Cara Menanamkan Nilai Etika Islami Dalam Dunia Digital, Tanggung Jawab Siapa?

Situbondo – 1miliarsantri.net : Di zaman serba online seperti sekarang, dunia digital sudah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Mulai dari bangun tidur sampai menjelang tidur lagi, hampir semua aktivitas harian masyarakat modern bersinggungan dengan teknologi. Di sinilah muncul pertanyaan penting, bagaimana kita menjaga etika digital Islami dalam setiap interaksi? Dunia maya memang luas dan terbuka, tapi bukan berarti bebas tanpa aturan. Islam sendiri sudah memberi panduan yang relevan untuk kita terapkan, bahkan dalam kehidupan digital sekalipun. Kita tidak bisa memungkiri bahwa media sosial, aplikasi pesan, hingga forum diskusi punya dua sisi, yaitu bisa membawa kebaikan, tapi juga berpotensi menjadi sumber masalah. Untuk itu, sangat penting bagi kita memahami dan mempraktikkan etika digital islami, supaya aktivitas online kita tetap membawa manfaat, bukan mudarat. Bagaimana Cara Menanamkan Nilai Islami di Dunia Digital? Kalau bicara tentang etika digital islami, sebenarnya prinsipnya tidak jauh beda dengan kehidupan nyata. Apa yang tidak pantas dilakukan di dunia nyata, juga tidak pantas dilakukan di dunia maya. Bedanya, di dunia digital kita mempunyai kemudahan untuk berinteraksi tanpa tatap muka, yang terkadang membuat orang lupa menjaga adab. Salah satu langkah awal adalah niat. Sebelum posting, komen, atau share sesuatu, tanyakan ke diri sendiri “Apakah ini bermanfaat?” atau “Apakah ini akan membuat orang lain tersinggung?” Dalam Islam, kita diajarkan untuk berkata baik atau diam. Prinsip ini juga berlaku di media sosial. Berikut beberapa etika digital secara islami: 1. Menggunakan Media Sosial dengan Bijak Media sosial bisa menjadi ladang pahala, tapi juga bisa menjadi sumber dosa, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Misalnya, menggunakan Instagram atau TikTok untuk berbagi konten inspiratif, tips islami, atau dakwah singkat adalah bentuk positif dari etika digital islami. Sebaliknya, mengunggah hal-hal yang mengundang ghibah, pamer berlebihan, atau bahkan mengundang fitnah, jelas bertentangan dengan nilai Islami. Kita juga perlu peka terhadap etika privasi. Jangan sampai membagikan foto atau informasi orang lain tanpa izin, apalagi yang bisa merugikan. Di dalam Islam, menjaga kehormatan orang lain sangat dianjurkan, bahkan dianggap sebagai salah satu bentuk ibadah. Dunia digital seharusnya menjadi sarana memperluas silaturahmi, bukan merusak hubungan antar manusia. Baca juga : Tantangan Dan Solusi Transformasi Digital Sekolah 2. Menjaga Adab dalam Komunikasi Online Interaksi di dunia maya sering membuat orang lebih berani berbicara kasar atau menyinggung orang lain. Padahal, etika digital islami menuntut kita untuk menjaga ucapan, bahkan dalam bentuk teks. Menulis komentar yang sopan, menghindari kata kasar, dan tetap menghargai perbedaan pendapat adalah wujud nyata dari akhlak Islami. Saat terlibat diskusi online, kita bisa berbeda pendapat tanpa harus menjatuhkan atau merendahkan orang lain. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa perbedaan itu bisa menjadi rahmat selama disampaikan dengan cara yang santun. 3. Membawa Spirit Islami ke Setiap Aktivitas Digital Agar etika digital islami benar-benar tertanam di dalam diri, kita perlu mengintegrasikannya di setiap aktivitas online. Hal ini termasuk memilih konten yang kita konsumsi, cara kita berinteraksi, sampai ke niat kita saat membagikan sesuatu. Jika tujuannya baik, insyaAllah akan membawa manfaat untuk diri sendiri maupun orang lain. Baca juga : inovasi edutekno Kita juga bisa memulai dengan langkah kecil, seperti mengikuti akun-akun yang memberikan inspirasi yang positif, ikut komunitas yang membahas ilmu agama, atau berbagi kutipan Qur’an dan hadis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dunia digital bisa jadi sarana dakwah modern yang menjangkau banyak orang, asal digunakan dengan bijak. Pada akhirnya, etika digital islami bukan hanya menghindari hal yang buruk, tapi juga tentang menghadirkan suatu kebaikan. Dengan menjaga ucapan, menyebarkan kebaikan, menghormati privasi, dan menghindari hal-hal yang dilarang, kita bukan hanya menjaga nama baik diri sendiri, tapi juga menciptakan ruang digital yang sehat dan penuh berkah. Jika kita semua mulai menerapkan etika digital islami dari hal-hal kecil, insyaAllah akan membawa kebaikan dan bermanfaat bagi semua orang. Karena pada akhirnya, dunia digital hanyalah sebagai alat, dan kitalah yang menentukan apakah ia akan membawa pahala atau sebaliknya. (***) Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman

Read More

Kabar Gembira bagi Santri Indonesia: Gerbang Ilmu di Singapore College of Islamic Studies (SCIS) Terbuka Lebar!

Singapura – 1miliarsantri.net : Bagi para lulusan lembaga pendidikan Islam di Indonesia, khususnya dari pesantren, kabar gembira datang dari Singapura. Singapore College of Islamic Studies (SCIS) — sebuah institusi pendidikan tinggi Islam Singapura yang dirancang dengan visi jauh ke depan, kini siap menjadi mercusuar keilmuan Islam modern. Dengan dibangunnya kampus baru di kawasan Rochor yang berdampingan dengan Singapore University of Social Sciences (SUSS), kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi Islam Singapura dengan pendekatan holistik semakin nyata. Dalam pidato National Day Rally 2025, Perdana Menteri Lawrence Wong menegaskan: “This way, students from both institutions can better interact with one another, enriching their campus lives. SCIS and SUSS will be housed in their own buildings, which will reflect their own unique identity and purpose.” Pernyataan ini menegaskan bahwa keberadaan SCIS bukan hanya sebatas menambah infrastruktur pendidikan, melainkan membangun ekosistem akademik yang inklusif, modern, dan selaras dengan kebutuhan zaman. Sumber foto: Mothership SCIS: Wujud Mimpi dan Visi Pendidikan Islam Masa Depan Pendirian SCIS merupakan puncak cita-cita komunitas Muslim Singapura: memiliki lembaga pendidikan tinggi Islam sendiri yang berdiri sejajar dengan universitas global. Selama ini, generasi muda muslim singapura banyak menempuh studi ke Mesir, Yordania, atau Timur Tengah. Kini, mereka memiliki rumah akademik yang kuat di tanah airnya, sekaligus berjejaring erat dengan pusat keilmuan dunia. SCIS didesain untuk mengintegrasikan tradisi Islam dengan konteks modern. Dengan kurikulum interdisipliner, mahasiswa bukan hanya mendalami Al-Qur’an, hadits, dan fatwa, tetapi juga ilmu sosial, hukum, psikologi, ekonomi, hingga teknologi. Model pendidikan semacam ini menegaskan bahwa Islam tidak terpisah dari realitas sosial, melainkan hadir sebagai solusi atas tantangan zaman. Peluang Kuliah Program Gelar Sarjana SCIS akan mulai menerima kohort perdana pada 2028. Program sarjana terapan selama empat tahun ditujukan untuk mencetak generasi baru Asatizah, ulama dan pendidik agama yang siap terjun ke masyarakat. Dua tahun pertama fokus pada ilmu-ilmu Islam dan sosial. Setelah itu, mahasiswa dapat memilih dua jalur besar: Menariknya, meski kursi utama ditujukan bagi siswa madrasah penuh waktu Singapura, SCIS juga membuka peluang bagi mahasiswa internasional dengan sertifikat setara. Artinya, lulusan pesantren Indonesia berpeluang besar untuk menjadi bagian dari angkatan perdana. Jalur Pascasarjana dan Pengembangan Profesional Selain sarjana, SCIS juga menghubungkan mahasiswa dengan program pascasarjana seperti Postgraduate Certificate in Islam in Contemporary Societies (PCICS) yang sudah berjalan sejak 2020. Lebih dari 350 siswa telah lulus dari program ini, yang menyeimbangkan ilmu agama dan sosial. Kemitraan internasional memperkaya jalur akademik ini. SCIS bermitra dengan Al-Azhar University, University of Jordan, National University of Singapore (NUS), hingga Dar al-Ifta al-Misriyyah. Bagi santri Indonesia, ini bukan sekadar kuliah di Singapura, melainkan pintu gerbang menuju dunia akademik global. Mengapa SCIS Pilihan Tepat bagi Santri Indonesia? Kelebihan Bagi Santri Indonesia Jika Kuliah di SCIS Selain manfaat umum di atas, ada kelebihan tambahan yang memperkuat alasan santri Indonesia memilih SCIS: Baca juga : Pesantren Sebagai Wadah Pembentukan Karakter Santri Penutup: Transformasi Pendidikan Islam Masa Depan Kehadiran SCIS adalah tonggak sejarah pendidikan Islam di Asia Tenggara. Ia melambangkan transformasi dari ketergantungan eksternal ke kemandirian lokal, dari pendidikan tradisional ke pendekatan interdisipliner yang kontekstual. Bagi santri Indonesia, kesempatan ini adalah pintu emas. Dengan fondasi akademik kuat, jejaring internasional, dan fasilitas modern, SCIS siap mencetak generasi ulama, cendekiawan, dan pemimpin Muslim yang bukan hanya pakar dalam ilmu agama, tetapi juga adaptif menghadapi kompleksitas global. Sebagaimana ditegaskan PM Lawrence Wong, kampus ini akan menjadi ruang pertemuan lintas budaya, ilmu, dan iman: “This way, students from both institutions can better interact with one another, enriching their campus lives.” Kini, saatnya santri-santri terbaik Indonesia menatap Singapura — bukan sekadar sebagai tetangga dekat, tetapi sebagai gerbang menuju masa depan Islam dan Muslim yang berkelas dunia. (**) Penulis : Abdullah al-Mustofa Editor : Toto Budiman Sumber : Majlis Ugama Islam Singapura Channel News Asia The Straits Times

Read More

3 Teknologi Pendidikan yang Mengubah Cara Santri Belajar di Era Digital

Bogor – 1miliarsantri.net : Di tengah gempuran arus digital, dunia pesantren tak lagi terpaku pada cara belajar tradisional. Kitab kuning masih dibaca, halaqah tetap berjalan, tapi kini ditemani teknologi pendidikan yang memperkaya cara santri menyerap ilmu. Transformasi ini bukan soal mengganti nilai-nilai lama, tapi soal beradaptasi dan memperkuat pendidikan dengan alat baru di era digital. Di banyak pesantren dan sekolah berbasis Islam, teknologi pendidikan mulai menjadi bagian dari proses belajar. Dari platform e-learning, video pembelajaran, sampai kecerdasan buatan (AI), semuanya membuka peluang baru bagi santri untuk belajar lebih luas dan mendalam. Berikut tiga teknologi pendidikan yang paling terasa dampaknya dalam dunia santri dan pendidikan Islam secara umum: 1. Platform E-Learning: Belajar Tanpa Batas Waktu dan Tempat   Dulu, proses belajar santri hanya terjadi di kelas atau halaqah. Kini, lewat platform e-learning seperti Google Classroom, Moodle, atau bahkan platform buatan pesantren sendiri, santri bisa mengakses materi kapan pun. Beberapa pesantren modern seperti Gontor, Al Hikam, atau Daarut Tauhiid sudah mulai mengembangkan sistem pembelajaran daring sendiri. Santri bisa mengulang materi tafsir, mendownload kitab dalam bentuk PDF, atau mengikuti ujian secara daring. Bahkan, jadwal kajian dan penugasan bisa dikontrol lewat ponsel. Hal ini tidak hanya membantu dalam fleksibilitas belajar, tetapi juga membentuk kemandirian belajar bagi santri. Mereka belajar mengatur waktu, memilih materi sesuai kebutuhan, dan bertanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri. 2. Video Pembelajaran dan Konten Edukatif: Ulama di GenggamanDi era YouTube dan TikTok, belajar agama tidak hanya dari pengajian langsung. Banyak ustaz, kiai, bahkan pesantren kini aktif membagikan ceramah pendek, penjelasan istilah kitab, hingga tips menghafal Al-Qur’an dalam bentuk video. Contohnya, channel seperti Santri Gayeng, Ustadz Adi Hidayat, atau Buya Yahya banyak diakses oleh pelajar dan santri di seluruh Indonesia. Mereka menyampaikan materi secara ringkas, menarik, dan mudah diakses, cocok untuk generasi yang visual dan cepat bosan membaca panjang-panjang.        Konten ini tidak menggantikan pengajian langsung, tapi menjadi pendamping belajar yang sangat membantu, terutama saat santri belajar mandiri atau mengulang pelajaran di luar jam kelas. 3. Kecerdasan Buatan (AI): Asisten Belajar yang Siaga 24 Jam Mungkin terdengar futuristik, tapi AI sudah mulai masuk ke dunia pendidikan. ChatGPT, misalnya, bisa membantu menjelaskan ulang materi, meringkas kitab, atau menjawab pertanyaan secara instan. Tentu saja, santri tetap perlu bimbingan guru agar tidak salah paham, tapi teknologi ini bisa jadi penolong awal saat belajar mandiri. Beberapa startup edtech di Indonesia bahkan sedang mengembangkan aplikasi belajar Islam berbasis AI yang bisa menyesuaikan materi dengan tingkat pemahaman siswa.       Yang paling menarik, AI juga bisa digunakan untuk membuat soal latihan otomatis, menerjemahkan istilah Arab ke bahasa Indonesia, bahkan membaca teks dari gambar kitab. Baca juga : edutekno/aplikasi-ruangguru-solusi-edukasi-yang-dikemas-dalam-platform-digital/ Jangan Lupa: Teknologi Adalah Alat, Bukan Tujuan  Semua kemajuan ini sangat membantu, tapi tetap harus diiringi akhlak dan pemahaman. Santri tetap harus menjaga adab belajar, tidak menggantungkan segalanya pada mesin, dan tetap menghormati  guru sebagai sumber utama ilmu. Teknologi tidak boleh membuat manusia malas berpikir. Justru dengan alat-alat canggih ini, santri bisa lebih efisien, lebih terarah, dan lebih produktif, selama digunakan dengan niat dan cara yang benar.            Transformasi digital di dunia santri bukan ancaman, tapi peluang. Dengan hadirnya e-learning, konten edukatif, dan kecerdasan buatan, cara belajar jadi lebih dinamis dan menyenangkan. Generasi santri hari ini bukan hanya penerus ilmu agama, tapi juga pionir perubahan yang mampu berdiri di dua kaki: iman dan teknologi. Di tangan para santri yang berakhlak dan berpikiran terbuka, teknologi tak lagi menakutkan. Ia menjadi sahabat dalam menuntut ilmu dan alat untuk menebar kebaikan. (***) Penulis: Salwa Widfa Utami Foto Ilustrasi AI Editor : Toto Budiman dan Iffah Faridatul Hasanah

