Bagaimana Kecerdasan Buatan Mentransformasi Pembelajaran Di Sekolah?

Situbondo – 1miliarsantri.net: Dunia pendidikan sekarang sedang memasuki era baru, dan salah satu teknologi yang paling banyak dibicarakan adalah kecerdasan buatan. Proses pembelajaran yang awalnya menggunakan papan tulis kini beralih ke layar digital, dari guru satu arah beralih ke pembelajaran interaktif, kecerdasan buatan menjadi salah satu penggerak utama adanya perubahan ini. Tidak hanya sebagai tren teknologi, kecerdasan buatan kini benar-benar mengubah cara kita memahami ilmu dan menyerap pelajaran, terutama di lingkungan sekolah. Transformasi pembelajaran di sekolah saat ini, tidak lagi hanya bergantung pada metode konvensional, tetapi mulai memanfaatkan teknologi cerdas seperti AI (artificial intelligence). Jika dulu guru menjadi satu-satunya sumber pengetahuan, kini tidak lagi karena situasinya telah berubah. Saat ini sudah banyak berbagai media yang bisa menjadi sumber pengetahuan juga. Kehadiran kecerdasan buatan telah membuka jalan bagi sistem pembelajaran yang lebih adaptif, personal, dan efisien. Contohnya, ketika siswa sedang belajar Biologi dan merasa kesulitan untuk memahami satu topik. Di sinilah kecerdasan buatan berperan membantu kita memahami materi sesuai dengan ritme dan gaya belajar kita sendiri. Salah satu kekuatan utama AI dalam pendidikan adalah kemampuannya untuk menyediakan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa. Teknologi seperti asisten virtual, chatbot edukatif, platform e-learning, dan aplikasi belajar berbasis AI kini mampu memberikan pengalaman belajar yang jauh lebih dinamis. Yang mana tidak lagi hanya terpaku pada satu metode saja, tetapi bisa menyesuaikan dengan kemampuan bahkan kebutuhan masing-masing siswa Bahkan, kecerdasan buatan dapat memberikan saran materi tambahan, latihan soal khusus, dan umpan balik instan untuk meningkatkan pemahaman. Guru juga semakin dimudahkan. Dengan bantuan AI, analisis terhadap hasil belajar siswa menjadi lebih akurat. Guru bisa mengetahui siapa saja yang mengalami kesulitan, bagian mana dari materi yang paling banyak ditanyakan, dan bagaimana strategi pengajaran bisa diubah agar lebih efektif. Ini semua mungkin berkat kecerdasan buatan yang mampu membaca pola, memahami perilaku belajar, dan menawarkan solusi berbasis data. Tidak Hanya untuk Murid, Tapi Juga untuk Sekolah Kecerdasan buatan tidak hanya membantu siswa dan guru di dalam kelas. Banyak sekolah sudah mulai menerapkan sistem manajemen berbasis AI untuk mengelola jadwal, absensi, hingga evaluasi hasil belajar secara otomatis. Dengan proses administrasi yang lebih ringkas tersebut, maka tenaga pengajar bisa fokus pada hal yang lebih penting, seperti mengajar dengan hati, tidak hanya mencatat dan mendikte saja. Selain itu, AI juga memungkinkan adanya simulasi dan visualisasi dalam pembelajaran. Misalnya, pada pelajaran sejarah yang mana kini bisa dilakukan melalui animasi interaktif, dan kita bisa masuk ke dalam suasana peradaban dan melihat langsung bagaimana situasi pada masa itu, semua dari layar tablet atau laptop. Ini tidak lagi menjadi kenyataan di masa yang akan datang, tapi sudah mulai direalisasikan di beberapa sekolah modern. Tak heran jika banyak sekolah mulai melirik teknologi ini sebagai investasi masa depan. Terlebih lagi di era pasca pandemi, yang mana pembelajaran jarak jauh sangat membutuhkan sistem yang mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi dan juga sistem yang fleksibel. Nah, di sinilah kecerdasan buatan memberikan solusi nyata. Tantangan Menuju Era Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Buatan Meskipun potensi kecerdasan buatan sangat besar, tentu saja tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangannya ialah masih banyak sekolah yang belum memiliki infrastruktur teknologi yang memadai. Selain itu, tidak semua guru setiap sekolah terbiasa menggunakan perangkat digital, apalagi yang berbasis AI. Maka dari itu, adaptasi menjadi langkah penting yang harus dijalani secara bertahap dan berkelanjutan. Mungkin kita juga akan bertanya, “apakah kehadiran kecedasan buatan ini akan menggantikan peran guru?” Jawabannya tentu tidak. Justru kecerdasan buatan hadir untuk mendukung, bukan menggantikan. Guru tetap memegang peranan penting sebagai tenaga pendidik sekaligus pembimbing karakter siswa. Guru tidak lagi terbebani dengan pekerjaan administratif yang menyita waktu, seperti mengoreksi tugas secara manual atau menyusun laporan pembelajaran. AI mengambil alih tugas-tugas tersebut sehingga guru bisa lebih fokus pada pengajaran dan pendampingan siswa secara langsung. Sedangkan AI hanyalah sebuah alat bantu yang bisa meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan mengambil alih sepenuhnya. Ketika dimanfaatkan dengan bijak, AI menjadi katalis perubahan menuju sistem pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan bermutu tinggi. Masa depan pembelajaran di sekolah tidak lagi terpaku pada papan tulis dan kapur, tetapi terbuka luas oleh kecanggihan algoritma dan kecerdasan digital. Di sisi lain, penting juga untuk memperhatikan aspek etika penggunaan kecerdasan buatan dalam pendidikan. Seperti, data siswa, privasi, serta keadilan akses harus menjadi perhatian utama agar transformasi ini bisa dinikmati oleh semua kalangan, bukan hanya untuk mereka yang berada di kota besar atau sekolah elit. Perubahan memang tidak akan selalu mudah, tapi jika dilakukan dengan niat yang benar dan terarah, hasilnya pasti bisa luar biasa. Kecerdasan buatan telah membuktikan diri sebagai teknologi yang mampu membuka jendela baru dalam dunia pendidikan. Buat kamu yang masih duduk di bangku sekolah, tidak ada waktu yang lebih baik selain sekarang untuk mulai akrab dengan teknologi ini. Dan buat tenaga pendidik, ini adalah momen yang tepat untuk belajar bersama, membuka diri, dan menjadi bagian dari perubahan besar ini. Kecerdasan buatan bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk menciptakan pendidikan yang lebih adil, inklusif, dan inspiratif. Mari kita sambut masa depan belajar yang lebih cerah bersama teknologi, dengan semangat untuk terus tumbuh dan berbagi ilmu.** Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman Foto ilustrasi

