Gus Mus : Jadilah Muslim Yang Tidak Pernah Menyakiti Saudara Sendiri

Rembang — 1miliarsantri.net : Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Raudlatut Thalibien Leteh Rembang, sekaligus Mustasyar Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), mengungkapkan salah satu ciri muslim sejati dalam pandangan Al-Qur’an dan Sunnah yakni seseorang bisa dikatakan muslim sejati jika mampu menjaga keselamatan lisan maupun perbuatan.

Artinya, dia tidak pernah menyakiti saudaranya sendiri, baik dalam lingkup keluarga maupun saudara sesama muslim maupun saudara dalam ikatan sosial masyarakat.

“Muslim yang sempurna itu orang Islam yang tidak pernah melukai muslim lainnya. Muslim di kanan dan kirinya selamat. Tidak pernah terlukai, tidak pula sakit hati. Karena dia tidak menyakiti saudaranya yang Muslim, baik dengan lisan maupun tangannya,” terang Gus Mus kepada 1miliarsantri.net, Kamis (24/08/2023).

Gus Mus menjelaskan, orang Islam yang mulut dan tindakannya menyakiti orang lain, belum menjadi seorang muslim sejati. Orang seperti itu hanya mengaku muslim saja.

“Itu ngakunya saja Islam, tapi tidak sempurna. Bukan Muslim yang kamil,” lanjutnya.

Sama halnya dengan hijrah. Belakangan banyak orang menggunakan istilah hijrah untuk menandai perubahan mencolok dari seseorang. Misalnya seorang selebritas yang tadinya tidak mengenakan hijab, tiba-tiba berpakaian syar’i.

Gus Mus menjelaskan, hijrah berarti ‘man haajara maa nahallaahu ‘anhu. Jadi, yang dinamakan muhajir (pehijrah) itu bukan transmigran atau imigran. Orang yang hijrah adalah orang yang menjauhkan diri dari sesuatu yang dilarang Allah SWT.

“Ada yang hijrah itu pikirnya, pokoknya kalau memakai jilbab sudah hijrah. Asalnya tidak memakai jilbab, lalu memakai jilbab: ‘Ini sudah hijrah.’ Begitu,” ungkapnya.

Menurut Gus Mus, justru ada yang lebih konyol lagi. Asalnya orang Islam ini sudah baik dengan tetangga, lalu memusuhi tetangganya yang tak seagama itu dengan dalih dia telah hijrah.

“Hijrah itu man hajara maa nahallaahu ‘anhu, ini namanya hijrah. Ini menurut Kanjeng Nabi Muhammad SAW: orang yang menjauhi larangan Allah swt. Yang dilarang Allah apa (ditinggalkan), itu namanya muhajir (orang yang hijrah),” tegasnya mengutip hadits.

Gus Mus mencontohkan, orang yang hijrah, yaitu orang yang selama ini tenang saja melanggar larangan Allah swt, kemudian dia berhenti meninggalkan itu.

“Misalnya kemarin itu menjadi peminum mabuk-mabukan, kemudian tahu bahwa ini dilarang oleh Allah swt, lalu ditinggalkan, ini muhajir (orang yang hijrah). Tidak sekadar memakai kerudung, terus dikatakan muhajir,” pungkas Gus Mus. (hud)

Baca juga :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *