Kyai Azizi Hasbullah meninggal dunia

Jakarta – 1miliarsantri.net : Keluarga Besar Nahdlatul Ulama tengah berkabung karena kehilangan salah satu tokoh nya. Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Azizi Hasbullah wafat Minggu pagi (21/5/2023) karena sebelum nya mengalami kecelakaan lalu lintas di Tol Cipali KM 142 pada Sabtu (20/5/2023) dan sempat mendapat perawatan di RS Hasan Sadikin Bandung.
Sedianya, Kiai asal Blitar Jawa Timur dan Ahli Fiqih ini hendak menghadiri Halaqah Fiqih Peradaban dan Bahtsul Masail di Pondok Pesantren Al-Muhajirin 2 Purwakarta bersama Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Trenggalek KH Zahro Wardi.
Semasa hidup, almarhum dikenal oleh banyak kerabat, sahabat dan segenap keluarga besar Nahdlatul Ulama sebagai sosok yang dikagumi banyak kalangan karena kealimannya dalam beberapa aspek. Seperti ilmu fiqih, ushul fiqih, aqidah, dan tasawuf.
Pengasuh Pondok Pesantren Barran Selopuro Blitar, Jawa Timur ini merupakan ahli fiqih Nusantara yang inspiratif di kalangan para tokoh kiai yang lain. Sehingga tak ayal, kepergian almarhum meninggalkan kenangan yang sangat luar biasa.
Kebanyakan para sahabat almarhum mengakui, kedalaman penguasaannya atas ilmu-ilmu syariat mendapatkan apresiasi luas dari kiai-kiai lain, termasuk di kalangan para masyayikh di Pondok Pesantren Lirboyo.
Almarhum lebih banyak memberikan kajian kitab Tausyih ‘ala Ibnul Qasim karya Syekh Muhammad Nawawi Banten di Rumah Tua Lirboyo, hingga banyaj para sahabat dan kerabat nya yang mendapat inspirasi dan keteladanan secara terus-menerus mengaji, mengkaji, dan meng-upgrade study keilmuan Islam.
Almarhum Kiai Azizi adalah sosok faqih yang terbuka, tegas dan luas dalam berdiskusi adu argumentasi dalam forum-forum bahtsul masail pesantren dan NU, seperti di Lirboyo, Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP) se-Jawa Madura, Bahtsul Masail Syuriyah PWNU Jawa Timur, dan forum-forum bahtsul masail PBNU..
Saat satu majelis seminar dan bedah buku seperti di Oku Timur Sumatera Selatan, Sampang dan Pamekasan Madura, dan yang terakhir di Mlangi Yogyakarta, kepiawaian santri kinasih KH Ahmad Idris Marzuki Lirboyo ini dalam menyajikan materi-materi berat dengan bahasa dan gaya bebas, juga membuat para audiens enggan beranjak dari majelis meski sudah menghabiskan waktu berjam-jam. (dris)