Awas Dampak Kejahatan Cyber Meluas, PT Telkom dan BMM Gencarkan Literasi Digital di Kalangan Pelajar

Surabaya – 1miliarsantri.net : Kejahatan Cyber terus meluas dengan menimbulkan korban yang terus bertambah. Bukan hanya di kalangan masyarakat awam, hingga instansi pemerintahpun tak luput dari kejahatan cyber. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk bersama Baitulmaal Muamalat (BMM) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung dunia pendidikan melalui program “CYBERHEROES: Literasi Sehat Berinternet.” Program ini dilaksanakan di berbagai kota dan difokuskan pada upaya pencegahan kejahatan cyber sekaligus peningkatan literasi digital di kalangan pelajar. Melalui program ini, PT Telkom dan BMM menyasar 30 sekolah dengan total peserta sebanyak 1.800 siswa yang tersebar di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Kegiatan edukasi ini bertujuan untuk mengembangkan etika dan tanggung jawab dalam menggunakan internet serta menghadirkan duta cyberheroes di setiap sekolah yang berasal dari para siswa dan tidak menutup kemungkinan juga dari guru-guru potensial. Sebagai sarana yang penuh peluang sekaligus tantangan, literasi digital menjadi bekal penting agar generasi muda dapat menggunakan internet dengan bijak, aman, dan produktif. Pencegahan kejahatan cyber menjadi fokus utama dari PT Telkom dan BMM agar generasi muda tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, sehat secara mental, dan mampu memanfaatkan teknologi untuk kebaikan. Baca juga : Kebijakan Perusahaan dan Pelaporan Insiden Pentingnya Cyber Security di Era Digital Joni Setiyawan Saputra, S.Pd selaku narasumber dalam pelatihan ini menekankan pentingnya cyber security di zaman digitalisasi. Terlebih, target dari ancaman cyber adalah mereka yang memiliki data digital, utamanya dalam platform keuangan, platform pencari kerja, hingga media sosial. “Ancaman cyber yang paling sering terjadi adalah email, SMS, telepon dan link yang tujuannya adalah untuk mencuri informasi sensitif berupa username, password dan OTP. Jika menerima pesan mencurigakan seperti ini segera abaikan meskipun mereka mengaku sebagai perwakilan dari pihak yang terpercaya,” lanjut Joni. Kegiatan literasi digital ini harapannya dapat menjangkau ratusan ribu siswa agar mereka memahami cara melindungi data pribadi dan diri mereka dari ancaman cybercrime seperti pencurian identitas atau penipuan online. Baca juga : Literasi Sehat Berinternet dipilih sebagai Tema Pelatihan Cyberheroes 2025 PT Telkom dan BMM Selain edukasi, program ini juga melibatkan pembuatan konten positif yang akan dipublikasikan melalui media sosial sekolah dan komunitas. Dengan semangat kolaborasi, PT Telkom dan BMM optimis bahwa generasi digital Indonesia dapat tumbuh cerdas, bijak dan terlindungi dari bahaya kejahatan di dunia digital. Kampanye literasi digital berbasis Media Sosial seperti praktek produksi konten edukasi menarik dan melakukan kolaborasi dengan influencer positif, juga bisa ditempuh untuk menyebarkan pesan tentang bahaya kejahatan siber dan cara pencegahannya. Selain menerapkan tagar edukatif seperti gerakan #AmanOnline atau #GenZCerdasDigital agar pesan pencegahan lebih viral dan berkelanjutan. Edukasi literasi digital terpadu di sekolah dan komunitas akan terus dijalankan dengan melibatkan berbagai stakeholders pendidikan. Diantara strategi upaya preventif yang bisa dijalankan dengan mengintegrasikan kurikulum dan materi cyber safety, etika digital dan perlindungan data pribadi ke materi pelajaran TIK atau PKN. Kolaborasi multisektor dengan membangun kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga Pendidikan menjadi kunci kesuksesan Gerakan nasional literasi digital secara berkelanjutan. Dengan mendorong peran platform digital untuk memperkuat fitur keamanan, verifikasi akun, dan pelaporan konten berbahaya. (***) Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman Foto : Istimewa dan Ilustrasi AI

Read More

Gadget Sebagai Sarana Ibadah dan Belajar Agama, Revolusi Teknologi Kekinian

Situbondo – 1miliarsantri.net : Cara belajar agama lewat teknologi sekarang jauh lebih mudah dibanding zaman dulu. Kita tidak harus datang ke majelis taklim atau menunggu guru agama datang ke masjid, karena cukup dengan genggaman tangan, kita sudah bisa mengakses ilmu yang luas. Terobosan revolusi teknologi kekinian di bidang keagamaan. Bayangkan, di sela menunggu kendaraan, ketika lagi istirahat, atau sebelum tidur, kita bisa mendengarkan kajian, membaca tafsir Al-Qur’an, atau belajar fiqih dengan cara yang mudah dan praktis. Jadi, teknologi yang sering dianggap membuat lalai, sebenarnya bisa kita ubah menjadi teman dalam perjalanan spritual keimanan kita di era modern. Bagaimana Menjadikan Gadget Sebagai Sarana Ibadah Dan Belajar Islam? 1. Memanfaatkan Aplikasi Islami di Smartphone Kalau dulu kita harus membawa banyak buku untuk belajar agama, sekarang cukup dengan satu aplikasi, kita sudah bisa mengakses ribuan materi. Seperti aplikasi yang berisi Al-Qur’an digital lengkap dengan terjemahan dan tafsirnya, pengingat sholat, kumpulan doa, bahkan kajian dari ustadz terpercaya. Cara belajar agama lewat teknologi jadi terasa ringan karena semua bisa diatur sesuai kebutuhan. Yang terpenting, kita bisa memilih aplikasi yang kredibel, isinya benar-benar berdasarkan sumber yang sahih, agar ilmu yang kita dapat tidak keliru. Penggunaan aplikasi ini cocok bagi yang punya waktu terbatas. Tidak perlu menunggu waktu khusus, cukup sisipkan beberapa menit setiap hari untuk mengisi hati dan pikiran dengan ilmu agama. 2. Menonton Kajian dan Ceramah Lewat Platform Video Sekarang sudah banyak ustadz dan dai yang membagikan ilmu lewat platform video seperti YouTube. Dari yang berdurasi singkat sampai yang panjang, semua ada. Cara belajar agama lewat teknologi seperti ini memudahkan kita memilih topik sesuai yang sedang dibutuhkan. Mau belajar tentang adab, tauhid, atau akhlak? Cukup ketik kata kunci, ratusan pilihan konten akan muncul. Namun, kita juga perlu hati-hati memilih sumber. Pastikan guru yang diikuti mempunyai reputasi baik dan ilmunya diakui. Teknologi memang memberi kemudahan, tapi tetap perlu disaring supaya yang masuk ke hati kita adalah kebenaran, bukan sekadar opini pribadi. Baca juga : Belajar Agama Lewat Ai dan Mengganti Peran Guru dengan Teknologi Canggih? 3. Mengikuti Kelas Online dan Grup Belajar Islam Cara belajar agama lewat teknologi yang tak kalah seru adalah ikut kelas online. Banyak lembaga dan komunitas mengadakan kelas agama lewat Zoom, Google Meet, atau grup WhatsApp dan Telegram. Di sana, kita bisa belajar bersama, bertanya langsung kepada ustadz, bahkan berdiskusi dengan teman-teman yang punya semangat yang sama. Bergabung dengan grup belajar online juga membantu kita tetap istiqamah, karena ada pengingat dan motivasi dari anggota lain. Kadang, kita termotivasi bukan hanya dari materinya, tapi juga dari semangat orang-orang di dalamnya. Baca juga : Gus Baha : Belajar agama itu tidak perlu kaku 4. Mengubah Kebiasaan Online Menjadi Ladang Pahala Salah satu kunci utama cara belajar agama lewat teknologi adalah mengubah mindset kita. Kalau biasanya buka media sosial hanya untuk hiburan, kenapa tidak mulai follow akun-akun yang membagikan konten Islami? Setiap kali kita membuka timeline, yang muncul bukan hanya gosip atau berita yang bikin gelisah, tapi juga nasihat dan ilmu yang menyejukkan hati. Misalnya, follow akun yang rutin membagikan potongan hadis, kutipan tafsir, atau tips ibadah. Di TikTok pun sekarang banyak dai muda yang kreatif menyampaikan pesan agama mudah dipahami. Dengan begitu, waktu di dunia digital tidak terbuang sia-sia. Teknologi itu ibarat pisau, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Jika dipakai untuk hal buruk, maka dampaknya juga buruk. Tapi jika dimanfaatkan untuk kebaikan, maka hasilnya luar biasa. Cara belajar agama lewat teknologi merupakan contoh nyata bahwa kemajuan zaman bukan alasan untuk jauh dari Allah. Gadget yang dulunya sering membuat lalai sekarang sudah bisa menjadi sarana mendekatkan diri pada-Nya. Cukup bagaimana kita mengatur niat dan membiasakan diri. Mulailah dari hal kecil, seperti unduh aplikasi islami, dengar kajian singkat, ikut kelas online, atau sekadar mengganti tontonan kita menjadi yang bermanfaat. Perlahan, hati akan lebih tenang, dan ilmu agama pun bertambah. Jadi, jangan pernah ragu untuk menjadikan teknologi sebagai teman perjalanan iman. Karena di era digital ini, setiap detik yang kita gunakan dengan benar bisa menjadi ladang pahala. Itulah indahnya belajar agama lewat teknologi, mudah, praktis, dan insyaAllah membawa berkah. Semoga bermanfaat!(**) Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman Foto : Ilustrasi AI

Read More

Renungan Peristiwa G30S/PKI di Ma’had Darul Hijrah Salam: Santri Kokoh, Banteng Penjaga Islam dari Bahaya Laten Komunis

Pasuruan – 1miliarsantri.net : Suasana malam di Pondok Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah terasa berbeda pada Sabtu (26/09). Ratusan santri berkumpul di lapangan utama pondok untuk mengikuti rangkaian peringatan tragedi kelam G30S/PKI, sebuah momentum yang selalu diperingati bangsa Indonesia sebagai pengingat akan bahaya laten kaum komunis. Malam hari itu ba’da Isya’ lapangan utama pondok penuh dengan seluruh santri Darul Hijrah Salam, mulai dari santri MA maupun MTS. Mereka sudah berbaris rapi dengan seragam kepanduan mereka masing-masing, warna biru untuk MA dan oranye untuk MTs. OSDHA dan mudabbir seakan-akan menjadi tokoh utama pada malam hari itu. Mereka menyiapkan semua kebutuhan acara dari awal sampai akhir, bahkan sampai hal-hal kecil sekalipun, walaupun acara yang diadakan begitu sederhana tapi sudah cukup untuk menyentuh hati para santri. Ditambah lagi dengan adanya tausiyah yang disampaikan oleh akhinaa Maharsi Martina Nurcahyo Sudaryo selaku musyrif pengabdian di tahun ini. Seolah mengingatkan kembali kejadian terkutuk di tahun 1965 yang merengut nyawa putra-putra terbaik bangsa Indonesia oleh pemberontak G30S/PKI. Gerakan itu bukan hanya ancaman terhadap stabilitas negara, tetapi juga terhadap agama. Terutama Islam yang sejak awal ditolak oleh ideologis komunis yang cenderung anti-Tuhan. Penyampaian Tausiah yang Berlangsung Khidmat Tausiyah yang disampaikan begitu tegas yang dapat membakar semangat muda para santri. Mulai dari sejarah bagaimana pengkhianat bangsa itu bisa hadir di tanah air, sampai pernyataan bahwa mereka tidak akan pernah bisa berdampingan bersama bangsa Indonesia. Karena kepercayaan mereka yang tak bertuhan, tidak akan pernah selaras dengan sila pertama yakni: Ketuhanan Yang Maha Esa, apalagi selaras dengan agama Islam. “Komunis bukan hanya sebuah ideologi, tetapi ancaman yang berusaha menghapus nilai agama dan budaya bangsa. Santri harus menjadi benteng agar sejarah kelam itu tidak terulang,” tegas beliau. Baca juga : Semangat Juang 45 Tersulut dalam Lomba Agustusan Santri Darul Hijrah Salam Pada masa itu, banyak pesantren dan santri ikut berdiri di garda depan untuk mempertahankan keutuhan bangsa, sekaligus menjaga akidah umat agar tidak terpengaruh paham yang menyesatkan. Kaum komunis sangat membenci umat beragama, terutama umat muslim karena para santri dan umat muslim secara keseluruhan merupakan kontributor terbesar saat masa Pra-Kemerdekaan. Bagaimana bisa mereka mengambil alih bangsa ini sedangkan benteng terkuatnya belum bisa dirobohkan? Maka dari itu mereka sering sekali bergesekan, bahkan tak jarang membantai umat muslim terutama di pondok-pondok pesantren. “…. Justru itu kita para santri adalah benteng terakhir umat Islam kita seharusnya bisa berkostribusi pada negeri, kita tidak boleh kalah dengan orang-orang di luaran sana. Kita harus mengembalikan keperkasaan santri, mengembalikan kejayaan Islam serta membuktikan Islam adalah rahmatan lil-‘alamin,” demikian orasi yang disampaikan akhinaa Arsyi menutup tausiyah. Acara Inti Pemutaran Film Dokumenter G30S/PKI Setelah dibakar semangatnya, kini para santri menonton film dokumenter G30S/PKI. Bersama-sama mereka menyaksikan betapa kejamnya kaum komunis kepada bangsa mereka sendiri. Walaupun film dokumenter G30S/PKI selalu diputar setiap tahunnya, tetap saja memberikan atmosfer yang sama, yakni atmosfer mencekam dan tragis. Terlebih saat di-scene aksi penculikan dan pembunuhan 7 (tujuh) Jenderal AD, hingga akhirnya ditemukan jenazahnya di dalam sumur maut lubang buaya, Cipayung, Jakarta Timur. Tatkala berakhir film tersebut, para santri diarahkan untuk pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat tahajjud dan kemudian dilanjutkan berdoa bersama untuk keselamatan bangsa. Mereka tak melupakan dengan rutinitas itu, mau sesibuk apapun kegiatan yang diberikan, dan memang sudah seharusnya untuk selalu mengingat Allah, kapanpun dan dimanapun mereka berada. Baca juga : Kemeriahan Rangkaian Kegiatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 di Ma’had Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah Salam Acara ini bukan sekadar mengenang kekejaman PKI, tetapi juga menghormati darah para syuhada, ulama, santri, dan rakyat yang gugur dalam mempertahankan iman dan tanah air. Setiap tetes darah mereka adalah saksi bahwa Indonesia berdiri di atas pengorbanan besar umat. Tragedi G30S/PKI mengingatkan kita betapa rapuhnya bangsa jika aqidah dan persatuan dilemahkan oleh ideologi sesat. Peringatan ini menjadi pengingat bagi generasi sekarang, khususnya para santri, bahwa tugas mereka tidak berhenti pada menuntut ilmu, tetapi juga menjaga aqidah, persatuan, dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pesan utamanya adalah sejarah harus selalu diingat, agar pengkhianatan serupa tidak pernah terulang, dan agar semangat perjuangan terus hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya.(**) Kontributor Santri : Istiqfaril Akbar Hidayatullah Editor : Iffah Faridatul Hasanah dan Toto Budiman Foto : Dokumentasi Tim Media OSDHA

Read More
Kasus Chromebook Jadi Pelajaran

Kasus Chromebook Jadi Pelajaran, Transformasi Digital Sekolah Harus Lebih Serius

Malang – 1miliarsantri.net : Kasus dugaan korupsi pengadaan Chromebook di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) hendaknya menjadi refleksi dalam tranformasi digital sektor pendidikan. Di balik visi percepatan digitalisasi, minimnya pengawasan justru menimbulkan persoalan serius, baik dari sisi hukum maupun manfaatnya di lapangan. Diketahui sebelumnya pengadaan Chromebook untuk sekolah-sekolah di seluruh Indonesia dilakukan melalui skema Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Satuan Pendidikan (DSP) sejak tahun 2021. Anggaran yang digelontorkan tidak kecil, yaitu sekitar Rp 9,9 triliun selama periode 2019 hingga 2023. Namun, upaya besar itu tercoreng oleh dugaan korupsi yang merugikan keuangan negara hingga Rp 1,98 triliun. Kejaksaan Agung telah menaikkan kasus ini ke tahap penyidikan dan menetapkan sejumlah tersangka, termasuk pejabat di lingkungan Kemendikbudristek serta pihak swasta. Salah satu pokok permasalahan yaitu dugaan mark-up harga dan pemilihan sistem operasi yang dinilai tidak sesuai kebutuhan sebagian besar sekolah, terutama di daerah dengan akses internet terbatas. Perangkat tak Tepat Sasaran Kasus Chromebook ini memperlihatkan bahwa penyediaan perangkat keras bukan serta-merta menjawab kebutuhan sekolah dalam beradaptasi dengan pembelajaran digital. Justru, di banyak daerah perangkat tersebut tidak terpakai secara optimal. Beberapa sekolah bahkan membiarkan Chromebook tetap dalam kardus karena keterbatasan listrik dan jaringan internet. Bukan itu saja, guru belum dibekali pelatihan teknis memadai. Lebih jauh lagi, dalam beberapa kasus, pengadaan perangkat juga tidak mempertimbangkan daya dukung teknis sekolah. Misalnya, tidak adanya tenaga IT yang bisa membantu guru dan siswa dalam mengoperasikan Chromebook. Bahkan ada sekolah yang hanya memiliki satu sumber listrik aktif di seluruh bangunan, yang tentu saja menyulitkan pemanfaatan perangkat digital dalam pembelajaran. Padahal, mantan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim sempat menyatakan bahwa program digitalisasi ini telah menjangkau lebih dari 77.000 sekolah dan 97 persen perangkat telah diterima. Namun, penerimaan perangkat tidak otomatis berbanding lurus dengan pemanfaatan. Tanpa dukungan infrastruktur dan sumber daya manusia yang siap, perangkat digital cenderung hanya menjadi simbol modernisasi semu. Permasalahan ini diperparah oleh pola implementasi yang bersifat top-down. Sekolah-sekolah di berbagai daerah tidak dilibatkan secara penuh dalam perencanaan maupun pemetaan kebutuhan. Imbasnya, banyak institusi pendidikan menerima alat yang tidak sesuai dengan kapasitas dan kesiapan masing-masing. Beberapa sekolah negeri di daerah tertinggal bahkan tidak memiliki akses internet yang memungkinkan pemanfaatan Chromebook secara optimal. Solusi Lokal Adaptif Perlu Diterapkan Meski begitu, sejumlah inisiatif lokal menunjukkan bahwa pembelajaran digital tetap dapat dilakukan secara efektif jika didukung pendekatan yang kontekstual. Salah satunya adalah kehadiran solusi seperti Kipin Classroom, sebuah platform server lokal yang memungkinkan sekolah mengakses ribuan buku pelajaran, video, dan soal latihan tanpa koneksi internet. Inovasi semacam ini menunjukkan pentingnya solusi yang disesuaikan dengan kondisi lapangan, bukan sekadar mengikuti tren teknologi global. Di Nusa Tenggara Barat, Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pemanfaatan Chromebook dan akun pembelajaran digital. Upaya ini penting sebagai contoh bagaimana transformasi digital semestinya diiringi pengawasan dan pendampingan berkelanjutan. Evaluasi yang dilakukan di 10 kabupaten/kota di NTB menjadi bukti bahwa perangkat digital baru akan berdampak jika diintegrasikan dengan pelatihan guru, kurikulum adaptif, dan dukungan teknis rutin. Contoh seperti ini menunjukkan bahwa infrastruktur saja tidak cukup. Diperlukan kerja sama erat antara pemerintah pusat, daerah, dan satuan pendidikan agar teknologi benar-benar menjadi alat bantu pembelajaran yang efektif dan berkelanjutan. Perlunya Evaluasi Total dan Menyeluruh Ke depan, transformasi digital pendidikan perlu dilakukan dengan pendekatan yang lebih partisipatif dan kontekstual. Sekolah harus dilibatkan dalam proses perencanaan, pengadaan harus transparan dan akuntabel, dan guru perlu mendapat pelatihan berkelanjutan. Pemerintah juga perlu memastikan bahwa infrastruktur dasar, seperti listrik dan internet, telah tersedia sebelum perangkat didistribusikan. Transformasi digital bukanlah proyek jangka pendek yang selesai dalam satu atau dua tahun. Ia merupakan proses jangka panjang yang membutuhkan konsistensi, evaluasi, dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan. Pemerintah harus belajar dari kasus Chromebook ini dan mengubah pendekatan dalam memodernisasi pendidikan. Digitalisasi bukan tujuan, melainkan alat untuk meningkatkan mutu belajar-mengajar. Jika tidak, risiko kegagalan akan terus menghantui setiap program yang menyertakan teknologi sebagai solusi tunggal. Dan lebih dari itu, akan terus membuka celah bagi penyimpangan yang merugikan negara sekaligus menghambat kemajuan generasi penerus bangsa. Penulis : Ramadani Wahyu Foto Ilustrasi Editor : Iffah Faridatul Hasanah dan Toto Budiman

Read More

Transformasi Digital Sekolah Langkah Penting Menuju Pendidikan Masa Depan

Malang – 1miliarsantri.net : Dalam percakapan publik saat ini, transformasi digital sekolah sering kali dipahami semata-mata sebagai pengadaan perangkat keras seperti laptop, proyektor, atau koneksi internet. Pandangan ini mengerdilkan makna transformasi itu sendiri. Padahal, transformasi digital dalam pendidikan bukan sekadar sebagai alat atau perangkat, tetapi menyangkut perubahan menyeluruh dalam ekosistem belajar. Seperti halnya cara guru mengajar, cara siswa belajar, cara sekolah dikelola, hingga bagaimana teknologi menjadi katalis peningkatan mutu pendidikan. Transformasi Digital : Dari Pengadaan Menuju Perubahan Budaya Pengadaan perangkat memang penting, tetapi transformasi digital sejati baru terjadi ketika sekolah membangun budaya yang mendukung pemanfaatan teknologi secara bermakna. Transformasi ini menuntut semua elemen sekolah, dari kepala sekolah, guru, staf administrasi, hingga siswa untuk mengadopsi pola pikir baru. Budaya digital berarti menjadikan teknologi sebagai bagian dari proses berpikir, bukan sekadar alat presentasi. Guru perlu merasa nyaman bereksperimen dengan pendekatan baru dalam mengajar, siswa diajak lebih aktif dan kolaboratif, serta pimpinan sekolah perlu membuka ruang untuk inovasi. Tanpa ini, semua perangkat hanya akan menjadi simbol tanpa substansi. Transformasi Digital dan Peran Guru sebagai Agen Perubahan Guru adalah jantung dari transformasi digital. Tidak cukup hanya melatih mereka mengoperasikan perangkat, namun juga penting mengembangkan kompetensi pedagogi digital. Transformasi digital juga menuntut guru untuk adaptif dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Mereka harus diberi ruang untuk salah, didorong untuk mencoba pendekatan baru, dan didukung dalam proses peningkatan kapasitas. Tanpa pelatihan berkelanjutan dan komunitas belajar, transformasi digital bisa berhenti hanya sebagai jargon dalam dokumen perencanaan. Baca juga : Tantangan Dan Solusi Transformasi Digital Sekolah Infrastruktur dan Kebijakan yang Mendukung Transformasi Digital Di luar manusia, aspek teknis seperti infrastruktur juga menjadi kunci transformasi digital. Sayangnya, banyak sekolah yang belum memiliki jaringan internet stabil, perangkat yang memadai, atau bahkan teknisi untuk pemeliharaan. Oleh karena itu, perlu komitmen jangka panjang dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk menjamin keberlangsungan dukungan infrastruktur. Lebih dari itu, regulasi juga harus mendukung. Misalnya, kebijakan tentang keamanan data siswa, kurikulum yang adaptif terhadap perkembangan teknologi, serta insentif bagi guru yang berhasil menerapkan pembelajaran digital secara efektif. Transformasi Digital dalam Kurikulum dan Proses Belajar Penerapan transformasi digital yang sejati menuntut perubahan dalam cara menyusun dan menyampaikan kurikulum. Bukan hanya mengganti buku dengan tablet, atau papan tulis dengan layar proyektor, melainkan menghadirkan pendekatan pembelajaran yang lebih partisipatif, personal, dan kontekstual. Blended learning, flipped classroom, dan penggunaan multimedia interaktif harus menjadi bagian integral dari proses belajar. Kurikulum perlu memberi ruang bagi siswa untuk mengembangkan literasi digital, berpikir kritis, kolaborasi daring, dan kemampuan memecahkan masalah dalam dunia digital. Baca juga : Bukan Sekadar Online: Menggali Makna Digitalisasi Pendidikan Di Sekolah Kita Keterlibatan Komunitas dan Evaluasi Berkelanjutan Salah satu fondasi penting dari keberhasilan transformasi digital adalah keterlibatan komunitas sekolah secara utuh. Orang tua, siswa, guru, dan pihak pengelola sekolah harus memahami arah perubahan dan turut serta dalam prosesnya. Transparansi dan komunikasi terbuka mengenai tujuan transformasi digital akan membangun rasa memiliki. Selain itu, perlu ada evaluasi rutin yang bukan hanya berfokus pada jumlah perangkat yang dimiliki, tetapi pada kualitas pembelajaran yang dihasilkan, motivasi siswa, dan kesejahteraan guru. Transformasi digital dalam pendidikan adalah proses jangka panjang yang membutuhkan visi, kolaborasi, dan konsistensi. Ia bukan proyek satu kali yang selesai saat perangkat tiba, melainkan perjalanan membangun ekosistem pendidikan yang lebih adaptif, setara, dan relevan dengan tuntutan zaman. Ketika seluruh unsur sekolah bersinergi, dari perencanaan, pelatihan, kebijakan, hingga evaluasi barulah transformasi digital akan melahirkan perubahan yang substansial. Transformasi digital bukanlah tujuan akhir, tetapi jalan menuju pendidikan yang membebaskan dan memberdayakan.(***) Penulis : Ramadani Wahyu Editor : Iffah Faridatul Hasanah dan Toto Budiman Foto Ilustrasi

Read More

Manfaat, Etika, dan Tantangan AI dalam Kehidupan Sehari-hari Bagi Remaja Muslim

Bogor – 1miliarsantri.net : Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) kini bukan lagi teknologi masa depan. Ia hadir di sekitar kita: dari saran video di TikTok, fitur otomatis AI di Google Translate, hingga chatbot seperti ChatGPT yang bisa menjawab pertanyaan apa pun. Sebagai generasi yang tumbuh dalam dunia serba digital, remaja muslim hari ini hidup berdampingan dengan AI hampir setiap hari. Tapi, apakah kita hanya jadi pengguna pasif? Ataukah kita bisa menggunakan teknologi ini dengan bijak, kreatif, dan tetap dalam koridor nilai Islam? Bagi remaja Muslim, perkembangan ini menghadirkan peluang besar sekaligus tantangan yang tidak bisa diabaikan. AI dapat membantu mempermudah aktivitas sehari-hari dan membuka wawasan baru, namun penggunaannya tetap perlu dilandasi dengan etika serta nilai-nilai Islam agar tidak menjerumuskan pada hal yang merugikan. Manfaat AI dalam Kehidupan Sehari-hari       AI membantu banyak aspek dalam kehidupan kita, bahkan sering tanpa kita sadari. 1. Belajar Lebih Cepat: ChatGPT bisa menjelaskan ulang materi pelajaran, merangkum artikel, atau membantu menyusun ide tugas.  2. Efisiensi Aktivitas Harian: Aplikasi transportasi seperti Gojek, Google Maps, atau Shopee pakai AI untuk mempermudah pencarian, rute tercepat, atau promo personal.3. Dakwah dan Konten Islami: Ada AI yang bisa membantu membuat transkrip ceramah, subtitle video dakwah, bahkan menyusun konten Islami berbasis data. Santri atau pelajar Muslim bisa memanfaatkan AI sebagai “asisten belajar” yang hemat biaya dan siap 24 jam. Bahkan, beberapa aplikasi sudah mulai menggabungkan AI dengan fitur menghafal Al-Qur’an, kuis Islami, hingga voice-recognition untuk tajwid. Etika dan Batasan Menurut Nilai Islam           Teknologi itu netral. Yang membuatnya baik atau buruk adalah cara manusia menggunakannya. Maka, sebagai Muslim, kita harus menyikapi AI dengan adab dan tanggung jawab. 1. Tabayyun Digital:         AI bisa menciptakan teks, gambar, bahkan video yang sangat realistis. Tapi apakah itu selalu benar? Kita harus tetap melakukan tabayyun mencari kebenaran sebelum percaya atau membagikan informasi. 2. Hindari Plagiarisme:    Meskipun AI bisa menulis, bukan berarti semua langsung kita salin tanpa paham isinya. Gunakan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti akal dan usaha kita sendiri. 3. Jangan Gantungkan Segalanya ke Teknologi:    AI itu cerdas, tapi tidak punya nurani. Ia tidak bisa menggantikan akhlak, hikmah, dan niat baik manusia. Sebagai Muslim, kita harus tetap menjadikan Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber utama dalam mengambil keputusan, bukan mesin algoritma. Baca juga : Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam Dunia Konseling Tantangan: Ketika AI Bisa Menyimpang        AI tidak sempurna. Ia bisa salah, bias, atau bahkan membahayakan kalau disalahgunakan. Contohnya:  1. AI bikin konten hoaks atau provokatif 2. Algoritma menyebarkan konten berbahaya karena dianggap “trending” 3. Ketergantungan berlebihan yang membuat orang malas berpikir kritis Sebagai Remaja Muslim, tantangan kita bukan cuma soal bagaimana menguasai teknologi, tapi bagaimana menjaga hati dan akhlak di tengah derasnya kemudahan digital.        Kita bisa menjadi generasi yang keren dan berwawasan tanpa harus kehilangan nilai. Menggunakan AI secara produktif untuk belajar, berdakwah, atau berkarya adalah bagian dari jihad zaman sekarang. Contohnya:– Gunakan ChatGPT untuk membantu struktur tulisan dakwah         – Manfaatkan AI editing buat konten Islami di TikTok   – Gunakan AI voice-over buat narasi kisah sahabat Nabi Baca juga : Penggunaan Robot AI Diharapkan Bisa Membantu Sisi Berdakwah Tapi, pengguna AI tetap harus memastikan bahwa tujuannya benar, memiliki sumbernya jelas. Serta tetap memperhatikan etika sosial yang harus tetap dijaga. Intinya AI hadir untuk mempermudah hidup, bukan menggantikan akal dan akhlak manusia. Bagi remaja Muslim, ini adalah peluang besar dalam meningkatkan produktifitas, asal bisa disikapi dengan bijak. Teknologi seperti AI bisa jadi alat yang luar biasa dalam menuntut ilmu, berdakwah, dan berkarya. Tapi kita tetap harus ingat: iman adalah filter utama dalam setiap langkah digital kita. Dengan memegang teguh etika Islam, remaja dapat menghadapi tantangan teknologi modern tanpa kehilangan jati diri, bahkan menjadikannya sebagai jalan untuk memberi manfaat bagi sesama. (***) Penulis: Salwa Widfa Utami Editor : Toto Budiman & Iffah Faridatul Hasanah Foto Ilustrasi AI

Read More

Education City: Kota Ilmu di Jantung Qatar dan Inspirasinya bagi Santri

Education City Qatar adalah kota ilmu modern yang berdiri di jantung Doha. Di tengah gurun Qatar yang luas, kawasan ini berbeda dari hiruk pikuk pusat kota. Proyek ambisius dari Qatar Foundation ini membentang lebih dari 12 kilometer persegi, dirancang bukan sekadar kompleks universitas, melainkan kota pendidikan lengkap dengan sekolah, kampus, laboratorium riset, perpustakaan, museum, ruang hijau, hingga fasilitas olahraga kelas dunia.

Read More
Sumber: Rencanamu.id

Wajib Tahu Perguruan Tinggi Bukanlah Pabrik: Menjaga Amanah Pendidikan dan Akhlak Generasi Emas

1miliarsantri.net: Perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia kini tengah menghadapi kritik serius. Salah satu isu utama adalah kecenderungan kampus besar untuk merekrut mahasiswa baru dalam jumlah yang semakin banyak, seolah-olah perguruan tinggi adalah pabrik yang berorientasi pada kuantitas produksi. Padahal, esensi perguruan tinggi bukan sekadar mencetak lulusan massal, melainkan mendidik manusia paripurna yang berilmu, berakhlak, dan siap memimpin bangsa.

Read More

Membangun Ekosistem Gerakan Anak Muda Antikorupsi : Bootcamp Antikorupsi Nasional Sintesis KPK RI 2025

Jakarta – 1miliarsantri.net: Gerakan antikorupsi di Indonesia membutuhkan ekosistem yang kuat dan berkelanjutan. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI melalui Bootcamp Antikorupsi Nasional Sintesis 2025 menghadirkan ruang pembelajaran, kolaborasi, dan inovasi bagi generasi muda untuk memperkuat integritas bangsa. Program ini dirancang untuk menanamkan nilai kejujuran, transparansi, dan kepemimpinan etis sejak dini, sehingga anak muda dapat menjadi agen perubahan di lingkungannya masing-masing. Bootcamp Antikorupsi Nasional Sintesis KPK RI 2025 tidak hanya berfokus pada edukasi, tetapi juga pada praktik nyata melalui simulasi, diskusi interaktif, hingga pengembangan proyek berbasis komunitas. Anak muda dari berbagai daerah akan dibekali keterampilan dalam membangun jejaring antikorupsi, memperkuat advokasi publik, serta mengembangkan inovasi sosial berbasis integritas. Hal ini sejalan dengan visi KPK untuk membentuk masyarakat yang sadar hukum, bebas dari budaya koruptif, dan aktif menjaga tata kelola yang bersih. Dengan adanya bootcamp ini, KPK RI menegaskan pentingnya peran generasi muda dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih transparan dan akuntabel. Kolaborasi lintas sektor, partisipasi aktif anak muda, serta dukungan ekosistem antikorupsi yang sehat menjadi kunci dalam menciptakan Indonesia yang berintegritas. Bootcamp Antikorupsi Nasional Sintesis 2025 diharapkan menjadi titik tolak lahirnya gelombang gerakan anak muda antikorupsi yang berkelanjutan dan berdampak nyata bagi bangsa. Membangun Ekosistem Gerakan Anak Muda Antikorupsi Korupsi merupakan salah satu hambatan terbesar bagi kemajuan bangsa. Dampaknya tidak hanya menghambat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara. Jika dibiarkan, korupsi akan melahirkan ketidakadilan sosial, memperlebar kesenjangan, serta menggerogoti moralitas bangsa. Karena itu, upaya pemberantasan korupsi bukan sekadar tugas aparat penegak hukum, tetapi juga tanggung jawab seluruh elemen bangsa. Dalam konteks ini, keterlibatan generasi muda menjadi sangat penting. Pemuda memiliki energi, kreativitas, idealisme, serta keberanian untuk menghadirkan perubahan. Mereka bukan hanya penerus bangsa, tetapi juga motor penggerak transformasi sosial. Dengan membangun kesadaran sejak dini, generasi muda dapat menjadi garda terdepan dalam menumbuhkan budaya antikorupsi di tengah masyarakat. Salah satu inisiatif strategis yang mendorong hal tersebut adalah Bootcamp Antikorupsi Nasional Sintesis 2025 (Sinergi Integritas Muda Indonesia). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI bekerja sama dengan mitra strategis, termasuk GIZ, melalui format hybrid—online dan offline pada tanggal 07 Agustus – 12 September 2025. Tujuan utamanya adalah mencetak agen-agen muda antikorupsi yang memiliki komitmen, kapasitas, dan jejaring untuk berkontribusi nyata. Animo Masyarakat Terhadap Gerakan Anti Korupsi Animo masyarakat khususnya generasi muda usia 17-30 tahun terhadap program ini sangat tinggi Syarat keikutsertaan pun menekankan pentingnya integritas: peserta harus sehat secara fisik dan mental, aktif dalam kegiatan sosial, serta tidak pernah terlibat tindak pidana. Hal ini menegaskan bahwa menjadi pejuang antikorupsi memerlukan karakter yang kuat, bukan sekadar slogan. Tercatat sebanyak 2.227 anak muda dari seluruh Indonesia mendaftar, tetapi hanya 51 peserta terpilih dari 21 provinsi yang lolos seleksi ketat. Angka ini menunjukkan dua hal sekaligus: besarnya kepedulian generasi muda terhadap isu korupsi, sekaligus tingginya standar integritas yang harus dipenuhi untuk menjadi bagian dari gerakan ini. Bootcamp Sintesis 2025 didesain untuk membangun ekosistem gerakan antikorupsi berbasis milenial dan gen z melalui tiga pendekatan utama. Pertama, Penguatan Kapasitas Individu, yaitu membekali peserta dengan nilai-nilai integritas, wawasan kebangsaan, serta keterampilan advokasi. Kedua, Penciptaan Jejaring Kolaboratif, yang menghubungkan pemuda dengan komunitas, media, akademisi, NGO, serta berbagai pemangku kepentingan. Kolaborasi lintas sektor ini penting agar gerakan antikorupsi tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi saling menguatkan. Ketiga, Implementasi Aksi Nyata, yaitu mendorong peserta melaksanakan proyek dan inisiatif lokal di komunitas masing-masing. Dengan strategi tersebut, bootcamp ini tidak berhenti pada kegiatan seremonial, melainkan menjadi pintu masuk lahirnya gerakan berkelanjutan. Peserta diharapkan mampu menjadi role model yang membawa semangat integritas ke lingkungannya—baik di kampus, tempat kerja, organisasi masyarakat, maupun ruang-ruang publik lainnya. Dampak Bootcamp Antikorupsi Nasional Sintesis KPK RI 2025 Dampak yang diharapkan bukan hanya lahirnya individu berintegritas, tetapi juga terbentuknya kesadaran kolektif di kalangan anak muda. Kesadaran ini menjadi pondasi penting dalam membangun Indonesia yang bersih dan transparan. Korupsi hanya bisa dilawan jika ada sinergi antara individu, komunitas, dan tokoh bangsa. Karena itu, keterlibatan aktif pemuda menjadi salah satu kunci menuju transformasi bangsa. Pada akhirnya, Bootcamp Antikorupsi Nasional Sintesis 2025 tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi juga meneguhkan pesan moral: bahwa perjuangan melawan korupsi adalah perjuangan panjang yang memerlukan keberanian, komitmen, dan kerja sama. Jika generasi muda mampu menanamkan nilai integritas sejak dini, maka masa depan Indonesia akan dibangun di atas fondasi keadilan dan kepedulian. Dengan keterlibatan seluruh tokoh bangsa, ditambah semangat pemuda yang berdaya, cita-cita Indonesia yang bersih, adil, dan berkeadilan bukanlah mimpi jauh. Inisiatif seperti Bootcamp Sintesis 2025 menjadi bukti bahwa perubahan dimulai dari langkah kecil, namun dampaknya dapat mengalir luas ke seluruh penjuru negeri. Masa depan bangsa Indonesia ada di tangan generasi muda yang berani berkata “Berantas Korupsi Kita Bisa” dan konsisten menjadikannya bagian dari gaya hidup serta budaya bangsa menuju Indonesia Emas 2045.** Penulis : Tubagus Saef Nurullah, S.H.,M.M. Profesional muda dengan latar belakang Hukum Ekonomi Syariah dan Manajemen. Foto Istimewa Editor : Thamrin Humris

