Makna Rukun Umroh : Mengasah Mental Pejuang  Tangguh, Siap Hadapi Ujian Kehidupan

Surabaya – 1miliarsantri.net : Sebagian masyarakat memandang umroh sekadar ibadah fisik, berpakaian ihram, thawaf, sa’i, hingga tahallul. Namun di balik setiap rukun yang dijalani, tersimpan pelajaran mendalam tentang ketundukan, kesabaran, dan perjuangan. Umroh sejatinya adalah latihan jiwa, di mana seorang Muslim ditempa untuk menjadi pribadi yang kuat, ikhlas, dan teguh dalam menghadapi ujian kehidupan.

Setiap langkah di tanah suci bukan hanya ritual, tapi simbol perjalanan spiritual yang mengasah mental pejuang sejati. Mereka yang siap menghadapi dunia dengan hati yang bersih dan niat yang lurus. Mengasah jiwa untuk lapang dan tangguh menghadapi ujian apapun.

Masih teringat dalam memori terkait percakapan teman tentang umroh. Dia menceletuk, “Mbak orang umroh itu lho 80% jalan-jalan lalu pamer. 20% paling ya ibadah. Sayang, uangnya.”

Saat itu penulis memiliki impian untuk umroh di usia muda. Mendengar statement itu, sempat ragu menabung untuk umroh.

Semua keraguan itu terjawab dari nasihat ustaz Sonny Abi Kim yang kebetulan muncul di fyp Tik Tok, “Umroh adalah saat yang paling indah untuk mengadu, menyampaikan segala keresahan, gelisah, sedih, cemas dan seringkali rasa yang membuat dada kita sempit. Maka semoga dengannya Allah karuniakan kepada kita dada yang lapang.”

Dan alhamdulillah di awal tahun 2025 saat usia 30 tahun, Allah mengundang penulis dan keluarga untuk umroh. Selama perjalanan, MasyaAllah ini bukan sekadar jalan-jalan, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang memotivasi diri untuk lebih lapang menghadapi ujian.

Ketika hidup terasa berat, jalan terlihat buntu, terbersit kata menyerah. Sejenak mengingat kembali pengalaman umroh, MasyaAllah rasanya ada energi masuk yang membuat diri ikhlas dan berani menghadapi apapun rintangan hidup.

Lantas apa hubungan makna umroh dengan ujian hidup. Mari simak sampai akhir penjelasan detail dalam artikel ini!.

Ihram: Pentingnya Tujuan Sejati Dalam Hidup

Pertama kali miqat, hati terasa merinding seperti menjalani miniatur kematian. Tidak ada pakaian branded, ataupun semerbak parfum aroma mahal. Yang boleh dikenakan hanya sehelai kain putih tanpa jahitan dan wewangian. 

Dari proses miqat mengingatkan kembali pentingnya memiliki tujuan sejati. Ketika seseorang memiliki tujuan besar, saat ditimpa badai ujian sekecil atau sebesar apapun tidak akan mudah menyerah dan terus bangkit.

Dari pakaian Ihram saat miqat diingatkan kembali bahwa tujuan sejati manusia yaitu   “Innā lillāhi wa innā ilaihi rājiʿūn”. Bahwa diri ini berasal dari Allah, hidup untuk Allah dan kembali kepada Allah.

Jika kita menjadikan Allah tujuan dalam melangkah, kita tidak merasa cemas dalam memikirkan masa depan yang tidak pasti. Allah akan selalu melindungi kita yang termaktub dalam Al-Baqarah ayat 112, “Orang yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah serta berbuat ihsan, akan mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.

Tawaf: Butuh Konsisten Mencapai Tujuan

Bagian rukun umroh yang membuat jantung berdebar adalah tawaf mengelilingi ka’bah ditengah jutaan umat manusia yang berdesak-desakan, kadang terasa sesak.

