Redaksi

Gus Baha : Tepis Cemas, Selalu Gembirakan Hati

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Sangat dianjurkan oleh para ulama, ketika menjalani kehidupan, kita harus selalu senang. Jangan bersedih terus dan senantiasa berpositif thinking dalam segala hal. Jika fokus kepada kesedihan, lama-lama manusia tidak ridha dengan ketentuan Allah SWT. Manusia harus memaksakan diri untuk gembira dan bersyukur. Sebab kalau merasa susah terus, lama-lama kita tidak percaya qadha dan qadar. Demikian disampaikan Gus Baha dikutip dari channel Ngaji Ben Aji Official, dengan judul “Gus Baha Motivasi Hidup”. Jika sering dipaksakan senang, lama-lama kita jadi terbiasa bersyukur. “Rasa senang itu ibadah. Kita tidak perlu merasa takut dan gelisah. Kalau muncul kekhawatiran dalam hidup itu wajar. Saya juga kadang khawatir bagaimana nasib anak-anak kalau saya wafat nanti,” terang Gus Baha. Namun Gus Baha menerapkan bahwa kita harus kembali kepada ketentuan Allah SWT bahwa semua yang ada di dunia ini ada dalam kekuasaan-Nya. “Kita hidup, soal rezeki juga karena Allah. Yang menciptakan anak menjadi kaya bukan saya. Buktinya, mereka yang bukan anak saya juga kaya,” ujarnya. Allah itu pemberi rezeki dari sejak Nabi Adam hingga akhir zaman. Allah juga Al Hadi yang artinya Pemberi Petunjuk. Buktinya, agama Islam tetap berkembang, meskipun para penganutnya mungkin sudah tidak ideal seperti zaman Rasulullah. “Intinya kita selalu dalam lindungan Allah SWT kapan pun dan di mana pun. Jadi jangan cemas dan gelisah, karena Allah yang akan mencukupi kita semua,” imbuhnya. Lebih jauh Gus Baha menerangkan, kadang kita berpikir, bagaimana nasib anak kita kalau tidak ditinggali warisan? Padahal banyak anak yang tidak diberi warisan juga akhirnya kaya. Hal itu terjadi karena manusia itu bukan siapa-siapa. Yang berkuasa itu Allah SWT. Sekali lagi, di depan aturan Allah, manusia bukan siapa-siapa. “Karena kekuasaan Allah tidak terbatas, anak cucu kita juga akan bergantung kepada Allah. Allah itu Yang Mencukupkan dan Yang Memberi Rezeki,” tandas Gus Baha. (mul)

Read More

Beberapa Kejadian Bersejarah di Bulan Dzulqaidah

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Saat ini kita hampir berada di pertengahan bulan Dzulqaidah 1444 Hijriyah. Ada beberapa peristiwa penting di bulan ini -pada masa lalu, yang perlu diketahui umat Muslim. Dzulqaidah merupakan bulan ke-11 yang dimuliakan Allah (Asyhurul Hurum) bersama Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Bulan ini juga disebut Dzulqa’dah karena orang-orang Arab pada masa lalu tidak melakukan perang (qu’uud ‘anil qitaal) di bulan ini. Kebiasaan masyarakat Arab di bulan Dzulqaidah yaitu berdiam diri di rumah (tidak bepergian). Mereka beristirahat guna menyambut datangnya bulan Haji yaitu bulan Dzulhijjah. Dalam Alquran, Allah memerintahkan manusia untuk tidak menganiaya diri sendiri di bulan ini. Berikut beberapa peristiwa penting dan bersejarah yang terjadi di bulan Dzulqaidah. Pada tanggal 2 Zulqaidah 311 H (924 M), Imam Ibnu Khuzaimah, ulama penyusun kitab Hadis Shahih Ibn Khuzaimah wafat di usianya yang ke-89 tahun. Pada tanggal 6 Dzulqaidah Tahun ke-10 Hijriyah, Rasulullah s.a.w berangkat dari Madinah menuju Makkah untuk melaksanakan Haji Wada’ (Haji perpisahan). Ada yang menyebut tanggal 10 Dzulqaidah Tahun 10 Hijriyah. Di Padang Arafah Nabi berkhotbah di depan umat Islam yang dikenal dengan Khotbah Wada’. Peristiwa penting lainnya adalah wafatnya seorang ulama ahli kalam yang sangat masyhur, Imam Abu Bakr al-Baqillani. Beliau wafat pada Sabtu, 7 Dzulqaidah Tahun 403 H. Perang Bani Quraizhah ini terjadi pada akhir Dzulqaidah dan awal Dzulhijjah Tahun ke-5 Hijriyah. Allah memerintahkan Rasulullah memerangi Bani Quraizhah, salah satu suku kabilah Yahudi di Madinah. Perang ini dipicu karena pengkhianatan kaum Yahudi terhadap kesepakatan bersama. Pada bulan Dzulqaidah ini tepat pada Tahun ke-6 Hijriyah terjadi perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian ini merupakan perjanjian gencatan sejata antara kaum Muslimin dengan kaum kafir Quraisy. Ini merupakan strategi dan upaya Rasulullah s.a.w meredakan ketegangan antara kaum Muslimin/Islam dengan kaum musyrik Quraisy. Pada bulan Dzulqaidah Tahun ke-7 Hijriyah, Rasulullah s.a.w dan sahabat melaksanakan Umrah Qadha yang sempat dicegah tahun lalu oleh kaum kafir Quraisy. Umrah ini merupakan pengganti umrah tahun lalu, karena itu disebut Umratul Qadha atau umrah pengganti. Peristiwa penting lainnya di bulan Dzulqaidah adalah pernikahan Rasulullah s.a.w dengan Sayyidah Maimunah binti Al-Harits. Rasulullah menikahi Sayyidah Maimunah pada bulan lainnya Tahun ke-7 Hijriyah saat Umrah Qadha setelah habis masa iddahnya. Sayyidah Maimunah yang berstatus janda berusia 26 tahun menikah dengan Baginda Rasulullah. Sayyidah Maimunah termasuk istri Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis, selain Sayyidah Ummu Salamah. Itulah beberapa peristiwa penting dan bersejarah yang terjadi di bulan Dzulqaidah. Semoga Allah SWT merahmati kita, sehingga kita mampu memperbanyak amal kebajikan di bulan suci ini. (hud)