Read More

Cara Efektif Menggunakan YouTube Sebagai Sumber Belajar Berkualitas

Situbondo – 1miliarsantri.net: Di zaman serba digital seperti sekarang, belajar tidak lagi hanya bergantung pada buku dan ruang kelas. Tapi juga melalui berbagai media, dan salah satu platform yang paling sering digunakan adalah YouTube. Saat ini Youtube dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan oleh banyak orang. Siapa sangka, platform yang mulanya dikenal sebagai tempat hiburan ini, ternyata juga memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai sarana edukasi. Tak sedikit pelajar, mahasiswa, bahkan pekerja profesional yang menjadikan YouTube sebagai “kelas virtual” mereka. Tapi, tentu saja ada cara efektif menggunakan YouTube agar manfaat belajarnya benar-benar terasa, bukan sekadar terjebak scroll video hiburan yang tak berujung. Jika kalian ingin memanfaatkan YouTube sebagai sarana belajar, maka penting untuk mengetahui cara menggunakannya dengan bijak dan strategis. Karena, tanpa kendali, YouTube bisa menjadi tempat distraksi yang sangat kuat. Namun jika digunakan dengan cara yang tepat, platform ini bisa jadi mentor pribadi yang luar biasa. Menjadikan YouTube Sebagai Ruang Belajar Pribadi Belajar dari YouTube memang terasa fleksibel. Kita bisa memilih sendiri topik, waktu, dan gaya belajar yang cocok. Tapi agar prosesnya benar-benar efektif, maka sangatlah penting untuk memiliki strategi. Langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah menentukan tujuan belajarmu. Apakah kamu ingin memperdalam materi pelajaran sekolah, belajar skill baru seperti desain grafis atau coding, atau sekadar mencari inspirasi dalam bidang yang kamu minati? Setelah tahu apa yang ingin dipelajari, cari channel yang kredibel. Jangan asal pilih video hanya berdasarkan banyaknya view atau thumbnail yang menarik. Perhatikan juga siapa pembuat kontennya, apakah dia ahli di bidangnya? Apakah ada referensi atau sumber yang jelas? Review dari penonton lain juga bisa jadi pertimbangan. Gunakan fitur playlist untuk mengatur video-video yang ingin ditonton. Playlist membantu kamu belajar secara bertahap dan runtut, bukan acak. Banyak channel edukatif yang sudah menyediakan playlist berdasarkan topik atau tingkatannya. Ini sangat membantu agar kita tidak merasa bingung atau kehilangan arah saat belajar. Satu lagi tips penting: jangan hanya menonton pasif. Catat poin penting, pause jika perlu, ulangi bagian yang sulit dimengerti, dan coba praktekkan apa yang kamu pelajari. Ini adalah bagian dari cara efektif menggunakan YouTube membuat proses belajarnya aktif dan interaktif, seperti sedang belajar langsung dari guru. Selain itu, YouTube juga memiliki fitur subtitle otomatis dan transkrip. Fitur ini sangat berguna untuk memperjelas bagian yang sulit dimengerti, apalagi jika video tersebut menggunakan bahasa asing. Buat Jadwal Belajar, Hindari Overload Informasi Satu tantangan terbesar dalam belajar dari YouTube adalah ‘terlalu banyak pilihan’. Terkadang satu video bisa membawa kita ke video lain, dan kemudian tanpa disadari waktu belajar kita berubah menjadi waktu menonton konten hiburan. Karena itu, penting banget untuk punya jadwal dan batasan. Cara efektif menggunakan YouTube juga berarti tahu kapan harus berhenti. Maka buatlah jadwal dan tentukan durasi belajar setiap harinya, misalnya 30 menit dalam sehari atau 1 jam saja. Gunakan alarm atau reminder jika perlu. Saat waktu habis, tutup aplikasi, dan lanjutkan aktivitas lainnya. Ingat, kualitas lebih penting daripada kuantitas. Kalau kamu punya waktu luang lebih, gunakan fitur “Watch Later” untuk menyimpan video menarik yang belum sempat ditonton. Jangan buru-buru nonton semua sekaligus. Tapi, coba untuk fokus pada satu topik dalam satu waktu, langkah ini akan jauh lebih efektif dibanding menonton berbagai topik dalam satu hari sekaligus. Untuk menjaga motivasi belajar tetap tinggi, kamu juga bisa gabung ke komunitas pembelajar. Banyak channel YouTube memiliki komunitas tersendiri di kolom komentar atau grup media sosial mereka. Di sana kamu bisa berdiskusi, bertanya-jawab, dan saling menyemangati satu sama lain. Dengan cara ini maka, belajar jadi tidak terasa sendiri. Dan yang tak kalah penting, coba untuk berlangganan channel yang benar-benar bermanfaat. Dengan begitu, kamu akan terus mendapatkan update terbaru yang sesuai dengan minat dan tujuan belajarmu. Ini salah satu cara efektif menggunakan YouTube agar terus konsisten dan berkembang. Akhiri dengan Tujuan, Lanjutkan dengan Aksi Setiap orang punya cara belajar yang berbeda, dan YouTube memberi ruang besar untuk menyesuaikan gaya belajar itu. Tapi, yang membuat perbedaan adalah bagaimana kita menggunakannya. Apakah hanya sebagai hiburan sesaat, atau sebagai jendela ilmu yang bisa membuka banyak kesempatan? Dengan mengetahui cara efektif menggunakan YouTube, kita bisa menjadikannya lebih dari sekadar platform video. Ia bisa menjadi guru digital, mentor skill, hingga sumber inspirasi yang bisa mengubah masa depan. Semua kembali ke bagaimana kita memanfaatkannya. Jadi, yuk ubah cara pandang kita terhadap YouTube. Mulailah dengan niat belajar yang serius, pilih konten yang tepat, buat jadwal yang realistis, dan konsisten untuk menjalankannya. Karena di balik layar itu, ada lautan ilmu yang siap kita selami, asal kita tahu cara menyelamnya. Cara efektif menggunakan YouTube bukan tentang seberapa banyak video yang ditonton, tapi seberapa dalam kita bisa memahami, menyerap, dan mempraktikkan ilmunya. Semoga kamu bisa mulai menjadikan YouTube sebagai sahabat belajar yang sesungguhnya. Selamat mencoba! Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman

Read More

Muhammadiyah Soroti Keadilan Pendidikan Bagi Sekolah Negeri Dan Swasta

Bandung – 1miliarsantir.net: Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyoroti persoalan pembangunan manusia dalam agenda pelantikan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) periode 2025-2030, Senin (16/6/2025). Menurut Haedar, Pembangunan manusia ditentukan oleh salah satunya tingkat dan kualitas pendidikan. Jika indeks pembangunan manusia sebuah negara ingin maju, mutu dan kualitas pendidikan harus ditingkatkan. Mengutip muhammadiyah.or.id, Haedar mengaku bahwa mengelola sebuah institusi pendidikan di Indonesia ini tidak mudah. Maka diperlukan perhatian yang serius dan sudut pandangan yang komprehensif dalam membuat sebuah kebijakan tentang pendidikan. “Padahal Indonesia pada 2045 ingin menjadi Generasi Emas,” katanya. Kompleksnya Peta Sosiologis Pendidikan Indonesia Melihat kompleksnya peta sosiologis pendidikannya Indonesia, kata Haedar, menjadikan kebijakan yang diambil untuk bidang pendidikan harus secara komprehensif. Peta sosiologis ini menjadikan amat susah jika pendidikan sifatnya top down. Haedar mengatakan, peta sosiologis masyarakat yang begitu heterogen menjadikan pendidikan Indonesia unik, sebab tak sedikit institusi pendidikan diselenggarakan oleh pihak swasta baik yang basicnya agama atau lainnya untuk memberikan kemaslahatan bagi sesama. Haedar melanjutkan, “Ini menjadikan kebijakan negara tidak bisa otoritatif semata, karena peta pendidikan masyarakat berkaitan dengan perkembangan peta demografi di Indonesia.” Diapun mengingatkan kepada semua pihak, terutama pemangku kebijakan supaya tidak lengah dan merasa pendidikan Indonesia sudah maju. Sebab sampai saat ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga. Lebih lanjut Haedar menerangkan, “Maka kita harus melipatgandakan usaha, kebijakan, langkah yang super. Bahkan menurut saya extraordinary dari negara maupun swasta.” Pendidikan Di Indonesia Dibangun Atas 2 Dasar Haedar Nashir mengingatkan, pendidikan Indonesia ini dibangun di atas dua dasar yaitu negeri sebagai representasi pemerintah, dan swasta termasuk Muhammadiyah serta ormas keagamaan lain yang mengambil peran di situ. Dia menegaskan, “jika orientasi kebijakan pemerintah hanya pada institusi pendidikan semata tentu akan memperberat tugas untuk mencerdaskan anak bangsa tanpa terkecuali”, pungkas Haedar Nashir.*** Ikuti terus informasi seputar dunia pendidikan melalui rubrik “EduTekno” 1miliarsantri.net. Penulis : Thamrin Humris Editor : Toto Budiman

Read More

Solusi Akses Pendidikan Setara Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Tanggung Jawab Siapa?

Situbondo – 1miliarsantri.net: Pendidikan adalah hak dasar setiap anak, tanpa terkecuali. Tapi kenyataannya, tidak semua anak mendapatkan kesempatan layanan pendidikan yang sama. Ada beberapa kelompok yang seringkali tertinggal dan salah satunya adalah anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Dalam setiap wilayah kecamatan idealnya terdapat minimal satu sekolah dasar (SD) dan satu sekolah menengah pertama (SMP) yang menyelenggarakan pendidikan inklusif bagi ABK tersebut. Mereka bukan tidak mampu belajar, tapi seringkali sistem dan lingkungan belum cukup ramah untuk menerima dan mendukung mereka. Di sinilah pentingnya membahas solusi akses pendidikan setara yang benar-benar inklusif, adil, dan bisa dirasakan semua anak tanpa diskriminasi. Mengacu Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif, ada 13 kategori ABK yang berhak masuk sekolah inklusi. Termasuk di antaranya, penyandang tunanetra, tunarungu, tunagrahita, autis, korban penyalahgunaan narkoba, bahkan tunaganda. Peraturan menteri itu juga mensyaratkan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif wajib menyediakan paling sedikit seorang guru pembimbing khusus. Ketika kita membicarakan solusi akses pendidikan yang setara, maka sesungguhnya kita sedang membahas masa depan anak-anak dengan kebutuhan berbeda. Ini tidak hanya soal fasilitas, tapi juga soal pemahaman kita, perhatian, empati, serta kemauan untuk terus membuka ruang seluas-luasnya agar mereka juga bisa tumbuh bersama dan belajar layaknya anak-anak pada umumnya. Inklusi Pendidikan: Menyatukan Perbedaan dalam Lingkungan Belajar Salah satu pendekatan utama dalam mewujudkan solusi akses pendidikan setara bagi anak berkebutuhan khusus adalah sistem pendidikan inklusif. Konsep ini berangkat dari pemikiran bahwa semua anak berhak belajar bersama-sama dalam satu ruang kelas, tanpa dipisah berdasarkan kondisi fisik, intelektual, tingkat sosial, atau bahkan emosional mereka. Sistem inklusif bukan sekadar menempatkan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah umum, lalu membiarkan mereka menyesuaikan diri sendiri. Tidak demikian, seharusnya lingkungan belajarlah yang perlu beradaptasi. Guru harus mendapatkan pelatihan khusus, metode pembelajaran harus fleksibel, dan sekolah perlu menyiapkan sarana pendukung seperti terapis, alat bantu visual, atau ruang tenang untuk anak dengan kebutuhan sensori. Dengan pendidikan yang inklusif, kita tidak hanya menciptakan kesempatan belajar yang lebih adil, tapi juga membentuk generasi yang terbiasa hidup dalam keberagaman. Anak-anak lain belajar untuk memahami perbedaan, dan anak berkebutuhan khusus merasa diterima tanpa harus menjadi “normal.” Teknologi juga bisa menjadi salah satu jembatan dalam menciptakan solusi akses pendidikan setara. Misalnya, aplikasi edukatif yang dirancang khusus untuk anak dengan autisme, atau sistem pembelajaran berbasis audio untuk anak tunanetra. Di era digital seperti sekarang, inovasi seperti ini tidak lagi menjadi kendala atau sulit ditemukan, yang dibutuhkan hanyalah kemauan untuk mengakses dan menerapkannya. Untuk mewujudkan inovasi ini, maka perlu adanya kerjasama dari semua pihak baik itu pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang adil. Mulai dari menciptakan kebijakan kurikulum yang ramah terhadap semua tipe pembelajar, hingga adanya program pelatihan guru yang terus diperbarui agar bisa menjawab tantangan di lapangan. Karena kenyataannya, tidak semua guru paham tentang bagaimana cara mengajar anak berkebutuhan khusus, seperti disleksia, ADHD, atau yang memiliki gangguan sensorik lainnya. Padahal, pemahaman ini sangat krusial jika kita ingin mendorong solusi akses pendidikan setara yang benar-benar menyentuh realita. Saatnya Bergerak Bersama Menerapkan Pendidikan yang Ramah untuk Semua Anak Salah satu instansi yang aktif di dalam program pendidikan inklusif adalah Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Ponorogo. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo, Drs. H. Nurhadi Hanuri, M.M., menjelaskan bahwa dinasnya kerap menggelar pelatihan guru pembimbing khusus agar lebih banyak sekolah yang layak menyelenggarakan pendidikan inklusif. Pihaknya juga berupaya meningkatkan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi pendidik dan tenaga kependidikan pada sekolah inklusi. ‘’Kalau ada orang tua ingin menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan khusus ke sekolah reguler harus diterima. Semua sekolah harus siap menampung siswa yang berkebutuhan khusus,’’ terangnya. Sekolah wajib mengalokasikan kursi bagi ABK minimal satu peserta didik dalam satu rombongan belajar yang akan diterima. Di sekolah inklusi, para siswa berkebutuhan khusus akan belajar bersama-sama di satu ruang yang sama dengan siswa lainnya. Prinsip yang dipegang adalah kesetaraan hak pendidikan bagi semua anak. ‘’Sekolah inklusi itu sebenarnya sekolah reguler yang juga menerima siswa berkebutuhan khusus,’’ jelasnya. Dengan adanya layanan pendidikan inklusif, maka orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus memiliki alternatif selain menyekolahkan anaknya ke sekolah luar biasa (SLB). Meskipun sekolah inklusi lebih tepat untuk ABK yang memiliki kemampuan kognitif baik. (sumber : infopublik.id) Kita semua punya peran masing-masing. Baik sebagai orang tua, sebagai guru, sebagai warga masyarakat, bahkan sebagai teman sebaya. Mewujudkan solusi akses pendidikan setara bukan hanya tugas satu pihak saja. Tapi, kita harus menciptakan bersama lingkungan belajar yang ideal bagi anak berkebutuhan khusus. Mulai dari menghentikan stigma dan ejekan, hingga menyediakan ruang bagi mereka untuk berpendapat dan berkembang sesuai potensi yang dimiliki. Kita juga perlu belajar untuk tidak hanya mengasihani, tapi justru menguatkan dan memberdayakan mereka. Anak berkebutuhan khusus bukan anak yang lemah. Mereka hanya belajar dengan cara yang berbeda. Tugas kita adalah menemani proses itu, bukan mempercepat atau memaksakan. Tak bisa dipungkiri, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Tapi setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini akan berdampak besar untuk masa depan. Ketika satu anak berkebutuhan khusus merasa aman dan dihargai di sekolah, maka itu adalah kemenangan bersama. Mari kita percaya bahwa setiap anak, apapun latar belakangnya, punya potensi untuk tumbuh luar biasa jika diberikan ruang yang tepat. Pendidikan bukan hanya tentang buku dan nilai, tapi tentang rasa aman, diterima, dan dimengerti. Dan itulah esensi dari solusi akses. Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris

Read More

Orang Tua Siswa Bukan Tamu, Tapi Mitra Sejati Pendidikan

Surabaya – 1miliarsantri.net: Ketika membicarakan pendidikan, yang pertama kali terlintas dalam benak kita adalah sekolah, guru, dan kurikulum. Padahal, ada satu unsur penting yang sering kali dilupakan: orang tua. Di banyak sekolah, orang tua hanya dianggap sebagai “penonton” atau bahkan sekadar penyumbang dana. Padahal, dalam sistem pendidikan yang ideal, orang tua adalah mitra sejati. Mereka bukan tamu di gerbang sekolah, tapi bagian dari ekosistem pembelajaran anak. Pendidikan Dimulai Dari Rumah Pendidikan sejati dimulai jauh sebelum anak mengenal ruang kelas. Nilai-nilai pertama yang mereka serap berasal dari rumah: bagaimana bersikap, bagaimana berbicara, bagaimana menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, keterlibatan orang tua dalam pendidikan bukanlah tambahan, tetapi keharusan. Ketika orang tua dan sekolah berjalan dalam arah yang sama, proses belajar anak akan menjadi jauh lebih kuat, stabil, dan bermakna. Namun ketika keduanya saling bertolak belakang, maka anak akan kebingungan dalam menghadapi nilai-nilai yang kontradiktif. Bentuk Keterlibatan Orang Tua Keterlibatan orang tua dalam pendidikan tidak hanya sebatas menghadiri rapat wali murid atau membayar uang sekolah. Berikut beberapa bentuk konkret keterlibatan: Manfaat Keterlibatan Orang Tua Penelitian menunjukkan bahwa ketika orang tua terlibat aktif dalam pendidikan anak: Hambatan Umum Namun, tidak semua orang tua bisa serta-merta aktif dalam pendidikan anak. Beberapa hambatan umum antara lain: Peran Sekolah: Merangkul, Bukan Menghakimi Sekolah punya peran besar dalam membangun budaya keterlibatan orang tua. Bukan dengan memaksa, tapi dengan merangkul. Berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan sekolah: Kisah Inspiratif: Sekolah yang Bersahabat dengan Orang Tua Di salah satu sekolah dasar di Yogyakarta, keterlibatan orang tua bukan hal yang langka. Setiap bulan ada “Hari Orang Tua Masuk Kelas”, di mana orang tua boleh mengajar, mendongeng, atau sekadar duduk bersama anaknya. Hasilnya? Kedekatan anak dan orang tua meningkat, guru lebih memahami latar belakang siswa, dan suasana belajar menjadi lebih hangat. Di sekolah lain di Bekasi, orang tua difasilitasi aplikasi khusus untuk memantau tugas, jadwal, dan nilai anak secara real time. Mereka bisa memberi komentar dan berdialog langsung dengan guru. Ini membuat hubungan sekolah-orang tua menjadi lebih cair dan harmonis. Menuju Kolaborasi yang Ideal Pendidikan bukan tanggung jawab sekolah saja. Bukan juga beban orang tua semata. Keduanya harus berjalan seiring, saling melengkapi, saling percaya. Jika kita ingin membentuk generasi yang kuat secara akademik dan karakter, maka relasi antara sekolah dan orang tua harus dibangun di atas fondasi kolaborasi. Mari geser paradigma: dari “sekolah sebagai penyedia layanan” menjadi “sekolah sebagai rumah belajar bersama.” Orang tua bukan tamu di dunia pendidikan. Mereka adalah mitra sejati yang perannya tidak tergantikan. Saat sekolah dan orang tua berjalan bersama, anak-anak akan menemukan pijakan yang kokoh untuk masa depannya. Mari kita rawat kemitraan ini dengan komunikasi, kepercayaan, dan kolaborasi. Karena pendidikan yang baik lahir dari sinergi yang tulus antara rumah dan sekolah..** Penulis : Andriko, S.Pd.I, M.Pd Seorang pengelola lembaga pendidikan yang antusias dengan dunia digital, berpengalaman sejak 2013 di bidang digital marketing khususnya untuk pendidikan dan UMKM, serta aktif mengeksplorasi teknologi AI, pengembangan website, dan strategi konten kreatif di media sosial. Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris Foto Ilustrasi

Read More

Asrama Bukan Hanya Tempat Tidur: Membangun Lingkungan yang Membentuk Karakter

Surabaya – 1miliarsantri.net: Jika Anda pernah tinggal di asrama, Anda pasti tahu, asrama bukan sekadar tempat tidur dan mandi. Ia adalah tempat hidup. Tempat bertumbuh. Di dalamnya, anak-anak belajar hidup bersama, belajar tanggung jawab, disiplin, hingga empati. Karena itu, manajemen asrama tidak boleh dianggap enteng. Ia bukan pelengkap sekolah, tapi jantung pendidikan karakter. Fungsi Asrama dalam Pendidikan Asrama memiliki peran strategis dalam membentuk siswa secara utuh, bukan hanya akademik: Unsur Penting dalam Manajemen Asrama Agar asrama berfungsi maksimal, pengelolaan harus menyentuh aspek-aspek berikut: Tantangan Pengelolaan AsramaMengelola asrama bukan tanpa tantangan: • Perbedaan latar belakang siswa. • Konflik antar kamar atau kelompok. • Kedisiplinan yang naik turun. • Keterbatasan SDM dan fasilitas. Namun dengan pendekatan yang tepat dan komunikasi yang terbuka, tantangan ini bisa menjadi peluang pembelajaran. Kisah Nyata: Ketika Asrama Menjadi Rumah Kedua Di sebuah pesantren modern di Jawa Timur, sistem mentoring harian di asrama terbukti mampu menurunkan tingkat pelanggaran siswa hingga 80% dalam satu tahun. Setiap anak didampingi oleh satu musyrif yang bukan hanya mengawasi, tapi menjadi tempat curhat, diskusi, dan motivasi. Hasilnya, bukan hanya prestasi akademik meningkat, tapi juga semangat belajar dan etika sosial anak semakin kuat. Peran Orang Tua dan Sekolah Pengelolaan asrama tidak bisa dilepas sepenuhnya ke pengurus internal. Orang tua harus tetap terlibat secara aktif: • Memberikan input dan evaluasi. • Menjaga komunikasi rutin dengan pengasuh. • Membekali anak dengan kesiapan mental sebelum tinggal di asrama. Sekolah pun harus menjadikan manajemen asrama sebagai bagian dari visi pendidikan jangka panjang, bukan sekadar fasilitas penunjang. Asrama adalah ruang hidup. Ia mendidik tanpa banyak teori. Ia membentuk karakter bukan lewat ceramah, tapi lewat keseharian. Maka, kelola asrama dengan hati dan strategi. Karena dari sinilah lahir generasi yang bukan hanya cerdas, tapi juga kuat secara moral dan sosial.*** Penulis : Andriko, S.Pd.I, M.Pd Seorang pengelola lembaga pendidikan yang antusias dengan dunia digital, berpengalaman sejak 2013 di bidang digital marketing khususnya untuk pendidikan dan UMKM, serta aktif mengeksplorasi teknologi AI, pengembangan website, dan strategi konten kreatif di media sosial. Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris

Read More

Bukan Sekadar Online: Menggali Makna Digitalisasi Pendidikan Di Sekolah Kita

Surabaya – 1miliarsantri.net: Ditengah gegap gempita perkembangan teknologi, dunia pendidikan pun tak ketinggalan berubah. Perubahan ini tak hanya soal mengganti papan tulis dengan layar LCD atau mengganti buku dengan tablet. Lebih dari itu, kita sedang berbicara tentang transformasi cara berpikir, cara mengajar, dan cara belajar. Inilah yang disebut sebagai digitalisasi pendidikan. Tapi, apakah kita benar-benar memahami makna terdalam dari digitalisasi ini? Apa Itu Digitalisasi Pendidikan? Digitalisasi pendidikan adalah proses integrasi teknologi digital ke dalam semua aspek pendidikan: mulai dari perencanaan kurikulum, metode pembelajaran, evaluasi, hingga administrasi sekolah. Ini bukan hanya tentang mengganti proses manual menjadi digital, tetapi tentang menciptakan ekosistem belajar yang lebih inklusif, adaptif, dan efisien. Sebagai contoh, saat guru tidak lagi hanya menyampaikan materi lewat ceramah, tetapi juga melalui video interaktif, forum diskusi daring, dan game edukatif yang bisa diakses di ponsel siswa. Atau ketika orang tua bisa memantau perkembangan nilai anaknya langsung dari dashboard digital sekolah. Mengapa Sekolah Harus Digital? Ada beberapa alasan kuat mengapa sekolah saat ini perlu segera merangkul digitalisasi: Bukan Sekadar Pindah ke Online Sayangnya, masih banyak sekolah yang mengira bahwa digitalisasi berarti hanya memindahkan kelas ke Zoom atau Google Meet. Padahal, esensi digitalisasi jauh lebih dalam dari itu. Ini bukan tentang media, tapi mindset. Bukan sekadar “meng-online-kan” sekolah, tapi menciptakan budaya belajar yang kolaboratif, mandiri, dan berbasis data. Seorang guru yang paham digitalisasi akan tahu kapan harus menggunakan video, kapan harus berdiskusi langsung, dan kapan harus memberikan waktu untuk eksplorasi mandiri. Ia juga akan memanfaatkan data dari sistem pembelajaran untuk menyesuaikan strategi mengajarnya. Tantangan Digitalisasi di Sekolah Transformasi ini tentu tidak mudah. Beberapa tantangan yang umum ditemui antara lain: • Akses teknologi yang tidak merata. Masih banyak siswa di daerah yang kesulitan akses internet atau perangkat. • Kesiapan guru. Tidak semua guru familiar dengan teknologi dan kadang merasa takut untuk mencoba hal baru. • Kurikulum yang belum fleksibel. Banyak kurikulum masih berbasis hafalan, belum adaptif terhadap pendekatan digital. • Biaya awal. Investasi untuk infrastruktur digital seperti server, platform LMS, dan pelatihan SDM masih dianggap mahal. Namun tantangan ini bukan alasan untuk berhenti. Sebaliknya, ini adalah panggilan bagi para pemangku kepentingan pendidikan untuk berkolaborasi mencari solusi. Solusi dan Langkah Nyata Untuk menjawab tantangan tersebut, berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan sekolah: Inspirasi dari Sekolah yang Sudah Digital Beberapa sekolah di Indonesia sudah berhasil menerapkan digitalisasi dengan pendekatan yang menginspirasi: • Sekolah Literasi Digital di Bandung: Memiliki kurikulum digital yang mengintegrasikan coding, blogging, dan literasi media. • Pesantren Digital di Yogyakarta: Menggabungkan nilai-nilai Islam dengan pembelajaran berbasis teknologi dan e-book. • Sekolah Rakyat di Banyuwangi: Menggunakan sistem belajar daring yang dikembangkan sendiri secara gotong-royong dengan guru dan orang tua. Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa digitalisasi bisa terjadi di mana saja — bukan hanya di sekolah mahal. Peran Pemimpin Sekolah dalam Transformasi Digital Pemimpin sekolah (kepala sekolah, yayasan, pengelola) punya peran vital dalam mendorong digitalisasi. Mereka bukan hanya pengambil keputusan, tapi juga role model. Beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan: • Membuat visi dan roadmap digitalisasi sekolah. • Menyediakan ruang eksperimen untuk guru. • Mengalokasikan anggaran khusus untuk inovasi. • Menjalin kemitraan dengan komunitas, startup edtech, atau perguruan tinggi. Menuju Sekolah Masa Depan Digitalisasi bukan tujuan akhir, melainkan kendaraan untuk mencapai pendidikan yang lebih baik, lebih adil, relevan, dan membebaskan potensi setiap anak. Bayangkan sekolah masa depan di mana: • Siswa belajar sesuai minat dan kecepatan masing-masing. • Guru menjadi fasilitator pembelajaran, bukan pusat informasi. • Orang tua terlibat aktif melalui dashboard perkembangan anak. • Penilaian bukan hanya angka, tapi juga rekam jejak kompetensi.Semua itu mungkin — asal kita mulai dari sekarang. Mari Bergerak Bersama Digitalisasi pendidikan bukan proyek satu malam. Ia adalah perjalanan panjang yang butuh niat kolektif. Bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab kita bersama. Mari kita ubah cara pandang, mari kita ubah cara belajar, dan mari kita ubah masa depan pendidikan anak-anak kita. Karena digitalisasi yang sejati bukan sekadar online — tapi sebuah lompatan menuju masa depan pendidikan yang lebih manusiawi, relevan, dan membebaskan.** Penulis : Andriko, S.Pd.I, M.Pd Seorang pengelola lembaga pendidikan yang antusias dengan dunia digital, berpengalaman sejak 2013 di bidang digital marketing khususnya untuk pendidikan dan UMKM, serta aktif mengeksplorasi teknologi AI, pengembangan website, dan strategi konten kreatif di media sosial. Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris Foto istimewa

Read More

Peran Baru Kepala Sekolah di Era Merdeka Belajar yang Harus Dipahami

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan di Indonesia mengalami transformasi besar-besaran. Salah satu inisiatif terbesarnya adalah kebijakan Merdeka Belajar dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Nah, dalam konteks ini, peran kepala sekolah juga ikut bergeser. Mereka bukan lagi sekadar administrator yang sibuk dengan urusan birokrasi, tapi kini dituntut menjadi pemimpin pembelajaran. Jadi, apa saja peran baru kepala sekolah yang perlu dipahami dan dijalankan? Apa Itu Merdeka Belajar? Sebelum membahas peran kepala sekolah, penting untuk paham dulu konsep dasar Merdeka Belajar. Intinya, Merdeka Belajar adalah upaya menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih fleksibel, menyenangkan, dan berpihak pada siswa. Guru diberikan keleluasaan untuk merancang pembelajaran, dan siswa didorong untuk belajar sesuai minat dan kecepatannya. Dalam ekosistem seperti ini, kepala sekolah punya posisi kunci sebagai penggerak utama. Peran Baru Kepala Sekolah di Era Merdeka Belajar. 1. Pemimpin Pembelajaran (Instructional Leader). Di era sebelumnya, kepala sekolah lebih banyak berkutat pada urusan administratif: mengurus jadwal, mengelola keuangan, dan memastikan semua dokumen lengkap. Tapi sekarang, kepala sekolah harus lebih aktif mendorong kualitas pembelajaran di kelas. Tugas utama sebagai pemimpin pembelajaran: • Mendorong inovasi dalam proses belajar mengajar. • Menyediakan ruang eksperimen bagi guru. • Menjadi fasilitator pelatihan dan pengembangan guru. • Melakukan supervisi berbasis coaching, bukan sekadar kontrol. 2. Agen Perubahan di Sekolah. Kepala sekolah adalah aktor utama dalam membawa perubahan budaya di sekolah. Mereka harus mampu menciptakan lingkungan yang mendukung semangat kolaboratif, inklusif, dan terbuka terhadap hal baru. Contoh peran agen perubahan: • Membangun budaya reflektif dalam rapat guru. • Menginisiasi program mentoring antar-guru. • Menjembatani komunikasi antara sekolah dan orang tua. 3. Pengelola Sumber Daya yang Adaptif. Di tengah segala tantangan, kepala sekolah juga harus jago dalam mengelola sumber daya. Bukan hanya soal Dana BOS, tapi juga bagaimana memanfaatkan teknologi, ruang, dan waktu secara maksimal. Strategi yang bisa diterapkan: • Membangun kemitraan dengan pihak luar (komunitas, dunia usaha). • Memanfaatkan platform digital untuk efisiensi operasional sekolah. • Mengalokasikan sumber daya berbasis kebutuhan siswa. 4. Motivator dan Role Model. Kepala sekolah kini dituntut menjadi figur inspiratif, bukan sekadar atasan. Mereka harus mampu membangkitkan semangat guru, siswa, bahkan tenaga kependidikan. Karakter penting: • Konsisten antara kata dan perbuatan. • Terbuka terhadap kritik dan ide baru. • Memiliki empati yang tinggi terhadap seluruh warga sekolah. 5. Penggerak Kolaborasi dan Komunitas Belajar. Tidak bisa lagi bekerja sendiri, kepala sekolah harus memfasilitasi kolaborasi antarguru, antar sekolah, dan dengan pihak luar. Mereka juga perlu mendukung terbentuknya komunitas belajar yang tumbuh dari bawah. Bentuk kolaborasi yang efektif: • MGMP internal sekolah. • Pertemuan rutin untuk berbagi praktik baik. • Kunjungan belajar ke sekolah lain. Tantangan di Lapangan. Tentu saja, menjalankan peran-peran ini tidak mudah. Kepala sekolah menghadapi sejumlah tantangan seperti: • Beban administrasi yang masih tinggi. • Kurangnya pelatihan kepemimpinan berbasis pembelajaran. • Kultur sekolah yang masih hierarkis dan tertutup. Namun, tantangan ini bukan berarti tidak bisa diatasi. Kuncinya adalah komitmen, kemauan belajar, dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk dinas pendidikan dan komunitas pendidikan itu sendiri. Saatnya Kepala Sekolah Menjadi Pemimpin Yang Menginspirasi Era Merdeka Belajar mengajak kita semua untuk bertransformasi, termasuk kepala sekolah. Peran mereka bukan lagi sekadar pengelola, tapi visioner, inovator, dan pendamping belajar bagi guru dan siswa. Jika kepala sekolah bisa menjalankan peran barunya dengan maksimal, maka kualitas pendidikan Indonesia pun akan naik kelas.*** Penulis : Andriko, S.Pd.I, M.Pd Seorang pengelola lembaga pendidikan yang antusias dengan dunia digital, berpengalaman sejak 2013 di bidang digital marketing khususnya untuk pendidikan dan UMKM, serta aktif mengeksplorasi teknologi AI, pengembangan website, dan strategi konten kreatif di media sosial. Editor : Thamrin Humris dan Toto Budiman Foto istimewa

Read More

Bukan Sekadar Membantu ‘Catatan Santri’ Dibalik Suksesnya Haflah At-Takrim 2025 Ponpes Darul Hijrah Se-Jawa Timur

Pasuruan – 1miliarsantri.net: Zufar Rauf Budiman, Sekretaris OSDHA Darul Hijrah 2, mengisahkan sebuah catatan dibalik suksesnya ‘Haflah At-Takrim 2025 Ponpes Darul Hijrah Se-Jawa Timur. Yang Tak Terlihat Dan Tak Terdengar Ada yang tak terlihat di layar proyektor, dan yang tak terdengar di mikrofon. Tapi justru merekalah yang memastikan Haflah At-Takrim 2025 berjalan sebagaimana mestinya, ‘Tim Sukses OSDHA – Organisasi Santri Darul Hijrah.’ Sebanyak 35 santri dari berbagai divisi terlibat langsung, dari pengaturan kursi, sound system, MC, dokumentasi, tamu undangan, konsumsi, gladi, hingga pengamanan teknis panggung. Semua dilakukan dengan satu niat menghormati para hafizh dan hafizhah yang akan diwisuda juga pastinya karena Allah ta’ala. Persiapan tak mudah. Kami menghadapi perubahan teknis, tekanan waktu, bahkan sempat merasa kurang dihargai karena segalanya serba mendadak. Tapi di situlah kami belajar tentang adab dalam berorganisasi dan makna ikhlas dalam amanah. Bangga Menjadi Bagian Dari Proses Kami tak meminta nama kami disebut, tapi kami bangga menjadi bagian dari proses. Kami tak sempat duduk menikmati acara, tapi kami tahu “kami sedang melayani generasi Qur’ani.” Enam MC bertugas membawakan rangkaian acara dalam tiga bahasa; untuk sesi pra acara serta kirab, Zufar Rauf dan Thufail Ubidillah, untuk sesi acara utama Balthazar Farsad dan Maqdis Daromi, dan untuk sesi closing Laits Ubaid dan Ilham Asy’ari. Dan untuk MC off stage serta koordinator MC dibawahi langsung oleh ustadz Ahmad Mubarok. Balthazar Farsad, mengungkapkan bahwa, “Ustadz Mubarok hanya menyiapkan naskah untuk pra acara, opening, dan closing. Tapi beliau tetap mendampingi di lapangan.” Untuk sesi isi acara hingga pra-penutupan, “saya menyusun dan mencetak ulang teks secara improvisasi dengan persetujuan beliau, termasuk menulis bagian tambahan saat acara sedang berlangsung.” Sesi Parade Sebelum acara resmi dimulai, sesi Parade Qur’an menghadirkan 10 santri pembaca Juz 30. Bacaan mereka menggema syahdu, menjadi pembuka yang menggugah dan mengingatkan ruh utama pondok ini: Qur’an adalah fondasi segalanya. Menariknya, 10 santri tersebut pula yang kembali tampil dalam sesi menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Mars Hidayatullah sebagai paduan suara. Suara mereka mantap, kompak, dan penuh semangat. Kami tahu ini bukan acara terakhir. Tapi ini akan jadi kenangan panjang. Hari ketika kami belajar bahwa pengabdian bukan dimulai dari panggung utama, tapi dari niat di balik layar. Semoga langkah kecil kami menjadi amal yang besar di sisi Allah. Dan semoga tahun-tahun mendatang akan lahir lagi para penggerak baru, yang lebih baik dan lebih siap.** Ditulis oleh: Zufar Rauf Budiman, Sekretaris OSDHA DH 2 | Salah satu MC Haflah At-Takrim 2025. Editor : Thamrin Humris

Read More

Menjelang Haflah At-Takrim 2025, Santri Darul Hijrah Hadapi Tantangan Persiapan dengan Semangat Kolektif

Pasuruan – 1miliarsantri.net: Pondok Pesantren Darul Hijrah tengah bersiap menggelar hajatan Haflah At-Takrim 2025, yang melibatkan Mahad Tahfidzhul Pusat Surabaya serta seluruh cabang pesantren Darul Hijrah Putra dan Darul Hijrah Putri Mojokerto bersama dengan pesantren Darul Qonitaat Pasuruan. Ma’had Tahfizh Darul Hijrah berdiri pada tahun 2012, berawal dari Surabaya. Merupakan bagian dari program Dewan Pimpinan Wilayah Hidayatullah Jawa Timur. Jenjang pendidikan yang dikelolanya SMP/MTs dan SMA/MA. Prosesi ini menjadi momen istimewa karena sekaligus menjadi kegiatan wisuda perdana bagi santriwati. Acara tersebut akan digelar pada Ahad, 18 Mei 2025, bertempat di Taman Candra Wilwatikta, Pandaan, Pasuruan dan dihadiri oleh seluruh wali santri kelas IX dan XII serta tamu undangan dari berbagai lembaga seperti BMH (Baitul Maal Hidayatullah), DPW Hidayatullah Jawa Timur dan lain sebagainya, yang diperkirakan mencapai 600 orang, dan jumlah wisudawan 238 orang. Agenda Besar Dan Tantangannya Meski menjadi agenda besar, persiapan wisuda kali ini menghadirkan tantangan tersendiri. Salah satunya adalah keterbatasan waktu persiapan bagi santri pengisi acara. Santri yang ditunjuk menjadi MC baru dipilih satu pekan sebelum acara, dan hingga beberapa hari menjelang pelaksanaan, mereka masih belum menerima teks resmi dari panitia. Meski menjadi agenda besar, persiapan wisuda kali ini menghadirkan tantangan tersendiri. Salah satunya adalah keterbatasan waktu persiapan bagi santri pengisi acara. Santri yang ditunjuk menjadi MC baru dipilih satu pekan sebelum acara, dan hingga beberapa hari menjelang pelaksanaan, mereka masih belum menerima teks resmi dari panitia. Ada 6 orang MC yang dibagi menjadi 3 kloter yang akan memandu seluruh rangkaian acara.“Latihan intensif baru akan dimulai Jumat dan Sabtu ini.” Artinya, waktu kami sangat mepet dan dituntut membawakan dalam 3 bahasa, Indonesia, Arab dan Inggris . Untuk itu, “kami harus memanfaatkan waktu di hari sebelumnya menggelar latihan demi totalitas di acara,” ujar Zufar Rauf, Sekretaris OSDHA DH 2, sekaligus MC terpilih di sesi pembukaan kirab. Pembina MC, Ustadz Ahmad Mubarok dari DH Kediri, ditunjuk langsung oleh Ustadz Ihya’ Ulumuddin, Ketua Yayasan Darul Hijrah Surabaya, karena sebelumnya pernah menangani pelatihan MC saat launching cabang Darul Hijrah di Kediri. Beliau sekaligus merupakan founder English for Adab. Diharapkan, pengalaman beliau dapat membantu para santri tampil maksimal meskipun dengan waktu latihan yang terbatas. Beberapa santri juga sempat merasa bahwa suasana persiapan belum cukup mencerminkan kesakralan sebuah prosesi kelulusan. Namun, hal ini justru menjadi dorongan bagi tim media dan pengurus OSDHA serta jajaran panitia acara untuk menciptakan atmosfer tantangan dalam menerima amanah yang lebih mendalam. “Kami ingin acara ini tak hanya rapi secara teknis, tapi juga menyentuh sisi emosional para wisudawan dan keluarga mereka. Ini bukan sekadar pelepasan, tapi ini sekaligus penghormatan,” ujar salah satu panitia acara. Seluruh rangkaian acara dikemas oleh para santri aktif, dengan bimbingan pembina masing-masing. Tim media OSDHA juga turut mendokumentasikan proses perjalanan acara ini untuk disampaikan kepada khalayak luas.Reportase dilakukan sebelum dan saat pelaksanaan wisuda. Bersambung ke Bagian Kedua: Reportase Hari-H Wisuda Akbar 2025.*** Penulis : Tim Media OSDHA Darul Hijrah 2 Editor : Toto Budiman dan Thamrin Humris Sumber : https://pesantrendarulhijrah.com

Read More