Read More

Bahasa Politik: ‘Memaki dan Memuji sebagai Deskripsi Politik’ dalam Debat Rocky Gerung dan Mahasiswa S2 Hukum UGM

Memaki Dan Memuji Bukan Sekadar Emosi, Tetapi Cara Menggambarkan Kekuasaan, Nilai, Dan Identitas Dalam Politik Jakarta – 1miliarsantri.net : Deskripsi dalam politik, “pujian adalah penggambaran positif, sementara makian adalah penggambaran negatif. Keduanya sah dalam demokrasi, tapi punya muatan emosional dan politis. Memaki dan memuji dalam politik adalah cara menggambarkan kekuasaan, nilai, dan identitas, bukan sekadar emosi. Dalam dunia politik, kata-kata bukan sekadar suara yang terlontar tanpa makna. Memaki dan memuji, dua bentuk ekspresi yang sering muncul dalam wacana politik, sejatinya bukan hanya luapan emosi, melainkan strategi komunikasi yang sarat makna. Melalui bahasa, para aktor politik berusaha menggambarkan kekuasaan, meneguhkan nilai, sekaligus membentuk identitas. Kuliah Umum dengan narasumber Rocky Gerung – Akademikus & Filsuf Indonesia dan Dr. Yance Arizona – Ketua PANDEKHA FH UGM, sangat menarik untuk disimak dan menjadi rujukan akademis, dengan moderator Mayang Anggi Pradita (CLS FH UGM). Dalam diskusi publik yang dikutip dari mimbar bebas YouTube Pusat Kajian Konstitusi, Demokrasi dan HAM, Rocky Gerung menunjukkan bagaimana kritik dapat dibalik menjadi narasi baru yang menegaskan posisi dan norma. Pujian menciptakan legitimasi, sedangkan makian mendorong kritik dan perubahan. Bagi publik, penting menjaga etika bahasa, menyampaikan kritik berbasis fakta, memahami audiens, dan siap menerima balasan kritik. Rocky Gerung berbicara dalam forum terbuka “Notonagoro Public Lecture, dengan Tema Filosofi Negara dan Demokrasi”. Forum ini merupakan Kuliah umum menghadirkan pemikiran kritis tentang filsafat negara dan demokrasi, mengulas relevansinya dalam konteks sosial-politik Indonesia masa kini, berlangsung di Auditorium Gedung B, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (UGM). Mahasiswa S2 Mengkritisi Pemilihan Kata-Kata RG Yang Dinilai Tidak Pantas Sang Mahasiswa S2 Magister Hukum Bisnis dan Kenegaraan menganggap Rocky terlalu kontroversial. Dia mengingatkan bahwa RG terkenal dulu dengan “kitab suci fiksi seperti itu ya, dan banyak yang gagal paham, dan sudah diterangkan mereka itu salah-presumption fallacy,” meskipun tidak ada dalam kamus, ungkap Lintang. Diapun mengingatkan RG bahwa “di UGM memiliki buku pegangan “Relasi Sehat”, mohon maaf, jadi saya tidak sependapat dengan kata-kata umpatan, di UGM ada ke-UGM-manan, jadi mohon maaf “bodoh, dungu, body shaming” itu tidak boleh-tidak boleh-tidak boleh, saya tidak suka,” tegasnya mengkritik RG. Jawaban Rocky Gerung Terhadap Ketidaksetujuan Mahasiswa Hukum RG mengawali jawaban dan tanggapannya dengan pertanyaan, “Rencana DO semester berapa?” disambut tawa peserta kuliah umum tersebut. RG berkata, “saya terima kritikmu sejauh saya tidak pernah mengkritik manusia, yang saya bilang dungu itu adalah presiden bukan Jokowi.” RG melanjutkan, “yang saya bilang tolol Bahlil sebagai menteri,” dan disambut tepuk tangan hadirin. Lebih lanjut dia mengatakan, “seandainya saya hapus kata ‘dungu’ dari kamus, lalu kata ‘pintar’ artinya apa?” Rocky menerangkan, “semua kata itu ada pasangannya, ada pifurkasi.” “Dungu, disebut dungu karena kita memuliakan si pintar, pintar disebut pintar karena kita mengingat kedunguan, apa yang salah disitu?, dua-duanya ada deskripsi.” Ada lagi kata “Amok” (kejadian Pati) dan “Orang Utan” yang merupakan sumbangan dari Indonesia untuk perbendaharaan bahasa Inggris. Jadi dalam bahasa politk yang harus dilihat konteksnya apa, “Sopan santun adalah bahasa tubuh, pikiran yang disopan-santunkan itu namanya kemunafikan”, pungkas Rocky.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Foto : tangkapan layar YouTube PANDEKHA

Read More