Read More

Aplikasi Ruangguru, Solusi Edukasi yang Dikemas dalam Platform Digital

Bekasi – 1miliarsantri.net : Perkembangan teknologi yang meningkat pesat, menciptakan berbagai peluang yang memungkinkan banyak kalangan mengakses informasi dengan mudah. Salah satu peluang tersebut adalah berupa perkembangan teknologi aplikasi ruangguru, dalam media pembelajaran di dunia pendidikan. Teknologi informasi yang menyentuh dunia pendidikan telah membuka berbagai peluang bagi perusahaan di Indonesia, salah satunya Ruangguru. Ruangguru merupakan perusahaan pengembangan teknologi digital yang telah memberikan peluang kepada lebih dari 150.000 guru yang menawarkan jasa di lebih dari 100 bidang pelajaran. Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia yang memiliki potensi untuk berkembang dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah  guru. Oleh sebab itu, ada banyak peluang yang dapat dikembangkan untuk memajukan perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan, salah satunya menjadi mitra kerja perusahaan pembelajaran digital dengan bekal kemampuan mengajar yang baik. Ruangguru memberikan wadah bagi para guru yang mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran interaktif secara online melalui video materi pembelajaran, pembahasan dan latihan dari berbagai mata pelajaran tiap-tiap tingkatan kelas. Tidak hanya itu, media Ruangguru juga memberikan kemudahan bagi guru dalam pengaplikasiannya. Kemudahan yang didapatkan tersebut antara lain, guru dapat memberikan tugas dan ujian kepada siswa dalam waktu dan tempat yang fleksibel serta dapat dilakukan secara online maupun offline. Guru juga dapat melakukan monitor terhadap hasil tugas yang dikerjakan oleh siswa secara langsung dan mudah, serta dapat mengevaluasi kemampuan siswa untuk setiap mata pelajaran secara otomatis. Tujuan Aplikasi Ruangguru Diciptakan Ruangguru menjadi perusahaan penyedia ’layanan pendidikan berbasis teknologi learning management system yang memberikan banyak kemungkinan bagi berbagai pihak yang berkaitan di bidang pendidikan seperti guru, siswa, pemerintah pusat dan daerah serta orang tua siswa untuk berinteraksi di dalam suatu platform digital yang dirancang secara komprehensif sehingga memungkinkan untuk digunakan lebih dari 2.000.000 siswa dan guru. Aplikasi Ruangguru tentu dibuat tidak tanpa tujuan, bahkan Ruangguru bertekad untuk menjadi mitra bagi pemerintah daerah guna memberikan pendidikan berkualitas melalui Sistem Manajemen Belajar (LMS). Pembuatan Aplikasi Ruangguru memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah: Produk-produk yang Ditawarkan di Ruangguru Ruangguru menjadi trend bimbingan belajar online dan offline terbesar, terlengkap dan telah terbukti di Indonesia. Ruangguru memberikan kemudahan dalam berbagai produk yang ditawarkan diantaranya sebagai berikut: Bagaimana, sangat efisien bukan? Kita bisa menjadikan Ruangguru sebagai salah satu platform belajar yang memadai dan menunjang pembelajaran. Semoga bermanfaat! Sumber artikel : Raudatussaadah., dkk. (2023).Pemanfaatan Media Ruang Guru Sebagai Salah Satu Platform Pendidikan Luar Sekolah. Jurnal Inspirasi Pendidikan (ALFIHRIS). 1(1), 190-195 Situs www.ruangguru.com Sumber foto: https://wiki.ambisius.com/aplikasi/ruangguru/sejarah-singkat Sumber foto: https://retizen.republika.co.id/posts/219235/proses-lahirnya-inovasi-kreatif-teknologi-digital-aplikasi-ruangguru-dan-pengaruhnya-dalam-implement Sumber foto: https://www.ruangguru.com/blog/layanan-customer-service-ruangguru Penulis: Gita Rianti D Pratiwi Editor : Toto Budiman, Iffah Faridatul Hasanah

Read More

5 Aplikasi Psikologi untuk Kesehatan Mental yang Semakin Terjaga

Bekasi – 1miliarsantri.net : Kesehatan mental menjadi salah satu isu penting yang kini menjadi fokus di banyak negara, termasuk Indonesia. Kesehatan mental tidak sama halnya dengan kesehatan fisik yang terlihat, oleh sebab itu ada banyak tolak ukur yang menjadi faktor kesehatan mental seseorang. Kemampuan seseorang dalam mengatasi tekanan hidup, menyadari potensi yang ada dalam diri, mampu belajar dan bekerja dengan baik serta memberikan kontribusi untuk sekitar menjadi salah satu tanda bahwa dirinya memiliki kesehatan mental yang baik. Tidak hanya itu, kesehatan mental yang baik juga akan sangat berpengaruh pada bagaimana seseorang dapat berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Seseorang dengan kesehatan mental yang baik juga dinilai mampu melakukan kontrol terhadap dirinya saat menghadapi berbagai permasalahan. Namun jika melihat situasi saat ini, ada banyak permasalahan baik dari segi ekonomi, keluarga maupun lingkungan maka tidak heran jika banyak orang yang mengalami masalah kesehatan mental. Tidak hanya orang dewasa, bahkan anak dengan usia sekolah pun berpotensi mengalami masalah kesehatan mental. Kesehatan mental dinilai masih tabu di kalangan masyarakat, apalagi adanya stigma yang seringkali membuat seseorang enggan untuk mengakui bahwa dirinya mengalami masalah mental membuat permasalahan kesehatan mental di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Bahkan angka bunuh diri remaja di Indonesia mengalami peningkatan pada beberapa tahun terakhir.  Dikutip dari situs bbc.com, disebutkan bahwa satu dari tiga anak usia 10 – 17 tahun di Indonesia disebut memiliki masalah kesehatan mental. Hubungan Psikologi dan Kesehatan Mental Jika berbicara mengenai kesehatan mental, maka ilmu yang akan selalu berkaitan adalah psikologi. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kesehatan mental. Sementara itu menurut ahli, psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan mental, yang mana perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang dapat diobservasi, baik pada manusia maupun hewan, sedangkan mental mencakup sensasi, persepsi, memori, fikiran, mimpi, motivasi, emosi dan pengalaman-pengalaman subjektif seseorang. Berangkat dari hal tersebut, maka psikologi menjadi gerbang untuk mempelajari kesehatan mental secara lebih mendalam. Melalui psikologi, seseorang dapat mengetahui bagaimana seseorang dapat dikatakan sehat secara mental, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi serta pencegahan apa yang dapat dilakukan agar tidak mengalami masalah pada kesehatan mental. Solusi Kesehatan Mental Masa Kini Seiring perkembangan teknologi yang semakin maju, ada banyak solusi yang ditawarkan dari setiap permasalahan, salah satu permasalahan terkait adalah kesehatan mental. Mengingat kesehatan mental seringkali memunculkan stigma buruk terhadap penderitanya, maka banyak orang memilih untuk menyimpan sendiri masalah kesehatan mental yang sedang dialami. Namun, teknologi yang saat ini sudah semakin merambah ke berbagai bidang salah satunya kesehatan mental menciptakan berbagai kemudahan bagi penggunanya. Salah satu aplikasi dalam bidang kesehatan yang kini hadir yaitu layanan telemedicine, yang merupakan layanan kesehatan berbasis teknologi, yang memberikan kesempatan bagi penggunanya untuk melakukan konsultasi jarak jauh dengan tenaga medis, tanpa harus bertatap muka secara langsung. Dikutip dari goodstats.id, pada tanggal 10 Oktober 2022 terdapat hasil survei yang dirilis oleh Populix yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa aplikasi yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kaitannya dengan kesehatan mental. Berikut daftar 5 Aplikasi psikologi untuk Kesehatan Mental yang semakin terjaga: 1. What’s Up What’s Up merupakan aplikasi yang dapat membantu dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, stress, anxiety dan lainnya. Aplikasi ini menggunakan dua metode strategis yaitu metode CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dan ACT (Acceptance Commitment Therapy). Tidak hanya itu, aplikasi psikologi ini juga dapat merekam kebiasaan baik dan buruk sehingga pengguna dapat mengetahui mana kebiasaan yang harus dipertahankan dan mana yang harus dikurangi. Menarik bukan? 2. MoodMission MoodMission merupakan aplikasi psikologi atau mental health yang akan memberikan berbagai pertanyaan mengenai perasaan yang sedang dirasakan. Setelah mendapat jawaban dari pertanyaan tersebut, maka pengguna akan mendapatkan lima kegiatan yang perlu untuk dilakukan dan biasanya berkaitan dengan emosi, perilaku, fisik serta pikiran. 3. MindShift MindShift merupakan aplikasi psikologi yang bertujuan untuk memberikan solusi bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan mental, seperti kecemasan. Pada pengaplikasiannya, MindShift akan membantu klien dalam rangka mengubah pola pikir mengenai kecemasan yang sedang dihadapi. 4. Calm Aplikasi Calm sangat cocok bagi para pemula yang ini agar kesehatan mental nya tetap terjaga. Aplikasi Calm menyediakan berbagai suara alam, music serta panduan meditasi yang memiliki banyak manfaat seperti menjaga fokus, meningkatkan self awareness hingga mengurangi stress. 5. Happify Aplikasi ini merupakan aplikasi psikologi tidak berbayar atau gratis yang mengusung tema mental health. Pada aplikasi ini, pengguna akan disuguhkan berbagai saran aktivitas, kuis serta permainan yang dapat digunakan agar dapat melatih otak dan perasaan untuk menghindari pikiran negative serta meningkatkan kebahagiaan. Penulis: Gita Rianti D Pratiwi Editor : Iffah Faridatul Hasanah

Read More

Viral Budaya Lokal di Era Digital; Potensi Tiktok dan Youtube dalam Melestarikan Budaya

Malang – 1miliarsantri.net : Beberapa waktu lalu, publik dibuat terpukau oleh aksi Rayyan Arkhan Dikha, seorang anak lelaki dari Riau yang menari dengan semangat di ujung perahu pacu jalur. Cuplikan videonya viral di media sosial TikTok dan YouTube Shorts. Dengan ekspresi khas dan gerakan jenaka, Rayyan memikat jutaan warganet. Tanpa produksi mewah atau promosi resmi, video itu menjadi bukti bahwa budaya lokal bisa hadir secara spontan di panggung digital global. Tradisi pacu jalur bukan budaya baru. Ia merupakan perlombaan perahu panjang yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Kuantan Singingi. Namun baru kali ini, dengan bantuan media sosial, tradisi tersebut mendapat panggung seluas ini. Viralitas Rayyan menyimpan pesan penting bahwa eksistensi budaya lokal tidak mati. Ia hanya butuh ruang baru untuk dihidupkan kembali oleh generasi muda dengan caranya sendiri. Ketika Media Sosial Menjadi Kelas Budaya TikTok dan YouTube tak lagi hanya sebagai ruang hiburan. Kini, keduanya menjadi medium belajar secara tak langsung. Konten budaya lokal yang viral bisa menjadi bahan ajar yang segar dan relevan. Sekolah sebenarnya memiliki peluang besar untuk mengintegrasikan tren ini dalam pembelajaran. Alih-alih mengandalkan hafalan, guru bisa mengajak siswa mengkaji makna budaya di balik video viral seperti tarian Rayyan. Siswa dapat diajak membuat proyek digital yang sejenis, mulai dari mendokumentasikan budaya lokal, mewawancarai tokoh adat, hingga membuat narasi visual tentang tradisi di lingkungan mereka. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar budaya, tetapi juga mengasah keterampilan literasi digital, berpikir kritis, dan empati sosial. Literasi Budaya dan Digital Harus Berjalan Bersamaan Dua hal penting yang dibutuhkan di era sekarang ialah literasi budaya dan literasi digital. Yang satu mengajarkan kita memahami akar dan nilai, yang lain membekali kita dengan cara mengomunikasikannya secara efektif. Rayyan memberi contoh bahwa anak-anak bisa menjadi penggerak budaya, asal diberi ruang dan dukungan. Namun agar tidak salah arah, pendampingan dari guru dan orang dewasa sangat penting. Siswa perlu dibantu membedakan antara konten bermakna dan konten sensasional. Mereka harus paham bahwa budaya bukan sekadar bahan tontonan, tapi warisan yang harus dihargai. Dalam hal ini sekolah bisa menjadi pusat produksi budaya baru. Dengan teknologi yang kini makin terjangkau, siswa dapat menciptakan konten budaya mereka sendiri yang otentik, kreatif, dan kontekstual. Kurikulum merdeka memberi ruang besar untuk ini. Dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), tema kebudayaan bisa dieksplorasi dalam format digital. Kolaborasi dengan komunitas lokal akan memperkaya pengalaman belajar. Siswa tidak hanya belajar dari buku, tetapi langsung dari sumbernya yakni dari para pelaku tradisi dan penjaga nilai-nilai lokal. Perlunya Menghindari Reduksi Budaya Tentu tidak semua konten budaya yang viral bersifat positif. Ada juga yang menyederhanakan budaya secara berlebihan, bahkan mengejeknya untuk efek lucu. Risiko ini harus diantisipasi dengan membekali siswa kemampuan berpikir reflektif. Mereka perlu bertanya, siapa yang membuat konten? Untuk siapa? Apa dampaknya bagi pemilik tradisi? Dengan kesadaran semacam ini, budaya tidak hanya dilihat sebagai barang konsumsi viral, tetapi sebagai narasi yang memiliki sejarah dan makna mendalam. Rayyan dan pacu jalur-nya adalah simbol kecil dari potensi besar yang kita miliki. Tradisi bisa tumbuh kembali, bukan hanya lewat panggung adat, tapi juga layar digital. Yang dibutuhkan adalah dukungan kolektif. Sekolah, guru, orang tua, komunitas budaya, dan pelaku teknologi harus bersama-sama mendorong anak-anak untuk menjadi penjaga sekaligus pencerita budaya mereka. Perlu kita ingat bahwa teknologi bukanlah musuh budaya, Jika digunakan dengan bijak, ia mampu menjadi jembatan antara masa lalu yang kaya, dan masa depan yang kreatif dan inklusif. Dengan demikian maka dapat kita simpulkan bahwa, viralnya budaya lokal di era digital tetap membutuhkan perhatian khusus dari segala pihak. Guna menghindari kesalahpahaman makna dan fungsinya. Mari kita jaga bersama agar budaya tetap terpelihara dan konsumsi berpikir siswa tetap terarah. Penulis : Ramadani Wahyu Foto Ilustrasi Editor : Iffah Faridatul Hasanah

Read More

Startup EdTech Indonesia di Era AI Global: Ruangguru, Zenius, dan Quipper Hadapi Tantangan Baru Pendidikan Digital

