Duo Pemimpin Tangguh Samarkand

Baghdad — 1miliarsantri.net : KZ Ashrafyan dalam artikelnya, “Central Asia under Timur from 1370 to the Early 15th Century” mengatakan, Timur Lenk berperan besar dalam kebangkitan peradaban Islam di Asia tengah. Sebagai penguasa, ia cerdas dan menyukai perkembangan ilmu dan seni. Sebagai panglima perang, ia amat tangguh dan–sering kali–digambarkan kejam. Bagaimanapun, tokoh yang mendaku berdarah Mongol itu menjuluki dirinya sendiri, Syaifullah atau ‘pedang Allah.’

Selama 35 tahun memimpin, Timur berhasil merebut berbagai wilayah di sekitar Laut Kaspia, lembah Sungai Ural dan Volga. Seluruh Persia hingga kawasan Irak utara dan bahkan Baghdad berhasil dikendalikannya. Di sisi timur, ia berhasil menduduki daerah hingga perbatasan Pegunungan Hindu Kush.

Tidak jauh berbeda dengan para tokoh militer Mongol, Timur Lenk menerapkan taktik yang kejam. Sebagai contoh, serbuannya atas Isfahan. Rakyat setempat dan penguasa lokal enggan menyerahkan pajak pada Samarkand. Maka kota tersebut diserbunya. Sekira 200 ribu warga tempatan dibantainya.

Bagaimanapun bengisnya, Timur Lenk cukup visioner dengan tidak gegabah dalam menyapu suatu daerah. Saat melakukan penyerbuan, ia menghindari tindakan apa pun yang berpotensi merusak tempat-tempat ibadah serta pusat-pusat keilmuan, termasuk madrasah dan perpustakaan.

Kemudian, warga lokal yang berasal dari kalangan ulama, cendekiawan, ilmuwan, dan seniman dibiarkannya hidup. Mereka lantas diajak atau dipaksa hijrah ke ibu kota, yakni Samarkand. Dengan begitu, Timur menjadikan pusat kerajaannya bergeliat dengan pelbagai aktivitas keilmuan dan seni.

Semasa hidupnya, sang penakluk menjadi patron banyak ilmuwan dan seniman terkemuka. Sebut saja, sejarawan Ibnu Khaldun dan penyari Persia, Hafez. Kelak, para penerus takhta Dinasti Timuriyah juga mengikuti jejaknya dalam mendukung kemajuan sains dan seni di Samarkand.

Di antara mereka adalah Ulugh Beg, yang berkuasa pada periode 1411-1449. Cucu Timur Lenk itu berkontribusi besar bagi perkembangan astronomi serta ilmu matematika, khususnya pencarian tentang trigonometri. Pada masanya, terjadi pendirian banyak madrasah di Samarkand dan Bukhara.

Timur Lenk meninggal pada Februari 1405. Ia dan anak keturunannya berjasa besar, antara lain, dalam mengangkat kebudayaan Persia dan Turki dalam konteks peradaban Islam di Asia. Kedudukan bahasa Persia menjadi mirip bahasa Arab.

Apabila dahulu, pada era Umayyah dan Abbasiyah, Arab menjadi bahasa pemersatu, kini peran itu diambil bahasa Persia. Kalau pada masa silam mercusuar peradaban yang terkemuka adalah Baghdad, kini fungsinya dimiliki Samarkand dan kota-kota sekitar, termasuk Bukhara dan Merv.

Dalam periode duo-penguasa ini, Timur Lenk dan Ulugh Beg, Samarkand berkembang amat pesat. Hampir separuh aktivitas perdagangan di Asia berputar di kota tersebut. Pada masa itu, pasar-pasar setempat menjadi titik temu pelbagai komoditas dari Cina, India, Nusantara, dan sebagainya. Beragam produk seperti kulit, linen, rempah-rempah, sutera, dan batu mulia mudah ditemukan di sana.

Kemajuan juga ditandai dengan pembangunan banyak monumen dengan nuansa yang megah dan indah. Sebagai contoh, Gur e Amir, yakni bangunan besar yang dimaksudkan sebagai kompleks kuburan bagi jasad Timur Lenk. Konstruksi dengan kubah setinggi 30 meter itu di kemudian hari memengaruhi gaya arsitektur khas Mughal, seperti tecermin pada kompleks Taj Mahal di Agra (India) serta Taman Babur di Kabul (Afghanistan).

Nama lengkapnya adalah Muhammad Taragai Ulugh Beg. Dialah penguasa Dinasti Timuriyah dalam periode antara tahun 1447 dan 1449. Namanya dikenang luas tidak hanya sebagai raja, tetapi juga ilmuwan.

Cucu Timur Lenk itu berhasil menjadikan ibu kota negerinya, Samarkand, sebagai pusat peradaban Islam yang maju pada masanya. Perhatiannya tercurah besar pada perkembangan ilmu pengetahuan dan sains. Bukan hanya memfasilitasi para cerdik cendekia, peneliti, dan sarjana yang berkiprah di Timuriyah. Dirinya juga terlibat langsung dalam beberapa riset, khususnya dalam bidang astronomi dan matematika.

Sosok yang namanya diabadikan menjadi salah satu kawah di bulan itu memang menampilkan diri sebagai umara yang ‘ulama. Ia mendirikan banyak madrasah, perpustakaan, rumah sakit, dan laboratorium di wilayah kerajaannya, khususnya Samarkand. Salah satu legasinya yang paling berkesan adalah observatorium. Di sanalah tempat para saintis mengamati benda-benda langit dengan bantuan alat-alat, semisal teleskop atau teropong besar.

Observatorium Ulugh Beg berdiri di Samarkand pada 1420. Pembangunannya bermula dari sebuah kunjungan yang dilakukan sang raja Timuriyah ke Observatorium Maragha. Bangunan yang berlokasi di Maragha—sekitar Provinsi Azerbaijan Timur, Iran, kini—tersebut kala itu dipimpin seorang ilmuwan Persia, Nashiruddin Tusi. Pada waktu itu, observatorium tersebut merupakan yang paling lengkap dan terkenal di seluruh Eurasia.

Sesudah lawatan itu, Ulugh Beg menjadi sangat bersemangat untuk mendirikan bangunan serupa di Samarkand. Untuk itu, ia mengundang puluhan ahli astronomi dan pakar matematika dari berbagai penjuru dunia. Mereka diminta untuk merancang sebuah observatorium yang lebih hebat dari kepunyaan Negeri Maragha.

Hasilnya sangat menakjubkan. Dengan dukungan Nashiruddin Tusi, pusat penelitian fenomena langit itu tidak hanya dilengkapi berbagai perlengkapan yang paling canggih pada masanya. Di sana, terdapat pula perpustakaan dengan koleksi yang meliputi ratusan ribu buku.

Dengan meriset di sana, Ulugh Beg menghasilkan banyak karya ilmiah. Di antaranya adalah Zij-I Sultani, yakni tabel astronomi yang memuat gambaran serta deskripsi sekitar seribu bintang, serta pelbagai benda langit lainnya. Kitab itu terbit pada tahun 1437 dalam bahasa Persia.

Hingga abad ke-18, Observatorium Ulugh Beg masih menjadi satu institusi yang dihormati oleh pakar astronomi dunia. Sayangnya, kompleks ilmu pengetahuan itu sempat dirusak pada 1449 oleh sebuah kerusuhan lokal. Jauh kemudian, tepatnya pada 1908 bangunan itu ditemukan kembali. Kini, yang tersisa darinya “hanya” bagian fondasi dengan beberapa konstruksi yang masih tegak berdiri. (ris)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *