6 Langkah Jadi Pebisnis Islami: Dari Planning sampai Leading Menurut Al-Qur’an
Tegal – 1miliarsantri.net: Banyak orang menganggap bisnis hanyalah urusan duniawi. Yang penting untung, efisien, dan cepat berkembang. Tapi Islam punya pandangan berbeda: bisnis justru bagian dari ibadah. Setiap keputusan, strategi, dan niat dalam berwirausaha bisa bernilai pahala—asal dijalankan dengan prinsip syariah.
Dalam jurnal Economica Sharia Volume 1 Nomor 2 (2016), Nova Yanti Maleha, dosen STEBIS Indo Global Mandiri Palembang, menjelaskan bahwa manajemen bisnis Islam adalah sistem yang berpijak pada nilai dan moral spiritual, bukan sekadar angka laba.
Ia menulis bahwa sistem ini menjadi counter terhadap manajemen konvensional yang sering “gagal menciptakan manusia yang berpihak pada kejujuran, kebahagiaan, dan memanusiakan manusia.”
Dalam pandangan Islam, bisnis tidak sekadar mencari keuntungan, tapi juga membangun kemaslahatan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-A’raf:10: “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu di bumi dan Kami jadikan untukmu di sana sumber penghidupan.”
Artinya, manusia diberi amanah untuk mengelola sumber daya secara adil dan bertanggung jawab. Itulah dasar manajemen Islami—memadukan produktivitas dunia dengan nilai akhirat.
Baca Juga: Bisnis Islami Bukan Sekadar Halal, Tapi Juga Kreatif dan Berdaya Saing Global
Enam Langkah Jadi Pebisnis Islami
Menurut Nova Yanti Maleha (2016), ada enam panduan utama dalam manajemen bisnis Islam yang berpijak pada ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis. Keenamnya bukan hanya teori manajemen, tapi juga jalan hidup bagi seorang Muslim yang ingin sukses secara duniawi dan ukhrawi.
1. Planning (Perencanaan)
Setiap langkah bisnis harus dimulai dengan rencana yang matang. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika melakukan pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, dan tuntas).” (HR. Thabrani)
Dalam Islam, perencanaan bukan hanya soal strategi, tapi juga niat yang lurus dan persiapan yang sungguh-sungguh. (QS. Al-Insyirah:7–8)
2. Organization (Pengorganisasian)
Bisnis yang Islami menuntut keteraturan dan kerja sama. Allah SWT berfirman: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali Imran:103)
Setiap orang punya peran dan tanggung jawab yang harus dijalankan dengan adil, profesional, dan saling menghormati.
3. Coordination (Koordinasi)
Islam menekankan kesatuan arah dalam setiap kegiatan. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan.” (QS. Al-Baqarah:208)
Koordinasi berarti mengatur semua bagian agar selaras dengan nilai Islam, tanpa ego sektoral atau saling menjatuhkan.
4. Controlling (Pengawasan)
Seorang pemimpin bisnis wajib mengawasi jalannya organisasi dengan jujur dan objektif. “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” (QS. Ash-Shaff:2)
Kontrol bukan sekadar mencari kesalahan, tapi memastikan seluruh proses bisnis berjalan sesuai amanah dan syariat.
5. Motivation (Motivasi)
Motivasi dalam Islam bukan sekadar bonus atau target, melainkan dorongan spiritual. “Dan bahwasanya manusia tidak memperoleh selain dari apa yang diusahakannya.” (QS. An-Najm:39)
Setiap kerja keras yang diniatkan karena Allah akan berbuah pahala dan keberkahan, bahkan ketika hasil duniawi belum terlihat.
6. Leading (Kepemimpinan)
Kepemimpinan dalam Islam bukan tentang kekuasaan, tapi tanggung jawab. “Dialah yang menjadikan kamu khalifah di muka bumi.” (QS. Al-An’am:165)
Pemimpin bisnis yang baik bukan yang ditakuti bawahannya, tapi yang mampu menuntun timnya menuju kebaikan, kesejahteraan, dan ridha Allah.
Baca Juga: UMKM Syariah Laris Manis Di FESyar Jawa, Omzet Tembus Hingga Rp6,8 Miliar
Bisnis yang Berakhlak, Bukan Sekadar Laba
Selain enam langkah di atas, Nova Yanti (2016) juga menegaskan pentingnya etika bisnis Islami, yang diperkuat oleh pandangan Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula dalam buku Syariah Marketing (2006).
Beberapa di antaranya adalah:
- Jujur dan amanah dalam setiap transaksi,
- Adil terhadap pekerja dan mitra,
- Rendah hati dan melayani, bukan menindas,
- Menepati janji,
- Serta menjauhi perilaku curang, ghibah, dan suap (risywah).
Bisnis tanpa nilai spiritual, tulis Maleha, “akan melahirkan ketidakpuasan dan kebingungan terhadap arah yang dituju.” Maka, spiritualitas menjadi fondasi agar usaha tetap punya arah dan makna.
Penulis: Satria S Pamungkas
Editor: Glancy Verona
Sumber Foto: Gemini AI
Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.