Read More

Kemunduran Islam di Era Syekh Syakib Arslan

Jakarta – 1miliarsantri.net : Faktor-faktor yang mempengaruhi umat Islam mengalami kemunduran adalah kebodohan, tanggung dalam menguasai ilmu pengetahuan, bobroknya akhlak, dan sifat pengecut. Benar kah demikian adanya? Apa sebenarnya kemajuan Islam yang dinginkan Syakib Arslan? Pertanyaan mengapa umat Islam mundur sedangkan non-Islam maju muncul di masa kolonial (1929) dari salah seorang Alim Ulama Indonesia, Syekh Basyuni Imran, dalam tafsir Al-Manar, karangan Syekh Muhammad Rasyid Rida. Siapakah Syekh Basyuni? Beliau pernah kuliah di Madrasah Dar-Al Da’wah wa Al-Irsyad Mesir asuhan Rasyid Rida. Pertanyaan tersebut oleh Rasyid Rida diserahkan kepada kawannya, Amir Syakib Arslan untuk menjawabnya. Berikut isi pertanyaannya: ١. ما أسباب صار إليه المسلمون (ولا سيما نحن مسلمو جاوة وملايو) “من الضعف والإنحطاط في الأمور الدنيوية والدينية معا, وصرنا أذلاء لاحول لنا ولا قوة, وقد قال الله تعالى في كتاب العزيز: ” ولله العزة ولرسوله وللمؤمنين”. فأين عزة المؤمن الآن؟ وهل يصح المؤمن أن يدعي أنه عزيز وإن كان ذليلا مهانا ليس عنده شيء من أسباب العزة إلا لأن لله تعالى قال: ولله العزة و لرسوله وللمؤمنين. ٢. ما الأسباب التي ارتقى بها الأوروبيون والأمريكانون واليبانيون ارتقاء هائلا؟ وهل يمكن أن يصير المسلمون أمثالهم في هذا الإرتقاء إذا اتبعوهم في أسبابه مع المحافظة على دينهم الإسلام أم لا؟ Syekh Syakib Arslan (1869-1946) adalah seorang pemimpin (amir) Druz, sebuah sekte Syiah Isma’iliyyah Fathimiyyah, Lebanon yang karena kepiawaian penanya dia diberi gelar “Amir Al-Bayan”. Dia sangat terinspirasi oleh Jalaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh, serta bersahabat erat dengan Rasyid Rida. Beliau juga salah seorang pendukung kebijakan-kebijakan Pan-Islamik Sultan Abdul Hamid II dan mendukung gagasan bahwa keberlangsungan Imperium Usmani adalah satu-satunya jaminan untuk menyatukan umat Islam yang terpecah belah dan berada di bawah penjajahan Eropa. Arslan menjawab pertanyaan-pertanyaan Basyuni Imran dalam beberapa bagian di kitab tafsir Al-Manar, yang kemudian diterbitkan olehnya sendiri sebagai sebuah karya buku dengan judul “Limadzaa taakhara Al-Muslimun wa taqaddama ghayruhum?” Pemikiran Syekh Syakib Arslan ini juga harus dipahami dalam konteks waktunya, yang terjadi di masa kolonialisasi dunia Islam oleh Barat dan masa antara dua Perang Dunia I dan II. Arslan gregetan melihat kemerosotannya semangat kaum muslim untuk meraih kejayaannya kembali, terutama keluar dari penjajahan dan ketergantungan dari Barat, lalu membangun peradaban atas prinsip spirit Islam. Dengan cermatnya Arslan mengidentifikasi sebab-sebab Islam bisa meraih kejayaan di masanya serta kemajuan yang sangat pesat, sebelum dia menganalisis sebab-sebab keruntuhannya. Pertama, Arslan percaya kalau sumber kemajuan Islam ialah “ada di dalam Islam itu sendiri” dengan mempertahankan identitas serta keautentikannya. Ini terbukti dari sejarah kemunculan Islam di semenanjung Arabia yang mampu menyatukan berbagai etnik dan ras yang ada di Arab, dan membawa mereka dari barbarisme menuju peradaban, dari kekejaman menuju cinta kasih dan sayang, serta menghapus politeisme dan merestorasi peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada saat itu tidak ada kekuatan yang dapat mencegah perkembangan Islam ke segenap penjuru dunia, kecuali perpecahan dan perang saudara di antara mereka sendiri, seperti yang terjadi di akhir periode Utsman bin Affan dan periode Ali bin Abi Thalib. Dan Islam pun mampu membangun peradaban dunia di Abad pertengahan–tepatnya pada masa dinasti Abbasiyah- dengan gemilang. Menurutnya, sebagian besar bagian dari kekuatan inspirasi yang mengantarkan pada kemenangan dan capaian-capaian mereka itu pada masa dia telah hilang, walau jejaknya mungkin masih bisa dilacak. Dengan melihat dari segi geopolitik yang dulu negeri asing mulai memasuki Arab, seperti Persia yang menduduki Yaman, Romawi di ujung negeri Hijaz dan bagian timur Syam. Kemerdekaan mereka semua tidak lepas dari spirit serta inspirasi yang disalurkan oleh umat Islam. Namun setelah itu, justru ada pada orang lain, terutama, saat itu Eropa, Amerika, dan Jepang. Padahal Allah SWT telah menjanjikan kepada umat Islam di dalam Firman-Nya: و لله العزة ولرسوله وللمؤمنين ”Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin.” (Al-Munafiqun: 8) وكان حقا علينا نصرالمؤمني ”Dan merupakan hak Kami(Allah) untuk menolong orang-orang beriman.” (Ar-Rum: 47) Tentu beberapa kemunduran yang dialami oleh umat Islam tersebut bukan berarti Allah SWT tidak menepati janji sesuai dengan Firman-Nya. Al-Qur’an tidak akan ingkar dan bohong, akan tetapi umat Islam itu sendiri yang harus merevolusi itu semua, hal ini telah diperingatkan oleh Allah SWT: إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسه ”Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d: 11) Kemudian muncul beberapa pertanyaan dalam mengomentari ayat tersebut. Mengapa justru Allah SWT tidak menggantikan semua kegagalan dan kemunduran umat Islam dengan mengangkat derajatnya kepada kemuliaan? kan itu mudah sekali bagi Allah? Bukankah hal semacam itu terhitung akan tidak adilnya Allah SWT kepada umat Islam?, Syekh Amir Syakib Arslan tanpa berpikir panjang langsung menanggapi: وما قولك في عزة دون استحقاق, وفي غلة دون حرث ولا زرع, وفي فوز دون سعي ولا كسب, وفي التأييد دون أدنى سبب يوجب التأييد؟ “Segala yang anda katakan mengenai kemuliaan atau kekuatan (tidak mengerti teorinya) itu tidak sepantasnya, apa jadinya hsil panen tanpa ada yang ditanam, apa jadinya kesuksesan tanpa disertai dengan adanya usaha dan kerja keras, apa jadinya sebuah tekad yang bulat tanpa disertai dengan adanya sebab untuk mewujudkannya?” Tidak heran bahwa ucapan seperti itu terlontar dari lisan Syakib Arslan dengan melihat kondisi umat Islam pada saat itu yang semakin malas, suka mengesampingkan amal ibadah, menyelisihi syariat yang telah Allah SWT tetapkan berupa yang haq dan batil, antara yang muḍarat dan manfaat, hingga yang positif dan negatif. Menurut Arslan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemunduran umat Islam. Pertama adalah kebodohan, tidak tanggung-tanggungnya kebodohan mereka hingga tidak bisa membedakan antara khamr dan cuka. Seakan-akan zaman jahiliyah kembali menghantui keberadaan umat Islam dan menjadi sandra yan paten yang tidak bisa ditolak. Kedua yaitu ilmu yang tanggung, kejadian seperti ini merupakan hal yang lebih bahaya daripada kebodohan. Karena suatu kebodohan jika Allah SWT telah menunjukkannya kepada seorang mursyid yang alim maka dia akan taat dan tidak membangkang pada sang mursyid, sedangkan orang yang memiliki ilmu setengah-setengah dia akan menjadi orang yang merasa paling benar bahkan tidak menyadari bahwa sebenarnya dia tidak tahu dan merasa tidak puas atas ketidaktahuannya, seperti yang dikatakan oleh suatu maqalah Arab: إبتلائكم بمجنون خير من إبتلائكم بنصف مجنون “Bencana yang menimpamu berupa orang gila itu lebih baik daripada bencana yang menimpamu berupa orang setengah…

Read More

Buya Yahya Menyesali War Tiket Konser ColdPlay

Jakarta – 1miliarsatri.net : Maraknya perbincangan tentang war ticket konser Coldplay diberbagai media, bahkan hampir diseluruh jejaring sosial ramai membicarakan tiket yang ditawarkan dengan beragam tersebut. Sedangkan konser Coldplay akan berlangsung di Indonesia pada November mendatang. Harga tiket yang ditawarkan bermacam-macam, bahkan ada yang mencapai puluhan juta rupiah. Namun terdapat cerita miris di balik perburuan tiket tersebut. Ada orang yang rela menggunakan uang berobat orang tua demi membeli tiket Coldplay dari calo yang mencapai puluhan juta rupiah. Menurut Buya Yahya, permasalahan utama bukan pada perang tiket. Namun, masalah cara hidup dan gaya hidup. Cara hidup yang tidak baik bisa merusak kehidupan seseorang. “Bahwasanya, ada cara hidup yang kurang baik, gaya hidup yang merusak, yaitu berbelanja sesuatu tidak memakai pertimbangan, yang bisa jadi karena itu terpengaruh karena lingkungan, yang biasa hidup dengan gaya tidak baik atau bisa jadi sebuah kesombongan,” terang Buya Yahya kepada 1miliarsantri.net, Sabtu (3/6/2023). Lebih dari itu, fenomena war tiket tersebut bisa menjadi ajang riya. Ada orang yang hanya ingin terlihat kaya, padahal belum tentu demikian. Ini merupakan cara hidup yang mesti diluruskan agar tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. “Kisah konser musik hanya sebuah contoh. Jadi kami melihat dari sisi yang tidak baik, yaitu budaya tampil sok kaya, padahal belum tentu kaya beneran,” tutur Buya lagi. Buya Yahya menambahkan, jika Coldplay akan menggelar konser di Indonesia, itu bukan menjadi masalah. Namun, hal yang jadi masalah terkait orang-orang yang beli tiket karena ikut-ikutan, bahkan sampai memaksakan diri walaupun ekonomi tak mampu. “Permasalahannya bukan LGBT atau grup musik itu, cara hidup, cara hidup yang ikut-ikutan, kesombongan ingin dilihat wah, gaya hidup ingin dilihat wah, ini gaya hidup yang rusak,” tutur Buya Yahya. Buya Yahya meminta agar masyarakat tidak bersikap sombong dan tidak ikut-ikutan sok bergaya hidup mewah. Hidup dengan benar sesuai kemampuan finansial sendiri. Itu akan lebih baik daripada berusaha memiliki cara hidup palsu. “Ayo kembali ke cara hidup Nabi, kami tidak melihat sisi itu tapi kami melihat cara hidup yang benar, jangan sombong, jangan ikut-ikutan. Jangan ikut gaya hidup orang-orang, tapi ukur gaya hidup kamu sendiri,” terang Buya Yahya. (eib)

Read More

Sosok Kiai Zuhri Zaini Yang Selalu Tersenyum

Probolinggo – 1miliarsantri.net : Penampilan nya cukup sederhana, namun tetap bersahaja. Tutur kata begitu lembut, halus dan santun membuatnya disukai dan dicintai banyak orang. Setiap melihatnya aura kesejukan dan ketenangan terpancar di dalam dirinya. Kemana-mana memakai baju kokoh, peci dan sarung berwarna putih seakan telah menjadi ciri khasnya. Hari-harinya dipenuhi dengan aktivitas bermanfaat, seperti mengajar dan membimbing santri-santri serta mengayomi masyarakat sekitarnya. Itulah KH Zuhri Zaini putra kelima dari pasangan KH Zaini Mun’im dan Nyai Nafi’ah. Beliau lahir di Probolinggo, Jawa Timur pada 5 Oktober 1948. Karier pendidikannya beliau habiskan di Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, sebuah pesantren yang didirikan langsung oleh ayahanda Kiai Zuhri, KH Zaini Mun’im. Mulai dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah hingga ke Perguruan Tinggi, dan akhirnya menyandang gelar BA (singkatan dari Bachelor of Arts). Di pesantren asuhan ayahandanya ini Zuhri mudah mempelajari pelbagai ilmu pengetahuan, khususnya tentang ilmu-ilmu keislaman. Misalnya, ilmu gramatika bahasa Arab melalui kitab, seperti Jurumiyah, Mutammimah, Alfiyah dan Ibnu Aqil. Juga kitab-kitab Fiqh, semisal Safinatun Najah, Sullamut Taufiq, Fathul Qorib, Fathul Mu’in dan lain sebagainya. Merasa tidak puas hanya belajar di pesantrennya sendiri, meski telah menyandang gelar BA, Zuhri muda akhirnya melanjutkan pengembaraan intelektual ke Pesantren Sidogiri Pasuruan selama 3 tahun. Di pesantren inilah, beliau belajar langsung tentang ilmu-ilmu keislaman kepada (alm) KH Cholil Nawawi, salah satu pengasuh pesantren tertua tersebut. Berkat didikan langsung keluarga dengan ditopang semangat tinggi dalam menimba ilmu pengetahuan, tidak heran jika Kiai Zuhri tumbuh menjadi sosok yang sangat mahir dan alim, khususnya di bidang ilmu agama. Bahkan, kealimannya tersebut sudah masyhur di kalangan masyarakat terutama wilayah Jawa Timur. Terbukti, dalem Kiai Zuhri nyaris tak pernah sepi dari para tamu yang setiap waktu selalu berdatangan dengan maksud dan tujuan berbeda-beda. Tak hanya itu, kealiman dan kedalaman ilmu pengetahuan yang dimiliki Kiai Zuhri juga bisa dibuktikan dari kitab-kitab yang diampuhnya secara langsung. Ada beragam kitab yang dibacakan Kiai Zuhri kepada santri-santrinya. Misalnya dii masjid, beliau membacakan kitab Fathul Qorib, Riyadhus Shalihin dan Tafsir Jalalain yang diikuti oleh seluruh santri dan para alumnus Nurul Jadid. Di musala (sehabis salat subuh), kitab yang dibacakan adalah kitab tasawuf, seperti Minhajul ‘Abidin (karya Imam Ghazali) dan Al-Hikam (karya Ibnu Atha’illah as-Sakandari) yang, dikhususkan pada santri-santri senior. Sementara di Ma’had Aly (selesai salat Magrib), Kiai Zuhri mengampu kitab Bulughul Maram (untuk semester 1) dan Mukhtasar Ihya Ulumiddin (untuk semester 3). Menarik, walaupun kealimannya sudah masyhur di kalangan masyarakat tidak lantas membuat Kiai Zuhri bersikap arogan dengan merendahkan orang lain. Sebaliknya, beliau justru bersikap rendah hati dan hormat pada siapa pun, baik yang miskin sampai yang kaya, dari yang jelata maupun yang berpangkat. Semua selalu dilayani dan hargai. Jika sedang menghadapi banyak tamu, Kiai Zuhri memberikan perhatian pada mereka semua. Bahkan, mereka ditanyai satu persatu, sehingga tidak ada yang merasa disepelekan. Yang paling berkesan dari kerendahan hati dan akhlak Kiai Zuhri sangat dirasaka oleh para santri, terutama ketika masih berada di pesantren, dan mengaji langsung kitab Bulughul Maram dan Mukhtasar Ihya Ulumiddin kepada beliau. Biasanya, beliau menyuruh santri satu persatu untuk membacanya. Jika ada satu lafaz yang keliru bacaan dan maknanya, Kiai Zuhri selalu berkata lembut sambil tersenyum untuk mengajarkan lafaz yang benar. Sungguh, betapa rendah hati dan mulianya akhlak KH Zuhri Zaini. Bukan hanya kepada para ulama, habaib dan orang luar (tamu maupun wali santri), tetapi terhadap santrinya pun Kiai Zuhri menggunakan tutur kata yang sangat halus, lembut dan santun. Bahkan, jika ada salah satu santrinya yang sudah menjadi kiai, Kiai Zuhri sangat menghormatinya. Di depan mereka, sikap beliau laiknya sikap seorang santri pada kiainya. (fir)

Read More

Imam Bukhori Terinspirasi Dua Ayat Al Qur’an ini

Jakarta – 1miliarsantri.net : Siapa yang tidak mengenal atau mendengar nama Imam Bukhari. Nama beliau sering disebut dalam banyak hadist maupun beberapa kitab lain nya. Imam Bukhori pernah menyisipkan bab berjudul Hifdzhul Ilmi dalam Shahihnya. Bab ini dikatakan oleh Al Hafiz Ibnu Hajar Al Asqolani sebagai bab yang hanya mengulas tentang Abu Hurairah RA. Dalam bab tersebut, Abu Hurairah berkata: “Sungguh yang paling banyak menyampaikan hadits adalah Abu Hurairah. Jika bukan karena dua ayat dalam Kitabullah, maka aku tidak akan mengeluarkan satu hadits pun.” Imam Bukhari menjelaskan, dua ayat yang dimaksud itu adalah ayat 159-160 Surat Al Baqarah. Allah SWT berfirman: “Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (Al-Qur’an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat, kecuali mereka yang telah bertobat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya), mereka itulah yang Aku terima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. (QS Al Baqarah ayat 159-160) Abi Abdullah Muhammad Sa’id bin Silan dalam bukunya, Adabu Thalibil Ilmi (terj. Muyassir Hadil Anam), menukil hadits Imam Bukhari yang diriwayatkan dari Al-A’raj yang mendengar Abu Hurairah berkata: (إنكم تزعمون أن أبا هريرة يُكثر الحديث عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، واللهُ الموعد، كنتُ رجلًا مسكينًا، أخدُمُ رسول الله صلى الله عليه وسلم على مِلْءِ بطني، وكان المهاجرون يَشغَلهم الصَّفْقُ بالأسواق، وكانت الأنصار يَشغَلهم القيام على أموالهم، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (مَن يبسط ثوبه، فلن ينسى شيئًا سمعه مني)، فبسطت ثوبي حتى قضى حديثه، ثم ضممتُه إليَّ، فما نسيت شيئًا سمعته منه)؛ “Kalian mengira Abu Hurairah meriwayatkan banyak hadits dari Rasulullah SAW. Hanya Allah Yang Mahamembuat Perhitungan. Aku ini miskin dan aku membantu Rasulullah SAW dengan batas kemampuanku. Kaum Muhajirin sibuk berdagang di pasar. Kaum Anshar sibuk mengurus harta mereka. Maka Rasulullah SAW bertanya, “Siapa yang bersedia membentangkan bajunya, maka dia tak akan pernah lupa sedikit pun apa yang dia dengarkan dariku.” Mendengar hal tersebut, Abu Hurairah pun membentangkan bajunya, lalu beliau SAW menyampaikan haditsnya. “Aku pun menghimpunnya dalam diriku. Alhasil, aku tidak lupa sedikit pun dari apa yang aku dengar dari Rasulullah SAW.” Abu Hurairah RA adalah sahabat yang paling hafal hadits dan paling banyak meriwayatkan, meski persahabatan dirinya dengan Nabi SAW tidak panjang, yakni tidak lebih dari tiga tahun. Ibnu Umar RA mengatakan, Abu Hurairah adalah orang yang menghafal hadits untuk umat Islam. Asy Syafi’i berkata, “Abu Hurairah adalah perawi hadits yang paling hafal pada zamannya.” (fil)

