Assikalaibineng Kitab Kuno Suku Bugis Makassar

Makassar — 1miliarsantri.net : Suku Bugis-Makassar memiliki kitab kuno yang membahas tentang etika bercinta bagi pasangan suami istri. Kitab itu adalah Assikalaibineng. Assikalaibineng adalah kitab tuntunan malam pertama bagi pengantin baru.
Kitab ini tak hanya berisi tentang cara hubungan seksual antara suami-istri, tetapi juga berisi tentang teknik sebelum dan sesudah berhubungan badan termasuk doa-doanya, teknik untuk berhubungan badan untuk untuk menentukan jenis kelamin anak atau bahkan waktu yang baik dan buruk untuk berhubungan badan.
Assikalaibineng merupakan manuskrip kuno dengan tulisan aksara Lontara. Secara harafiah, Assikalaibineng terdiri dari dua suku kata bahasa bugis, yaitu Lai yang berarti lelaki atau suami, dan Bineng atau Bene yang berarti perempuan atau istri. Namun, jika diartikan secara utuh, Assikalaibineng berarti cara berhubungan suami-istri.
Assikalaibineng mulanya adalah ajaran eksklusif yang hanya diajarkan secara turun-termurun di kalangan bangsawan Bugis-Makassar. Manuskripnya pun tidak utuh dan tersebar di berbagai daerah di Sulawesi Selatan.
Profesor dari Universitas Hasanuddin, Muhlis Hadrawi, menjelaskan, Assikalaibineng merupakan kitab literasi seksualitas suku Bugis. Secara etimologi ungkapan tersebut artinya hubungan laki-laki dan perempuan (suami-istri).
“Teks assikalaibineng secara umum membahas terkait konsep seksualitas, pengetahuan alat reproduksi, prosedur/ tahapan hubungan, teknik sentuhan 12 titik, teknik bertahan (hati+pikiran+gerakan), menentukan jenis kelamin, kualitas anak (generasi), tata cara pembersihan tubuh, pengendalian kehamilan, waktu yang baik hubungan suami-istri, pengobatan dan perawatan kelamin, doa-doa, dan hal-hal lainnya,” ujar Mulis dikutip Senin (02/10/2023).
Sementara, Periset dari Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban (PR KKP), Abu Muslim, menjelaskan kasih sayang Tuhan dalam sistem pengetahuan seksualitas masyarakat Bugis melalui pembacaan kontekstual lontara Assikalaibineng.
Dia menyampaikan, manuskrip assikalaibineng sebagai pusaka dalam bentuk tulisan tangan yang berisi tentang pola dan pengetahuan seksualitas masyarakat Bugis. Hal itu merupakan warisan turun temurun.
Assikalaibineng ditujukan sebagai sebuah pengetahuan yang malebbi, yaitu sesuatu yang harus ditempatkan dengan cara-cara bijaksana dan mulia. Sehingga jika terdapat hal-hal yang dapat membuat sistem pengetahuan assikalaibineng ini melenceng dari sifat malebbi’ nya, maka hal tersebut dapat merancukan atau mengurangi aspek kebaikan yang ditimbulkannya.
“Manuskrip Assikalaibineng secara kontekstual sebagai upaya rekonstruksi sosial budaya, intelektual, dan keagamaan yang berkembang di Tanah Bugis,” ujar Muslim.
Assikalaibineng mulanya adalah ajaran eksklusif yang hanya diajarkan secara turun-termurun di kalangan bangsawan Bugis-Makassar. Manuskripnya pun tidak utuh dan tersebar di berbagai daerah di Sulawesi Selatan.
Belakangan, Muhlis Hadrawi mengumpulkan manuskrip itu lalu menerjemahkannya dan menjadikannya sebuah buku panduan bercinta yang diterbitkan pada 2009. Buku dengan judul Assikalaibineng, Kitab Persetubuhan Bugis itu didedikasikan sebagai tesis untuk meraih gelar magister Muhlis di Universitas Indonesia pada waktu itu.
