Hamas Menangguhkan Upaya Untuk Membahas Pertukaran Sandera dengan Israel

Gaza — 1miliarsantri.net : Kelompok Perlawanan Palestina, Hamas dilaporkan telah menghentikan pembicaraan yang sedang dirintis tentang kesepakatan pertukaran sandera di Mesir. Keputusan ini diambil setelah Israel dengan sengaja membunuh pemimpin senior Hamas, Saleh al-Arouri, pada Selasa (2/1/2024) kemarin di pinggiran kota Beirut, Dahiyeh.
Hamas menangguhkan upaya mediasi setelah peristiwa pembunuhan tersebut. Kunjungan delegasi Israel ke Kairo untuk membahas kesepakatan pertukaran sandera baru yang dipersingkat, kata sebuah sumber Mesir The New Arab, Al-Araby Al-Jadeed.
Pembunuhan Arouri dinilai akan memberikan pukulan besar bagi harapan kesepakatan pertukaran sandera baru yang dicapai. Pejabat Israel telah mengatakan dalam beberapa hari terakhir, ada kemajuan diskusi pada putaran baru pertukaran sandera tersebut.
Para pemimpin Israel telah dikutuk oleh masyarakat luas karena bagaimana mereka mengatur pembebasan sandera Israel, yang diambil selama serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
Dalam beberapa bulan sejak mereka ditawan, beberapa sandera telah terbunuh dalam perang di Gaza, oleh pasukan Israel.
Kesepakatan pertukaran sandera-tahanan yang dicapai pada akhir November dengan bantuan negara-negara yang menengahi, termasuk Mesir dan Qatar, sebanyak 78 sandera Israel dibebaskan dan 240 tahanan Palestina dibebaskan.
Padahal, Hamas sebelumnya dilaporkan bersedia kembali ke meja perundingan dengan permintaan gencatan senjata selama 20-30 hari. Informasi tersebut ditulis media Israel Axios yang mengutip Direktur Mossad David Barnae jika Hamas mengajukan penawaran tersebut sebagai imbalan atas pembebasan sebanyak 50 tawanan termasuk anak-anak, wanita dan orang tua.
Axios mengutip para pejabat Israel yang mengatakan bahwa mediator Qatar menyampaikan kepada “Israel” bahwa Hamas telah “sementara setuju” untuk melanjutkan diskusi mengenai perjanjian baru untuk pembebasan lebih dari 40 orang tawanan di Gaza. Hal ini akan menjadi imbalan atas gencatan senjata selama satu bulan, menurut tiga pejabat Israel.
Aksi kriminal Israel yang membunuh Wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri, dalam serangan drone ke kantor Hamas di Mecherfeh di Beirut selatan, Lebanon, Selasa (2/1/2024) malam lalu membuat rencana pertukaran sandera buyar. Setidaknya enam orang tewas dalam serangan itu. Hamas telah mengonfirmasi kematian Arouri. Dua komandan Brigade Al-Qassam, yakni sayap militer Hamas, turut terbunuh bersama Arouri dalam serangan Israel.
Kelompok Hizbullah Lebanon, yang sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu ikut terlibat dalam konfrontasi dengan Israel, mengatakan bahwa kematian Arouri tidak akan dibiarkan begitu saja.
“Ini serangan serius terhadap Lebanon dan perkembangan yang berbahaya selama perang,” kata juru bicara Hizbullah.
Arouri menjadi pemimpin Hamas paling senior yang dibunuh Israel sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023. Menyusul kematian Arouri, Hamas dilaporkan telah membekukan pembicaraan tentang gencatan senjata di Israel. “Hamas mengatakan kepada mediator tentang keputusannya untuk membekukan semua diskusi mengenai gencatan senjata di Gaza atau pertukaran sandera dengan Israel,” kata seorang sumber Palestina.
Penjabat Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, mengutuk serangan pesawat nirawak (drone) Israel ke Beirut yang membunuh wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri. Dia menilai, serangan tersebut merupakan upaya untuk menarik Lebanon lebih jauh ke dalam konflik antara Israel dan Hamas.
“Ledakan ini adalah kejahatan baru Israel yang bertujuan untuk membawa Lebanon ke fase konfrontasi baru setelah serangan harian yang sedang berlangsung di selatan (Lebanon), yang menyebabkan banyak korban jiwa dan luka-luka,” kata Mikati, dikutip laman Asharq Al-Awsat, Kamis (4/1/2024).
Dia menambahkan, serangan Israel ke Beirut tak diragukan lagi bertujuan menarik Lebanon dalam eskalasi konflik antara Israel dan Hamas.
“Kami mengimbau negara-negara yang berkepentingan untuk menekan Israel agar menghentikan tindakannya. Kami juga memperingatkan terhadap kelompok politik Israel yang terpaksa mengekspor kegagalannya di Gaza ke perbatasan selatan untuk menetapkan fakta-fakta baru dan aturan-aturan keterlibatan,” ucapnya.
Mikati mengatakan, Lebanon tetap berkomitmen terhadap legitimasi internasional yang relevan, terutama Resolusi PBB 1701. Namun dia menganggap Israel telah melanggar aturan tersebut karena mereka masih tidak puas dengan tingkat kematian dan kehancuran yang terjadi.
“Jelas bagi semua orang bahwa keputusan perang ada di tangan Israel, dan sangat penting untuk menahan dan menghentikan agresinya,” ujarnya.
Mikati mengungkapkan, dia telah memerintahkan Menteri Luar Negeri Lebanon Abdullah Bou Habib untuk menyampaikan keluhan atas serangan Israel ke Beirut ke Dewan Keamanan PBB. Menurutnya, serangan itu merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Lebanon. (zul)
Baca juga :
- Arab Saudi Tangkap Hampir 16.000 Dan Proses Hukum 25.689 Orang Diawal Musim Haji 2025, Ini Penjelasannya
- Santri Ponpes Al Imam Berlaga Hingga Grand Final Olimpiade Sains Pelajar 2025 Kabupaten Kediri
- Arab Saudi Perketat Aturan Haji Terkait Larangan Visa Selain Visa Haji, Ini Penjelasan Kemenag
- 212.242 Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji Jelang Penutupan
- Pemerintah Arab Saudi Larang Jamaah Tanpa Visa Haji Masuk Makkah, Simak 4 Aturan Terbaru