Read More

Keutamaan Orang Membaca Al Qur’an

Jakarta – 1miliarsantri.net : Membaca Al Qur’an bagi Umat Islam tentunya bisa mendapatkan keutamaan berupa diangkat derajatnya oleh Allah. Tetapi, di antara orang yang membaca Alquran, ada juga yang direndahkan oleh Allah. Dalam sebuah hadits disebutkan: عَن عُمَرَ بنِ الخَطٌاَبِ رَضَي اللٌهُ عَنهُ قَالَ: قَالَ رَسُولٌ اللٌهُ عَلَيهِ وَسَلٌمَ اِنَ اللٌهَ يَرفَعُ بِهذَ االكتَاِبِ اَقَوامًا وَيَضَعُ بِه اخَرِينَ (رواه مسلم) Dari Umar RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah mengangakat derajat beberapa kaum melalui kitab ini (Alquran) dan Dia merendahkan beberapa kaum lainnya melalui kitab ini pula.” (HR Muslim) Menurut Maulana Zakariyya al-Khandahlawi dalam kitabnya yang berjudul Fadhilah Amal, barang siapa yang beriman dan beramal dengan Alquran, niscaya Allah akan mengangkat derajatnya dan memuliakannya di dunia dan di akhirat. Siapa saja yang tidak beramal dengan Alquran, Allah pasti menghinakannya. Allah SWT menyatakan dalam Alquran: …يُضل به كثيراً ويهدي به كتيراً…. “… dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah dan (dengan perumpamaan itu pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk…” (QS al-Baqarah [2]:26) Firman lainya: وننزل من القران ما هو شفا ء ور حمة للمو منين ولا يز يد الظلمين الا خسا را…………….؟ “Dan Kami turunkan dari Alquran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Alquran itu tidak menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS al-Isra [17]:82) Menurut Maulana Zakariyya, jika seseorang mulai membaca suatu surah dalam Alquran, malaikat mulai memohonkan rahmat untuknya dan mereka akan terus dalam keadaan berdoa untuknya sampai ia selesai membacanya. Namun, ada pula seseorang yang mulai membaca suatu surah dalam Alquran, tetapi malaikat mulai melaknatnya sampai ia selesai membacanya. Menurut sebagian ulama, terkadang ada seseorang membaca Alquran tetapi tanpa disadari ia telah memohon laknat untuk dirinya sendiri terus-menerus. Misalnya, ia membaca ayat Alquran yang berbunyi: ألا لعنةُ الله علىَ الظَّالمينَ “Ingatlah laknat Allah (ditimpakan) ke atas orang-orang yang zalim.” (QS Hud [11]:18). Sementara itu, ia sendiri berbuat zalim maka laknat Allah pun menimpanya. Atau ayat lain yang berbunyi: { لعنة الله علي ا لكاذبين }….. “Laknat Allah (ditimpakan) ke atas orang-orang yang berdusta.” (QS Ali Imran [3]:61). Sementara itu, ia sendiri suka berdusta maka ia pun terkena laknat itu. Dalam sebuah kisah disebutkan, Amir bin Watsilah RA menceritakan bahwa Umar RA telah mengangkat Nafi’ bin Abdul Haris sebagai wali kota Makkah Mukharamah. Suatu ketika Umar bertanya kepada Nafi’, “Siapakah yang dijadikan pengurus kawasan-kawasan hutan?” “Ibnu Abza RA,“ jawab Nafi’. Umar RA bertanya lagi, “Siapakah Ibnu Abza itu?” Nafi’ menjawab, “Ia adalah seorang hamba sahaya.” Umar RA bertanya, “Mengapa engkau mengangkat seorang hamba sahaya sebagai pengurus?” Nafi’ menjawab, “Ia adalah hamba sahaya yang senang membaca Alquran.” Mendengar jawaban itu, Umar RA langsung menyebutkan sabda Rasulullah SAW, “Melalui Alquran, Allah menghinakan banyak orang dan mengangkat derajat banyak orang.” (fil)

Read More

Sebanyak 450 Bus Sholawat Dipersiapkan

Mekah – 1miliarsantri.net : Rombongan jamaah calon haji Indonesia sudah mulai berdatangan di Madinah. Hari ini ada lima Kelompok terbang (kloter) yang akan tiba di Mekkah, pada pukul 20.00 WAS akan tiba Jakarta Pondok Gede (JKG 01), Solo (SOC) 01, Makassar (UPG) 01 dan dua pukul 22.00 WAS akan tiba dari Aceh kloter (BTJ 01) dan Medan (KNO 01). Pemerintah Indonesia sudah menyiapkan sekitar 450 armada Bus untuk memfasilitasi mobilitas serta aktifitas jamaah haji Indonesia selama melaksanakan ibadah haji di kota suci Makkah. Selain itu juga disiagakan sebanyak 230 orang petugas yang akan dibagi dibeberapa titik sektor wilayah. “Semua armada transportasi shalawat sudah beroperasi bersamaan dengan kedatangan jemaah pada hari ini,” terang Kepala Daerah Kerja Mekkah, Khalilurrahman di Makkah, Arab Saudi kepada media, Jumat (2/5/2023). Khalil menambahkan untuk menyambut kedatangan jamaah, hari ini semua petugas transportasi sudah mulai menempati pos nya masing-masing dan siap melayani jemaah 24 jam penuh. Sementara itu Kasi Transportasi PPIH Arab Saudi Dakker Makkah Asep Subhana mengatakan pemerintah menyediakan dua jenis bus shalawat yang akan digunakan oleh para jamaah. “Ada dua macam bus yang akan digunakan jemaah, yang pertama bus dengan air suspensi khusus lansia dan disabilitas, bus ini dilengkapi dengan kursi khusus disabilitas dan tangga khusus untuk kursi roda,” kata Asep. Pemerintah menyediakan bus shalawat dengan dua warna yaitu warna hijau dan warna kuning namun dengan fasilitas yang sama. Pemerintah juga masih menyiapkan bus cadangan dengan porsi sepuluh persen dari total jumlah armada yang ada untuk mengantisipasi kerusakan bus dan penumpukan penumpang, kata asep. Bus shalawat akan melayani jemaah yang tersebar di 11 sektor dari Mahbas Jin, Raudlah, Jarwal, Misfalah hingga yang terjauh di kawasan Syisah. (wan)

Read More

Yanuardi : MUI Harus Menyebarkan Semangat Perdamaian ke Seluruh Dunia

Jakarta – 1miliarsantri.net : MUI sebagai organisasi payung ormas-ormas Islam Indonesia diharapkan dapat memainkan peran-peran strategis sebagai mitra pemerintah (shodiqul hukumah) dengan memberikan berbagai insights terkait perdamaian. MUI juga harus menjadi pelayan masyarakat (khadimul ummah) dengan menyebarkan semangat perdamaian kepada seluruh masyarakat. Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua MUI, KH DR Marsudi Syuhud dalam sambutan Konferensi Internasional di Jakarta, 21-23 Mei 2023 lalu. Kiai Marsudi menyampaikan visi penting MUI untuk meningkatkan kesadaran manusia akan perdamaian menghadapi masa depan dunia yang tidak stabil dengan ancaman perang di negara-negara Islam maupun lainnya. Diselenggarakan nya Deklarasi Jakarta 2023 sebagai hasil Konferensi Internasional MUI terkait ‘agama, perdamaian, dan peradaban, mendapat sambutan antusias dari ulama internasional. “Kita semua merasakan konflik yang berat dan belum terselesaikan di bagian dunia ini, dalam beberapa hal mereka merasakan rasa sakit ini, dan penderitaan semua orang yang telah kehilangan nyawa mereka dalam perang dan konflik yang tidak masuk akal ini, begitu banyak korban perempuan dan anak-anak dan penghancuran tatanan sosial,” ungkapnya Sementara itu Pengurus Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama MUI, Yanuardi Syukyr mengungkapkan, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dan dilakukan MUI setelah konferensi tersebut. Pertama, MUI perlu melanjutkan konferensi internasional itu secara reguler tiap tahun, dua tahun, atau tiga tahun. Harapan itu tidak hanya berasal dari peserta dalam negeri, tapi juga luar negeri. “Animo duta besar negara sahabat untuk hadir dalam event tersebut juga menjadi tanda bahwa isu ‘agama, perdamaian, dan peradaban’ sangat strategis untuk dibahas secara kontinu,” kata Yanuardi melalui keterangan tertulis kepada media (2/6/2023). Kedua, MUI perlu memainkan khidmah internasional yang terus meluas di berbagai negara. Per 2023 misalnya, Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI juga telah menargetkan untuk menjajaki kemungkinan pembukaan ‘perwakilan MUI” di beberapa negara. “Artinya, peran-peran MUI tidak hanya di dalam negeri, tapi juga untuk memberikan makna dan solusi bagi permasalahan umat Islam di luar negeri,” sambung Yanuardi. Ketiga, perlunya diseminasi karya ulama Indonesia ke dunia global. Salah satu yang penting juga adalah kepentingan riset atau akademis. Karya-karya ulama dan para tokoh perlu disebarkan kepada masyarakat Internasional. “Perlu penerjemahan karya dan produk MUI, sehingga masyarakat internasional dapat memahami itu dengan baik,” ungkap Yanuardi. Dalam konflik, masyarakat kehilangan kemanusiaan, kasih sayang, rasa hormat, kehilangan rasa toleransi kepada sesama manusia. Pengutamaan nilai-nilai universal menjadi penting. Artinya, common values di Indonesia atau di tingkat dunia penting untuk ditemukan. Bahkan, dijaga dan dijadikan pijakan dalam interaksi lintas-negara untuk mencapai perdamaian. “Dengan demikian, semangat damai itu tidak hanya menjadi milik masyarakat kita tapi diharapkan juga dapat terus disebarkan kepada masyarakat dunia dimana masyarakat kita terkoneksi secara komunitas lintas-negara maupun melalui jaringan personal di luar negeri,” pungkas Yanuardi. (wink)

Read More

Hal-hal Nyeleneh Dalam Tasawuf

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Abu Yazid Al-Basthami pernah mengajak beberapa muridnya untuk bertemu salah seorang yang saat itu mulai terkenal dengan kewalian, zuhud, dan sering dikunjungi oleh orang banyak. Saat sampai ke tempat orang yang dituju, Abu Yazid melihatnya sedang shalat, dan membuang ludah ke arah kiblat. Sebagaimana yang diketahui, makruh hukumnya membuang ludah ke arah kiblat. Tanpa banyak basa-basi, Abu Yazid langsung putar balik dan pulang. Ia berkata kepada muridnya, “Orang itu tidak mengamalkan adab-adabnya Rasulullah, bagaimana mungkin saya bisa percaya dengan klaim dia sebagai wali?” Meskipun ini cuma makruh, yang bahkan sebagian orang akan menilai bahwa selama itu tidak berdosa akan tidak masalah, akan berbeda cara pandangnya jika yang melihat adalah ahli tasawuf dan objeknya adalah orang yang mengaku sebagai wali dan memiliki karamah. Cara menilai ahli tasawuf adalah seberapa kuat ia berpegangan dengan syariat, bukan senyeleneh apa ia berbuat. Dari apa yang diperbuat oleh Abu Yazid, kita paham hakikat makna dari ucapan -Faqih Mishr, Laits bin Sa’ad: “Jika kalian melihat orang berjalan di atas air dan terbang di atas langit, jangan tertipu, sampai kalian lihat bagaimana keseharian dia dengan Al-Quran dan Sunnah.” Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thahir, seorang wali besar yang diakui keilmuan dan kewaliannya oleh banyak ulama di masanya, penulis kitab Sullam al-Taufiq, pernah berkata dengan perkataan yang menggambarkan kesehariannya selama hidup, “Aku tidak pernah melakukan hal yang dihukumi makruh, bahkan tidak pernah terlintas di hatiku keinginan untuk melakukan hal tersebut.” Habib Abdullah bin Husein bin Thahir, meskipun sudah mampu menggabungkan antara ilmu zhahir dan bathin, sebagaimana Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi, penulis Maulid Simtudh Dhurar menilai beliau sebagai al-Jami’ baina Ilmai al-Zhahir wa al-Bathin, kita tidak akan pernah melihat beliau mengucapkan atau melakukan hal-hal yang nyeleneh. Kita belajar dari keseharian beliau, bahwa orang yang semakin tinggi dan hebat tasawufnya, akan semakin kuat ibadah syariatnya. Wirid harian beliau, sebagaimana yang sudah masyhur: shalat malam dengan 10 juz Al-Quran, shalat Dhuha dengan 8 juz Al-Quran, membaca Ya Allah 25.000 kali, membaca kalimat tahlil 25.000 kali, dan shalawat 25.000 kali. Inilah “nyeleneh” yang diajarkan beliau: ibadah yang berbeda dengan kebanyakan orang. Bukan sekedar ucapan dan omong kosong belaka. Setelah semua itu, ibadah dan wirid yang sangat banyak, beliau memiliki doa yang juga masyhur, yang isinya mengakui kekurangan dalam ibadah dan banyanya kesalahan: “Ya Allah, kami tidak memiliki amal. Semua perbuatan kami hanya kesalahan dan dosa. Namun kami punya harapan kepada-Mu agar Engkau menghapus kesalahan itu. Wahai Dzat yang mendengarkan doa, kami memohon taubat nasuha, dan ampunan dosa, sebelum dosa itu terlihat oleh para makluk-Mu.” Sayyid Al-Qutb Ahmad Al-Rifa’i mengatakan: “Jangan kalian mengatakan, kami adalah ahli batin dan mereka masih ahli zahir. Agama Islam ini menggabungkan keduanya, bathin menjadi inti dari zahir, dan zahir menjadi bungkus dari batin.” Sebetulnya, kita tidak akan melihat sesuatu yang aneh pada orang yang paham akan agama. Syariat dan hakikat akan berjalan beriringan. Terlebih orang yang sudah mengaji tasawuf sudah diharuskan khatam mengaji apa itu syariat. Hingga kita akan bertemu dengan orang yang tidak ingin repot dengan belajar syariat, lalu loncat mengkaji ilmu tasawuf hingga lahirlah banyak salah faham. Ada tiga faktor utama menurut Syekh Ahmad Zarruq al-Fasi yang menjadib penyebab munculnya keanehan dari para pendaku tasawuf: Pertama: lemahnya iman, tidak ada ilmu seputar apa saja yang dilarang syariat, gelapnya hati dari cahaya iman yang menunjukkan dan memberikan arah untuk meniti jalan yang ditapaki oleh Rasulullah ﷺ. Kedua: tidak tahu pokok ilmu tariqat dan memiliki keyakinan bahwa syariat berbeda dengan hakikat. Ini adalah asal muasal ajaran zindiq. Ketiga: memiliki penyakit cinta popularitas, ambisi ingin memimpin, sehingga jiwa terus memaksa untuk mencari cara yang dapat menarik perhatian orang lain dengan memberikan hal-hal yang asing, ia terlihat seperti berbicara tentang Tuhan, tapi sebetulnya ia hanya membicarakan dirinya. (fq)

Read More