Pada bagian awal buku ini, Muhlis Hadrawi menyebut ada 44 manuskrip Lontara yang dikumpulkannya dan lalu dijadikan sebagai rujukan utama penulisan buku tersebut. Ke-44 naskah itu terdiri dari 28 manuskrip beraksara Lontara Bugis dan 16 lainnya beraksara Lontara Makassar.
“Aksaranya macam-macam, ada Sulapa Eppa, Serang, dan Jangang-Jangang,” tulis Muhlis Hadrawi pada halaman 10 buku itu.
Assikalaibineng Terinspirasi dari Ajaran Islam
Sejatinya, Assikalaibineng adalah kitab tuntunan berhubungan suami-istri yang diatur sesuai budaya Bugis-Makassar, tapi tak lepas dari nilai-nilai Islam. Buku ini berisi tentang tips, trik, etika bahkan doa-doa saat ingin berhubungan badan atau setelahnya.
Terbukti pada salah satu bagian dalam buku ini dijelaskan dalam teks berbahasa Bugis dan ditulis dalam aksara Lontara, perihal ritual malam pertama. Seperti yang diajarkan, sang pria dianjurkan memulai dengan niat dan melihat dirinya sebagai aksara Arab Alif dan perempuan sebagai aksara Arab Ba, lalu dianjurkan memberi salam.
Pada bagian lain dalam buku itu disebutkan, sang suami disebut sebagai Ali atau sahabat dan menantu Nabi Muhammad lalu perempuan disebut sebagai Fatimah yang tak lain adalah putri Nabi Muhammad.
Saat pria memegang tangan perempuan, dia dianjurkan bersyahadat dan berniat Malaikat Jibril yang menikahkan dan Nabi Muhammad yang menjadi wali atas kehendak Allah Ta’ala. Kitab Persetubuhan Bugis ini juga banyak menjelaskan tentang titik-titik rangsangan pada perempuan, atau bahkan tentang siklus perubahan titik rangsangan perempuan yang sesuai dengan siklus menstruasinya. Dalam kitab itu titik pusat rangsangan tertinggi perempuan disebut Mani.
“Inilah pengetahuan dari Baginda Ali ketika hendak berhubungan dengan Fatimah. Malam Jumat dia mencium ubun-ubun sebab di situlah maninya berada, Sabtu dia mencium kepalanya, sebab di situlah maninya berada, malam Ahad, Ali mencium mata Fatimah sebab di situlah maninya berada, malam Senin diciuminya perantara keningnya,” tulis Muhlis menerjemahkan salah satu manuskrip Lontara yang dia peroleh.
Di manuskrip lain disebutkan ada tujuh titik rangsangan yang menjadi daerah sensasi saat malam pertama. Ketujuh titik itu berbeda pada setiap harinya tergantung hari apa malam pertama itu berlangsung.
Ketujuh titik itu adalah Buwung atau ubun-ubun pada malam Jumat, Ulu atau Kepala pada malam Sabtu, mata pada malam Ahad, Lawa Anning atau perantara alis pada malam Senin, Inge’ atau hidung pada malam Selasa, Pangolo atau payudara pada malam Rabu, dan Uluwati atau Ulu Hati pada malam Kamis.
“Efek rangsangan terbaik bila dilakukan pada rangkaian titik peka itu, diraba, lalu selalu diiringi ciuman, sebelum masuk ke tahap penetrasi, yang diikuti beberapa mantra dalam bahasa Arab dan Lontara,” jelas Muhlis Hadrawi dalam buku yang ditulisnya itu. (hen)
Baca juga :
- Arab Saudi Tangkap Hampir 16.000 Dan Proses Hukum 25.689 Orang Diawal Musim Haji 2025, Ini Penjelasannya
- Santri Ponpes Al Imam Berlaga Hingga Grand Final Olimpiade Sains Pelajar 2025 Kabupaten Kediri
- Arab Saudi Perketat Aturan Haji Terkait Larangan Visa Selain Visa Haji, Ini Penjelasan Kemenag
- 212.242 Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji Jelang Penutupan
- Pemerintah Arab Saudi Larang Jamaah Tanpa Visa Haji Masuk Makkah, Simak 4 Aturan Terbaru