
BMH Hadirkan Air Bersih untuk Santri Di Pelosok Lamongan Dan Pamekasan
Mendukung program bantuan sumur bor di pondok pesantren yang kesulitan mendapatkan air bersih adalah bentuk nyata kepedulian sosial dan amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Air bersih adalah kebutuhan mendasar bagi para santri untuk belajar, beribadah, dan menjaga kesehatan, sehingga setiap tetes bantuan dari para donatur akan membawa kebaikan yang tak terputus. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruqutni). Dengan menyisihkan sebagian rezeki untuk membantu penyediaan air bersih, para donatur bukan hanya meringankan beban sesama, tapi juga menanam investasi amal yang terus mengalir bahkan setelah mereka tiada. Sumur Bor ke-199 di tanah Lamongan Kekuatan umat melalui Laznas BMH terus menorehkan jejak kebaikan. Terbaru, BMH sukses menancapkan wakaf sumur bor ke-199 di tanah Lamongan (24/5). Kali ini, air bersih mulai mengalir di Pondok Pesantren Nashoihuddin, Desa Sambi Galih—menjadi penawar dahaga santri yang selama ini bergantung pada air rawa keruh. Sebelum sumur bor hadir, para santri hanya bergantung pada air rawa yang keruh dan tidak layak pakai. Kondisi ini membuat aktivitas belajar maupun ibadah di pesantren menjadi kurang optimal. Ustadz Moch. Maftuhin menyambut sumur bor itu dengan penuh syukur. Baginya, kehadiran air bersih tak hanya menjawab kebutuhan fisik, tapi juga memudahkan aktivitas harian santri di pesantren. “Alhamdulillah, sekarang mereka bisa lebih mudah mendapat air bersih. Kami sangat berterima kasih kepada para donatur BMH. Ini benar-benar anugerah,” ujarnya. Sementara itu, Imam Muslim, Kepala Divisi Program dan Pendayagunaan BMH Jawa Timur, menyebut sumur bor ini sebagai wujud nyata kebaikan donatur yang terus berdampak besar. “Selain menyediakan air bersih, bantuan ini juga membuat santri lebih nyaman dalam belajar, beribadah, dan menjalani aktivitas sehari-hari. Inilah wakaf yang tak hanya bermanfaat kini, tapi juga mengalirkan pahala untuk para pemberi,” ujarnya. BMH terus bergerak dalam diam, menghadirkan harapan di tengah kesulitan. “Lewat wakaf produktif, BMH membawa air bersih ke pelosok negeri—bukan sekadar memberi, tapi menjaga harkat para santri dan warga yang memperjuangkan hidup dengan iman dan ilmu,” tutup Imam Muslim. Sumur Bor ke-200 BMH Mengalir di Pamekasan Ada air mata yang jatuh bukan karena duka, melainkan karena haru dan syukur yang tak bisa ditahan. Di tengah halaman Pesantren Baitul Hikmah, Desa Panaan, Palengaan, Pamekasan, air bersih pertama kali mengalir dari sumur bor baru. Bukan sembarang sumur, ini adalah sumur bor ke-200 yang direalisasikan oleh LAZNAS BMH di Jawa Timur (23/5). Bagi sebagian orang, air bersih mungkin hal biasa. Tapi bagi para santri di sini, air adalah perjuangan. Abdurrahman, santri penghafal Qur’an, masih ingat betul rasa lelah membawa ember siang-siang, kadang harus pulang dengan tangan kosong karena air sudah habis. “Sekarang Alhamdulillah, kami sudah bisa ambil air di pondok sendiri,” katanya, matanya bersinar, seolah tak percaya bahwa hari ini akhirnya datang juga. Air memang tak bersuara, tapi kehadirannya bisa menenangkan. Dan di tempat seperti pesantren ini, air bukan sekadar kebutuhan, tapi juga penopang ibadah, pembelajaran, dan kehidupan. Hadirnya sumur bor ini bukan hanya menyelesaikan krisis air, tapi juga menyiramkan semangat baru bagi para santri yang tengah menghafal Kalamullah. Imam Muslim, Kepala Divisi Program dan Pendayagunaan BMH Jawa Timur, menyebut peresmian ini sebagai tonggak penting perjuangan panjang menghadirkan akses air layak hingga ke pelosok. “Ini adalah sumur ke-200 kami di Jatim. Alhamdulillah, para santri kini tak lagi tergantung pada sumur warga. Mereka bisa belajar dan beribadah dengan lebih nyaman,” tuturnya. Sumur ini mungkin tak besar. Tapi dampaknya sangat luas. Di balik aliran airnya, mengalir pula harapan, ketenangan, dan semangat baru. Karena di sanubari setiap tetesan air itu, ada doa-doa yang dijaga, ayat-ayat yang dihafal, dan masa depan yang sedang dipersiapkan. Dan kita semua—yang ikut berkontribusi walau hanya sebutir doa atau setetes sedekah—menjadi bagian dari mengalirnya kehidupan ini.*** Penulis : Toto Budiman Editor: Thamrin Humris Sumber : BMH Foto istimewa