Malang – 1miliarsantri.net : Dalam satu dekade terakhir, lanskap pendidikan di Indonesia mengalami transformasi signifikan, dipicu oleh kehadiran sejumlah startup edtech seperti Ruangguru, Zenius, dan Quipper. Ketiganya berperan besar dalam memperluas akses belajar daring bagi jutaan pelajar di Indonesia, dengan menyediakan konten berbasis video, kuis interaktif, hingga bimbingan virtual yang fleksibel. Jauh sebelum pandemi COVID-19 datang, mereka telah memperkenalkan cara belajar yang lebih dinamis dan mandiri dibanding sistem formal yang konvensional. Pandemi kemudian menjadi akselerator yang mempercepat digitalisasi sistem pendidikan. Dalam masa pembelajaran jarak jauh nasional, jumlah pengguna Ruangguru naik drastis hingga menembus 22 juta (Statista, 2021). Zenius dan Quipper pun mengalami lonjakan trafik yang serupa. Saat infrastruktur sekolah dan kesiapan guru masih minim, edtech lokal menjadi penopang utama keberlangsungan proses belajar. Transformasi Digital dan Munculnya AI: Paradigma Baru Pendidikan Namun, tantangan baru kini muncul. Seiring pulihnya pembelajaran tatap muka, kebutuhan pengguna juga berkembang. Fokus bukan lagi sekadar menyediakan akses digital, melainkan menghadirkan pembelajaran yang cerdas, adaptif, dan kontekstual. Inilah saatnya teknologi artificial intelligence (AI) memasuki ruang kelas, bukan untuk menggantikan guru, tetapi untuk mengubah cara belajar secara fundamental. Menurut laporan terbaru dari World Economic Forum (2024), AI memiliki potensi untuk mengatasi sejumlah tantangan sistemik dalam pendidikan global. Empat manfaat utama yang diidentifikasi adalah, mendukung tugas guru melalui otomasi, mempersonalisasi pengalaman belajar, meningkatkan asesmen dan analitik, serta memperkuat literasi digital siswa. AI dapat mengambil alih tugas administratif seperti mengoreksi pekerjaan rumah atau merekap kehadiran, memberi ruang bagi guru untuk fokus pada interaksi bermakna dan pembelajaran yang mendalam. Di beberapa negara maju, uji coba ini sudah berjalan. Di Inggris, misalnya, Kementerian Pendidikan tengah mengevaluasi potensi AI untuk menghemat hingga 20% waktu kerja guru melalui sistem pendukung berbasis teknologi (The Guardian, 2025). Pendekatan serupa sangat relevan dengan konteks Indonesia yang menghadapi kekurangan guru di berbagai daerah. AI dalam Assesmen dan Personalisasi Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Selain mengotomatisasi, AI juga merevolusi proses penilaian dan analitik pendidikan. Sistem berbasis machine learning memungkinkan guru menganalisis performa siswa secara real-time, mengidentifikasi pola kesulitan, dan menyusun strategi pengajaran yang tepat sasaran. Studi dari arXiv (2024) membuktikan bahwa pembelajaran yang dipersonalisasi dengan bantuan AI bisa meningkatkan hasil belajar siswa hingga 30% dibanding metode tradisional. Keunggulan lain adalah kemampuan AI menghadirkan pembelajaran satu-satu yang sebelumnya hanya mungkin lewat tutor manusia yang mahal. Dengan AI, siswa dapat menerima materi dan bimbingan yang disesuaikan dengan gaya belajar dan kecepatan masing-masing. Fitur ini juga memberikan dukungan inklusif bagi siswa berkebutuhan khusus dan neurodivergent, membuka kesempatan belajar yang lebih merata. Tantangan Etis dan Lite startup Edtech Indonesia Meski menjanjikan, penerapan AI dalam pendidikan juga memunculkan risiko, seperti algorithmic bias, keamanan data siswa, dan kemungkinan memperlebar kesenjangan digital. Oleh karena itu, pengembangan AI harus berlandaskan pada prinsip keterbukaan, keadilan, dan inklusivitas. Selain penggunaan AI sebagai alat bantu, penting juga memasukkan edukasi tentang AI itu sendiri ke dalam kurikulum. Menurut OECD (2023), pembelajaran mengenai teknologi, termasuk cara kerja AI dan implikasi etisnya, harus diajarkan sejak dini agar generasi muda mampu menggunakan dan mengembangkan teknologi secara kritis dan bertanggung jawab. Di Indonesia, survei Ipsos Global Education Monitor (2023) menunjukkan dukungan kuat dari orang tua dan guru untuk integrasi AI dalam pendidikan sejak usia sekolah dasar. Pemerintah pun menginisiasi berbagai kerja sama dengan UNESCO dan sektor teknologi untuk menyiapkan infrastruktur dan regulasi yang mendukung adopsi AI secara aman dan efektif. Kesiapan EdTech Lokal Menghadapi Era AI Ruangguru, Zenius, dan Quipper memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan berupa pemahaman mendalam terhadap konteks pendidikan Indonesia, mulai dari kurikulum nasional, bahasa pengantar, hingga karakteristik guru dan siswa lokal. Namun, untuk tetap relevan dan unggul di tengah persaingan global yang didorong AI, mereka harus mempercepat integrasi teknologi AI ke dalam platform masing-masing. Model bisnis lama yang bergantung pada langganan individu mulai menantang keberlanjutan. Diperlukan inovasi dengan pendekatan yang lebih kolaboratif, seperti penyediaan layanan edtech-as-a-service bagi sekolah dan dinas pendidikan, pengembangan kurikulum literasi AI, serta pelatihan guru berbasis teknologi terbaru. Transformasi digital berbasis AI bukan hanya soal teknologi, melainkan soal visi pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan. Tanpa pengelolaan yang bijak, AI berpotensi memperlebar kesenjangan sosial dan digital. Namun jika diimplementasikan dengan prinsip etika, inklusivitas, dan kontekstualitas lokal, AI dapat menjadi pendorong utama dalam menyediakan pendidikan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat. Bagi edtech lokal, pertanyaan kunci bukan lagi “apakah menggunakan AI?” melainkan “siapa yang akan memimpin perubahan secara bertanggung jawab?” Ruangguru, Zenius, dan Quipper memiliki peluang besar untuk menjadi motor penggerak inovasi pendidikan Indonesia di era Education 4.0 asalkan mereka mampu memadukan kecanggihan teknologi dengan kearifan lokal dan komitmen sosial. Pada akhirnya, AI bukan sekadar alat bantu, melainkan pengarah baru dalam desain sistem pendidikan masa depan. Jika dikelola dengan etika, inklusi, dan kesadaran konteks, AI dapat menjadi mesin penggerak pendidikan yang lebih adil, efisien, dan manusiawi. Tapi jika tidak, ia justru bisa memperlebar jurang ketimpangan digital dan sosial. Penulis : Ramadani Wahyu Foto Ilustrasi Editor : Iffah faridatul Hasanah

Read More

Unisma Bekasi Resmi Jadi Universitas ke-163 Milik Muhammadiyah

PP Muhammadiyah Resmi Akuisisi Universitas Islam 45 “UNISMA” Bekasi Bekasi – 1miliarsantri.net: Dunia pendidikan Bekasi kembali menggeliat dengan terciptanya momentum bersejarah, salah satu universitas dan merupakan universitas tertua di Bekasi “Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi” resmi diakuisisi oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Proses akuisisi Unisma oleh Muhammadiyah resmi terwujud dengan dilaksanakannya Penandatanganan akta notaris dan sejumlah dokumen pendukung berlangsung di Gedung Pascasarjana Unisma, pada Kamis 28 Agustus 2025, bertepatan dengan 4 Rabiul Awal 1447 H. Penandatanganan dokumen akuisisi yang berlangsung di Kota Bekasi dihadiri jajaran pimpinan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) 45 dan PP Muhammadiyah. Turut hadir Prof. Fauzan, Prof. Irwan Akib, Prof. Bambang Setiaji, Prof. Syafiq, serta Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof. Dr. Harun Joko Prayitno. Akuisi UNISMA oleh Muhammadiyah Berdampak Signifikan Menurut Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IV Jawa Barat, Dr. Lukman, akuisisi ini akan membawa dampak signifikan bagi peningkatan mutu Unisma. Integrasi dengan PP Muhammadiyah akan mendorong peningkatan kualitas layanan pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, hingga akreditasi institusi. Mengutip UMS.AC.ID Lukman melanjutkan, “Dengan diakuisisinya Unisma oleh PP Muhammadiyah, mutu dan layanan pendidikan akan semakin meningkat, sehingga berdampak pada kualitas riset, publikasi, hingga pencapaian akreditasi yang unggul.” Sementara itu, ditempat yang sama, Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Prof. Bambang Setiadji menyatakan, Unisma Bekasi sebagai perguruan tinggi yang mapan dan sudah tertata secara baik, ke depan diyakini akan menjadi salah satu perguruan tinggi unggulan yang dimiliki Muhammadiyah. “Unisma sudah bagus. Saya punya keyakinan akan semakin berkembang. Ini menjadi Perguruan Tinggi Muhammadiyah ke 163,” kata Prof Bambang, yang mantan rektor UMS ini. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Unisma Bekasi Berdiri sejak tahun 1982 dan memiliki wilayah seluas 10 hektar menjadikan Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi sebagai universitas pertama dan terbesar di Kota Bekasi. Sebagai lembaga yang menjamin standar mutu pendidikan, UNISMA Bekasi telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). UNISMA Bekasi lahir dari semangat pembangunan Kota Bekasi di Bidang Pendidikan.  Pada tahun 1982 Bupati Bekasi saat itu sekaligus Ketua Yayasan Pendidikan Islam (YPI) “45” Bekasi, H. Abdul Fatah, mendirikan Akademi Pembangunan Desa (APD) sebagai lembaga pendidikan masyarakat Bekasi. Atas semangat tersebut berdirilah Akademi Pembangunan Desa (APD) Bekasi yang mulanya bertempat di Gedung Juang 45 Bekasi. Akademi Pembangunan Desa (APD) inilah yang kemudian berkembang menjadi cikal bakal berdirinya lembaga Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi. Saat ini UNISMA Bekasi memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi dan 3 Program Magister. Kemudian untuk memberikan kemudahan kepada mahasiswa, UNISMA Bekasi memiliki 3 pilihan program kuliah yaitu reguler A, reguler B, dan reguler C. Selain fokus di bidang pendidikan, UNISMA Bekasi juga memiliki misi mengembangkan bakat, minat dan keahlian mahasiswa. Untuk itu UNISMA Bekasi menyediakan pelbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang dapat diikuti oleh mahasiswa untuk mengembangkan kreativitas mereka. Dengan slogan Preparing the Future UNISMA Bekasi memiliki visi menghasilkan insan Khairu Ummah bagi masyarakat. Sehingga sarjana UNISMA Bekasi tak hanya mumpuni di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), namun juga disertai dengan akhlakul karimah.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Sumber : UNISMA.AC.ID dan UMS.AC.ID

Read More

Belajar Agama Lewat Ai dan Mengganti Peran Guru dengan Teknologi Canggih?

Situbondo – 1miliarsantri.net : Di era serba digital, hampir semua hal bisa kita pelajari lewat teknologi. Mulai dari cara memasak, berbisnis, hingga memahami konsep ilmiah yang rumit. Lalu muncul satu pertanyaan penting, bisakah belajar agama lewat AI? Kini tinggal mengetik pertanyaan tentang tafsir ayat, sejarah nabi, atau tata cara ibadah, dan dalam hitungan detik, maka AI mampu memberikan jawaban lengkap. Terdengar praktis dan menawarkan kemudahan. Tetapi perlu kita renungkan bersama, apakah teknologi ini bisa benar-benar menggantikan peran guru agama? Sebelum membahas soal peran guru agama bukan sekedar pengajar ilmu, mari kita pahami dulu mengapa banyak orang tertarik belajar agama lewat AI : Pertama, aksesnya sangat cepat. Kita tidak perlu menunggu jadwal kajian atau mencari buku tebal. Cukup dengan buka aplikasi, tanyakan apa saja, dan jawabannya langsung muncul. Kedua, AI mampu menyajikan informasi dalam berbagai bentuk teks, audio, bahkan video. Misalnya, kita ingin belajar tentang makna shalat atau sejarah penyebaran Islam, AI langsung bisa memberikan penjelasan dalam bahasa yang mudah dipahami. Bahkan, beberapa AI sudah dilengkapi terjemahan dan penjelasan mendalam dari berbagai sumber terpercaya. Meskipun semua ini terdengar luar biasa, kita tetap perlu bijak dan selektif mencari sumber ilmu. Belajar agama bukan sekadar menghafal teori atau memahami fakta. Tapi ada nilai-nilai spiritual, adab, dan keteladanan yang hanya bisa kita dapatkan dari interaksi langsung dengan guru. Apakah AI Bisa Menggantikan Peran Guru Agama? Di sinilah pertanyaan besarnya, bisakah belajar agama lewat AI sepenuhnya menggantikan guru? Jawabannya, tidak. AI memang pintar, cepat tanggap, dan bisa diakses kapan saja, tapi ia tidak punya nurani, pengalaman hidup, atau kemampuan menuntun secara personal. Guru agama bukan sekadar pengajar ilmu. Mereka juga menanamkan akhlak, memberi teladan, serta membuka ruang diskusi yang penuh ketulusan. Hal-hal ini sulit, bahkan mustahil, ditemukan lewat layar ponsel. Selain itu, AI hanya alat bantu yang bergantung pada data. Jika data yang diproses benar, kita mendapat manfaat. Tetapi bila salah, tanpa bimbingan guru kita bisa keliru dalam memahami agama. Inilah sebabnya, walau teknologi membantu, peran guru tetap tidak tergantikan. Lalu, bagaimana sebaiknya kita bersikap? Sederhana saja, gunakan AI sebagai pelengkap, bukan pengganti. Misalnya, kita bisa memakai AI untuk mencari referensi cepat, memahami istilah yang sulit, atau mendapatkan gambaran awal tentang suatu topik. Setelah itu, kita tetap harus memverifikasi dan mendalami materi tersebut dengan bertanya kepada guru, ustadz, atau sumber-sumber terpercaya. Berikut ini adalah dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadis tentang keutamaan menuntut ilmu, terutama dari guru secara langsung yang bersanad, yaitu memiliki sanad (mata rantai keilmuan) yang bersambung hingga Rasulullah ﷺ. Meskipun tidak semua dalil secara eksplisit menyebut “bersanad”, namun konsep menuntut ilmu dari guru yang otoritatif dan terpercaya sangat ditekankan dalam Islam. Dalil dari Al-Qur’an 1. Surah An-Nahl ayat 43 Artinya: “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” 2. Surah Az-Zumar ayat 9 Artinya : “Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Dalil dari Hadis Nabi ﷺ 1. Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim “Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memahamkannya dalam urusan agama.” 2. Hadis tentang sanad (riwayat Muslim, Muqaddimah Shahih Muslim) “Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.” Penutup AI seperti kamus atau ensiklopedia modern. Ia bisa menjadi jembatan yang memudahkan kita memahami suatu topik, tapi tetap butuh pendampingan untuk memastikan makna yang kita tangkap benar sesuai ajaran agama. Selain itu, kita juga harus pandai memilah informasi. Tidak semua yang ada di internet itu termasuk yang diberikan AI terjamin akurat. Memiliki pengetahuan dasar agama dan kebiasaan untuk bertanya kepada yang lebih paham adalah kunci utama agar kita tidak tersesat di lautan informasi era digital. Teknologi AI membawa kemudahan luar biasa. Pertanyaan seperti “bisakah belajar agama lewat AI?” memang layak kita renungkan di era ini. Jawabannya, tentu bisa dalam artian untuk membantu proses belajar. Namun, jika berbicara tentang menggantikan guru agama sepenuhnya, jawabannya tidak. Belajar agama bukan hanya soal mengetahui hukum dan teori, tapi juga memahami hikmah, adab, dan teladan hidup yang diturunkan secara langsung dari guru kepada murid. AI tidak bisa menyalurkan itu semua karena ia hanya memproses data, bukan mengalami fase kehidupan. Maka, bijaklah memanfaatkan AI. Gunakan ia sebatas asisten belajar setia menemani kita mencari informasi, tapi jangan pernah melupakan pentingnya peran guru. Kita bisa menikmati kemudahan teknologi tanpa harus kehilangan nilai luhur dalam proses belajar agama. Jangan sampai membuat kita lupa, bahwa guru adalah sumber hikmah dan keteladanan yang tidak tergantikan oleh mesin secanggih apa pun. (***) Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman

Read More

Kemeriahan Rangkaian Kegiatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 di Ma’had Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah Salam

Pasuruan – 1miliarsantri.net : Suasana malam kemeriahan rangkaian kegiatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 di Ma’had Tahfidzul Qur’an Darul Hijrah Salam berlangsung khidmat. Setelah waktu Isya’, halaman pondok berubah menjadi panggung semangat kebangsaan rangkaian kegiatan HUT Kemerdekaan RI. Seluruh santri berkumpul bersama para asatidz, untuk menyaksikan rangkaian acara penutup lomba sekaligus pentas seni dan drama bertema perjuangan kemerdekaan. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan Agustusan yang telah dimulai sejak 9 Agustus dengan berbagai lomba internal santri. Malam puncak tanggal 16 Agustus dirancang tidak hanya sebagai hiburan, melainkan juga sebagai momentum refleksi bagi para santri untuk memahami kembali makna kemerdekaan dan perjuangan. Rangkaian acara dibuka dengan penampilan pentas seni beragam aliran bela diri. Sejumlah santri berbakat tampil percaya diri di depan ratusan pasang mata. Mulai kobujutsu dengan teknik toya dan double stick, pencak silat IPSI dan Tapak Suci yang penuh kekuatan dan kearifan lokal, serta taekwondo dari bela diri asal Korea yang dikenal dengan tendangan cepat dan akurat. Setiap gerakan dipadukan dengan soundtrack latar yang mengiringi, sehingga memberi nuansa heroik, menegangkan sekaligus membangkitkan semangat perjuangan. Para penonton pun larut, bersorak takbir setiap kali aksi spektakuler ditampilkan. Pentas seni ini tidak hanya menjadi wadah unjuk keterampilan dan kekuatan semata, tetapi juga simbol disiplin, sportivitas, dan kerja keras, serta nilai-nilai kebaikan yang diwariskan para pahlawan bangsa. Malam Puncak Kemerdekaan Menampilkan Pentas Seni Setelah panggung dipenuhi energi bela diri, suasana berubah menjadi lebih dramatis. Santri kelas XI, dengan dukungan beberapa santri kelas XII, mempersembahkan sebuah drama bertema perjuangan melawan penjajahan. Kisah dimulai dengan gambaran kehidupan rakyat desa yang tertekan oleh pajak berat, dilanjutkan dengan memanasnya konflik akibat penindasan penjajah, hingga berujung pada pertumpahan darah. Puncaknya, para tokoh dalam drama berhasil mengangkat semangat rakyat untuk bangkit melawan. Dengan pengorbanan dan kebersamaan, mereka meraih hak kemerdekaan yang diakhiri dengan dramatis juga menyentuh hati serta pembacaan naskah kemerdekaan yang menggertarkan ruh-ruh pendengarnya. Setiap plot dalam drama diiringi dengan soundtrack yang sesuai, sehingga menambah kesan hidup dan emosional. Penonton pun terbawa suasana, seolah kembali menyaksikan potongan sejarah perjuangan bangsa. Drama ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan media edukasi bagi para santri untuk meresapi betapa ‘mahalnya’ harga kemerdekaan yang kini mereka nikmati. Pesan moral yang disampaikan jelas, kemerdekaan adalah hasil dari darah, air mata, dan pengorbanan, yang harus dijaga dengan iman, ilmu, dan amal. Menjelang akhir, acara ditutup dengan tausiyah singkat seputar makna kemerdekaan, doa bersama yang khusyuk, serta sesi makan bersama seluruh santri. Malam itu, kebersamaan terasa erat, seolah meneguhkan bahwa semangat kemerdekaan bukan hanya warisan, melainkan nilai yang harus terus dijaga. Puncak Peringatan Kemerdekaan Dengan Melaksanakan Upacara Bendera Pagi harinya setelah tausiyah rutin ba’dah subuh, para santri kembali bersiap untuk agenda puncak peringatan, yakni upacara bendera kemerdekaan. Tepat pukul 07.30 WIB, lapangan utama pondok dipenuhi barisan santri yang berdiri rapi. Sebelum itu, seluruh peserta melaksanakan gladi bersih singkat untuk memastikan setiap rangkaian berjalan khidmat. Upacara berlangsung dengan pembacaan susunan acara oleh MC, yakni Baltazar Farshad, dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih yang diiringi lantunan lagu Indonesia Raya. Suasana hening, penuh hormat, menandai betapa besar cinta tanah air tertanam dalam jiwa para santri. Rangkaian upacara berlanjut dengan pembacaan Undang-Undang Dasar 1945 dan teks Proklamasi Kemerdekaan yang menggetarkan jiwa, oleh Sulthan Fatih dan Maqdis Daromi. Kedua momen ini mengingatkan kembali betapa berat perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan bangsa. Puncak acara terasa saat pembina upacara, Ustadz Wisnu Aditomo, menyampaikan amanat. Dalam pesannya, beliau menegaskan bahwa santri bukan hanya pewaris ilmu agama, tetapi juga garda depan dalam menjaga persatuan bangsa. Nilai-nilai kedisiplinan, ukhuwah, dan pengorbanan harus terus dipupuk agar santri siap berkontribusi bagi umat dan negara. Upacara ditutup dengan doa syahdu yang dipimpin oleh Muzakki Faqih dan dipanjatkan untuk para pahlawan bangsa, negeri Indonesia, serta tak lupa saudara-saudara kita di Palestina, juga keberkahan bagi pondok. Setelah upacara usai, suasana kembali meriah dengan sesi pembagian hadiah perlombaan. Ketua OSDHA sekaligus ketua panitia, Nebuchad Nezar El-Faix, secara langsung mengumumkan pemenang lomba serta menyerahkan penghargaan kepada para pemenang lomba. Wajah-wajah santri tampak ceria disambut gemaan takbir merasa perjuangan mereka dalam perlombaan menjadi simbol kecil dari perjuangan besar bangsa ini. Dengan selesainya acara pembagian hadiah, berakhirlah seluruh rangkaian kegiatan peringatan HUT RI ke-80 di Pondok Pesantren Darul Hijrah. Meski sederhana, acara ini meninggalkan kesan mendalam, bahwa santri Darul Hijrah tidak hanya berjuang dalam menuntut ilmu agama, tetapi juga meneladani semangat juang para pahlawan dalam menjaga kemerdekaan.(**) Kontributor Santri : Muzakki Faqih Editor : Toto Budiman dan Iffah Faridatul Hasanah

Read More