Santri Melek Digital: Menjadi Generasi Muslim yang Cakap Teknologi dan Tetap ‘Membumi’

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di tengah derasnya arus digitalisasi, para santri dituntut tidak hanya fasih dalam ilmu agama, tetapi juga cakap dalam teknologi. Dunia kini bergerak cepat, dan kemampuan mengakses serta memanfaatkan teknologi menjadi kebutuhan dasar, termasuk bagi generasi pesantren.

Namun, tantangannya bukan sekadar melek digital, tetapi juga bagaimana para santri tetap membumi dalam akhlak, menjaga adab, dan menjadikan kecanggihan teknologi sebagai sarana dakwah dan kemaslahatan umat. Artikel ini mengajak kita melihat bagaimana santri masa kini bisa tampil sebagai generasi Muslim yang adaptif terhadap perubahan, tanpa kehilangan jati diri keislaman.

Transformasi teknologi saat ini berlangsung tak hanya terjadi di kota-kota besar atau kantor perusahaan start up saja. Di balik tembok pesantren dan lantunan kitab kuning, para santri pun perlahan bangkit menjadi generasi yang tak hanya piawai mengaji, tetapi juga mulai melek teknologi.

Fenomena santri digital bukanlah angan-angan. Kini, banyak pesantren yang mulai mengintegrasikan kurikulum teknologi dalam kegiatan belajar mengajarnya. Santri diajarkan membuat konten dakwah digital, menulis di blog, mengedit video Islami, hingga memanfaatkan media sosial sebagai sarana syi’ar. Perpaduan antara nilai-nilai agama dan literasi digital menjadi potensi luar biasa bagi kemajuan umat.

Namun, pertanyaannya: mungkinkah santri tetap membumi dengan akhlak Islami di tengah derasnya arus digitalisasi?

Islam dan Teknologi: Bukan Dua Hal yang Bertentangan

Sebagian orang mungkin masih ragu. Mereka menganggap bahwa teknologi bisa menggerus nilai-nilai keislaman. Padahal, jika dikelola dengan benar, teknologi justru bisa menjadi alat untuk memperluas dakwah dan meningkatkan kualitas umat.

Dalam sejarah Islam, umat Muslim adalah pelopor dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk teknologi. Dari Ibnu Sina di bidang kedokteran, Al-Khwarizmi di bidang matematika, hingga Al-Jazari yang menciptakan alat-alat mekanik di abad ke-12. Semangat mencari ilmu dan berinovasi sejatinya telah menjadi warisan Islam sejak dahulu.

Oleh karena itu, tak ada alasan bagi santri masa kini untuk ketinggalan dalam hal teknologi. Justru, inilah saatnya santri mengambil peran lebih luas di tengah masyarakat modern.

Membentuk Karakter Digital Islami

Tantangan terbesar dalam dunia digital bukan pada akses atau kecakapan, tetapi pada karakter penggunanya. Dunia maya adalah ruang yang luas dan bebas, namun tidak selalu ramah. Fitnah, hoaks, dan ujaran kebencian berseliweran tiap detik. Di sinilah pentingnya peran santri sebagai “filter moral” yang menjaga nilai-nilai Islam tetap hidup di jagat digital.

Santri yang melek digital seharusnya tidak sekadar tahu cara membuat konten, tetapi juga bijak dalam menggunakannya. Mereka harus mampu menebarkan kebaikan, menyebarkan ilmu, dan membendung arus informasi negatif. Konten-konten edukatif seperti ceramah pendek, kisah inspiratif sahabat Nabi, atau bahkan tutorial hafalan Al-Qur’an bisa menjadi alternatif positif yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Lebih dari itu, santri digital juga harus menjadi contoh etika bermedia yang baik. Tidak menyebar berita tanpa tabayyun, tidak berdebat tanpa adab, dan selalu menempatkan ilmu di atas emosi. Di sinilah akhlak Islami diuji dalam dunia virtual.