Bagi introvert ini adalah tantangan tersendiri harus menghadapi keramaian. Anehnya penulis yang juga introvert, merasakan kedamaian mengelilingi ka’bah di tengah hiruk pikuk kerumunan lautan manusia.

Dalam proses tawaf mencerminkan kehidupan itu sendiri. Dalam keseharian  kita harus terus berjalan, meski lelah. Kadang ada yang mendahului, kadang kita tertinggal. Tapi yang penting adalah tetap bergerak menuju tujuan. Dan terus berdoa agar tidak kehilangan harapan.

Dalam proses mengelilingi ka’bah, sebagai manusia rasanya ditampar oleh realita. Selama hidup mungkin kita sering berjalan mengejar duniawi kesana kemari, lelah batin hingga akhirnya berniat untuk bunuh diri.

Padahal mau berjalan sejauh manapun, hidup kita akan kembali dihadapan  Sang Maha Pencipta. Jika langkah demi langkah kita menuju Allah, rasanya jiwa ini lebih ikhlas, hidup lebih bermakna dan bersemangat menggali amal kebaikan.

Sa’i: Menuju Tujuan Tak Lepas Dari Ujian

Rukun umroh yang sangat melelahkan bahkan kepikiran untuk berhenti di putaran ke 4. Meskipun 3 bulan sebelum umroh rajin jalan kaki. Bolak-balik 7 kali dari Shafa dan Marwah sepanjang 3 km dalam waktu 2 jam. Langkah kaki terasa berat, napas memburu, badan goyah.

Namun penulis terus berjalan karena teringat bagaimana perjuangan luar biasa Ibunda Hajar. Bayangan Ibunda Hajar harus berjuang seorang diri demi menyelamatkan bayi Ismail dari kehausan parah di tengah lembah gersang, panas, tandus yang tak berpenghuni.

Tapi tekadnya sangat kuat untuk mendaki bukit terjal Shafa dan Marwah untuk mencari setetes air demi sang anak. Percobaan pertama hanya melihat hamparan pasir dan bebatuan. Namun Ibunda Hajar terus mendaki bolak-balik sebanyak 7 kali. 

Hingga akhirnya Allah memberi pertolongannya dengan munculnya Zamzam dari hentakan kaki Ismail. Mata air yang terus mengalir sepanjang zaman.

Dari kisah Ibunda Hajar diingatkan kembali bahwa kalau punya tujuan tak akan lepas dari ujian. “Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”  (Al-Baqarah:155).

Sa’i juga bukti betapa Allah Sang Maha Kaya dan Pengasih. Ketika umatnya meminta setetes air malah diberikan sumber mata air. Dan ketika umatnya seorang diri mengalami penderitaan, Allah akan memberikan pertolongan langsung.

Tahalul: Transformasi Menuju Perubahan

Tahalul tak sekedar ritual potong rambut, ada pesan tersirat di dalamnya. Dari memotong rambut diajarkan untuk ikhlas melepas. Melepaskan bukan berarti berkurang, tapi justru bertumbuh.

Dari Tahalul juga menjadi titik balik perubahan  dengan memulai membuka lembaran baru menjadi manusia seutuhnya. Yang mana bisa memaksimalkan intelektualitas, emosional, spiritualitas dan sosial untuk menghadapi tantangan hidup selanjutnya dengan hati yang suci, sabar, ikhlas dan cinta kepada Allah.

Perjalanan umroh teramat jauh dan menjalani rukun umroh begitu melelahkan. Setiap doa dan tangisan yang membawa memori buruk, menyakitkan, dendam semua melebur yang tersisa hanyalah lapang dada, pikiran terbuka dan setiap langkah terasa mudah.

Sepulang umroh menjadi manusia yang tegar. Apapun badai ujiannya yang terpenting terus bergerak, berjalan, dan berdoa. Semoga kita semua segera bisa diundang Allah ke Baitullah. Amin ya rabbal alamin.

Kontributor : Iftitah

Editor  : Toto Budiman


Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Berikan Komentar Anda

Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca