari We Are Social dan Kepis 2022 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya. Bahkan saat ini mencapai 204 juta pengguna atau sudah digunakan oleh 73.7 persen penduduk Indonesia.
Disebutkan pula, sekitar 80,1 persen penduduk Indonesia menggunakan internet untuk mencari informasi dan dapat menghabiskan waktu 8 jam 36 menit dalam satu hari menggunakan internet.
Banyaknya waktu yang dihabiskan orang Indonesia di internet dapat menjadi peluang penyebaran dakwah secara digital.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dakwah diartikan sebagai penyiaran agama dan pengembangannya di masyarakat, seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.
Influencer Dakwah Risyad Baya’sud, mengatakan bahwa perintah penyebaran dakwah disampaikan dalam Surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi,
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Pada era digital, dakwah memiliki banyak bentuk saluran bisa dari teks atau buku digital, foto atau visual kreatif berbentuk meme atau infografis, video dari Instagram Reels atau Tiktok, podcast, live streaming serta aplikasi meeting seperti Zoom yang mempertemukan langsung jemaah dan pendakwah melalui ruang digital.
Menurut Tim Pengurus Komite Publikasi Masyarakat Anti Fitnah Indonesia Fiskal Purbawan, setidaknya ada tiga pertimbangan memilih platform digital untuk penyebaran dakwah.
“Sebaiknya pertimbangkan citra dari media sosial tersebut dan karakteristik setiap platform, mengetahui target audiens, mempertimbangkan waktu dan sumber daya. Banyak platform yang bisa digunakan untuk berdakwah. Mari kita sebarkan kebaikan di dunia maya, untuk memberikan kebaikan dan kebermanfaatan untuk ke sesama dunia,” papar Fiskal kepada 1miliarsantri.net, Rabu (8/5/2024).
Sementara Dosen Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang Mufid Masruhan, menerangkan, komunikasi atau penggunaan bahasa juga berperan penting dalam dakwah di platform digital.
“Komunikasi sebaiknya lugas dan mudah dipahami, menarik dan kekinian, menyesuaikan target audiens, menjelaskan sumber dengan baik, dan tidak lupa untuk selalu santun, menghormati semua orang. Selain menggunakan bahasa yang santun, ada berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam dakwah yang baik terutama menjaga niat yang lurus, menghargai perbedaan, menjadi teladan yang baik, siap menerima kritik dan saran, serta terbuka bekerja sama dengan komunitas,” jelas Masruhan.
Di samping itu, Masruhan menyampaikan ada beberapa hal yang sepatunya dihindari dalam dakwah karena dapat membawa efek negatif, seperti penggunaan bahasa kasar dan menyinggung pihak tertentu, bahasa yang provokatif dan diskriminatif.
“Selanjutnya, saring dahulu materi dakwah agar terhindari dari hoaks dan konteks menyesatkan. Hindari pola pemilihan kata yang hiperbola seperti berlebihan dan bombastis. Paling penting, jangan menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan syariat Islam,” tekan Masruhan.
Kemudian Risyad menambahkan, berdakwah dengan media sosial merupakan sebuah inovasi. Namun demikian sebagaimana informasi yang banyak beredar di internet, tidak ada salahnya untuk teliti akan konteks dakwah yang disampaikan, dengar, dan pahami.
Ia pun mengutip surat Al Hujurat ayat 6, “Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan satu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu,”
Saat berdakwah dengan media sosial, Risyad memberi tips yaitu memulai dengan memahami kebutuhan umat dan tetapkan tujuan dengan jelas.
Selanjutnya tidak lupa untuk perbanyak relasi dan silaturahmi serta banyak membaca untuk memperkaya ilmu dan lancar dalam penyampaian dakwah.
“Dakwah bisa dimulai dari yang terdekat dan bersabar untuk menjalani proses,” terang Risyad.
Selain itu, kata Masruhan, dakwah melalui media digital juga butuh netiket atau etika dalam berinternet.
Etika digital ditawarkan sebagai pedoman menggunakan berbagai platform digital secara sadar, tanggung jawab, berintegritas, dan menjunjung nilai-nilai kebajikan antar insan dalam menghadirkan diri, kemudian berinteraksi, berpartisipasi, bertransaksi, dan berkolaborasi dengan menggunakan media digital.
“Mari kita rayakan teknologi, kita hormati ilmu pengetahuan, kita dukung semua bentuk kemajuan, tetapi semua harus demi mengangkat derajat manusia. Etika ada karena kita adalah manusia,” pungkas Masruhan. (Iin)
Baca juga :
- Arab Saudi Tangkap Hampir 16.000 Dan Proses Hukum 25.689 Orang Diawal Musim Haji 2025, Ini Penjelasannya
- Santri Ponpes Al Imam Berlaga Hingga Grand Final Olimpiade Sains Pelajar 2025 Kabupaten Kediri
- Arab Saudi Perketat Aturan Haji Terkait Larangan Visa Selain Visa Haji, Ini Penjelasan Kemenag
- 212.242 Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji Jelang Penutupan
- Pemerintah Arab Saudi Larang Jamaah Tanpa Visa Haji Masuk Makkah, Simak 4 Aturan Terbaru