Pesantren 4.0: Inovasi Tanpa Kehilangan Akar

Beberapa pesantren kini mulai mengadopsi pendekatan teknologi secara kreatif. Misalnya, membuat platform e-learning berbasis kitab kuning, aplikasi belajar nahwu sharaf, hingga kelas daring untuk pembelajaran tafsir. Ini menjadi bukti bahwa Islam tidak anti terhadap inovasi.

Namun, tentu saja inovasi ini harus tetap berpijak pada nilai-nilai tradisional yang menjadi kekuatan pesantren selama ini: tawadhu, ikhlas, istiqamah, dan keilmuan. Teknologi hanyalah alat, sedangkan niat dan tujuan tetap harus diluruskan.

Menuju 1 Miliar Santri Digital

Visi besar seperti “1 Miliar Santri” bukanlah mimpi kosong jika didukung dengan ekosistem yang tepat. Para santri yang dibekali pemahaman agama yang kuat serta kemampuan digital yang mumpuni bisa menjadi garda depan dalam membentuk peradaban Islam masa depan. Mereka bisa menjadi jurnalis, programmer, content creator, desainer grafis, dan banyak lagi  tanpa harus meninggalkan identitas santri mereka.

Terdapat 3 fakta menyedihkan yang menunjukkan bahwa umat Islam secara umum masih terbelakang dan tertinggal dalam penguasaan teknologi Informasi di tingkat global. Pertama adalah rendahnya indeks inovasi dan teknologi di negara berpenduduk mayoritas muslim. Data skor yang rendah dalam GII – Global Innovation Indeks dan NRI – Networked Readiness Index, yang mengukur kesiapan dan kemampuan suatu negara dalam mengadopsi dan memanfaatkan teknologi dan inovasi.

Kedua. Di banyak negara mayoritas muslim, akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi masih terbatas. Menurut data dari ITU – International Telecommunication Union, tingkat penetrasi internet dan kepemilikan perangkat digital di banyak negara muslim, masih di bawah rata-rata global. Hal ini disebabkan oleh infrastruktur yang kurang memadai, biaya yang tinggi dan kurangnya literasi digital.

Ketiga. Rendahnya jumlah publikasi ilmiah dan hak paten di bidang teknologi. Data dari WIPO- World Intellectual Property Organization menunjukkan bahwa sebagian besar negara muslim berkontribusi sangat sedikit terhadap pendaftaran paten international. Selain itu, jumlah publikasi ilmiah dalam jurnal-jurnal bereputasi global dari negara-negara ini juga sangat rendah. Sumber : pesantrenterbuka.id

Santri melek digital bukan berarti kehilangan kesederhanaan. Justru, kesederhanaan itu menjadi kekuatan di tengah dunia yang sering kali penuh kepalsuan. Dengan fondasi akidah yang kuat dan keterampilan digital yang relevan, santri bisa hadir sebagai solusi, bukan hanya puas menjadi ‘penonton’ di pinggiran percaturan global. Serta tagline ‘Santri Indonesia Menyapa Dunia’ yang diusung 1miliarsantri.net menemukan relevansinya.

Penutup

Membentuk santri digital bukan hanya tentang mengajarkan coding atau editing video. Ini tentang membangun generasi yang mampu menyeimbangkan dunia dan akhirat, teknologi dan iman, inovasi dan adab. Di tangan para santri, masa depan Islam bisa ‘bersinar’ terang  tidak hanya di mimbar masjid, tapi juga di layar-layar gawai umat manusia.

Dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman, para santri dapat menjadi pionir perubahan, menginspirasi dunia dengan ilmu, akhlak, dan teknologi. Inilah saatnya santri bangkit, melek digital, dan hadir sebagai generasi Muslim yang cerdas, bijak, dan membumi.

Kontributor : Salwa Widfa Utami

Editor : Toto Budiman


Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Berikan Komentar Anda

Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca