Redaksi

Perjalanan Muhammadiyah Menghadapi 3 Front

Jakarta — 1miliarsantri.net : Muhammadiyah kini tengah memperingati milad yang ke-112. Organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini lahir pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan dengan 18 November 1912 M. Bagaimana sejatinya gambaran masa lalu perjuangan salah satu ormas terbesar di Indonesia yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini? Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan mengatakan di masa lalu, sebelum gerakan pembaruan dilakukan Kiai Ahmad Dahlan, ajaran Islam itu misterius, penuh mistik, tahyul, gugon tuhon, hanya terkait persoalan sesudah mati. “Selain itu, tidak setiap orang bebas memperoleh pembelajaran ajaran Islam karena memperolehnya memerlukan persyaratan yang rumit,” ujar Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan dalam tulisannya berjudul “Kiai Ahmad Dahlan Mengganti Jimat, Dukun, dan Yang Keramat Dengan Ilmu Pengetahuan Basis Pencerahan Umat Bagi Pemihakan Terhadap Si Ma’un” dalam buku “KH Ahmad Dahlan (1868-1923)”. Buku ini diterbitkan Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015. Abdul Munir Mulkan adalah Guru Besar tetap UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Guru Besar Emiritus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Menurut Abdul Munir kala itu, dunia sosial pemeluk Islam dipenuhi selimut tebal jimat, perdukunan, benda dan orang keramat, serta kisah-kisah membingungkan sehingga hubungan sosial antar pemeluk Islam sulit dikoordinasikan. Tiap orang lebih sibuk dengan diri sendiri tanpa pemimpin yang memberi arah, bahkan cenderung saling bertikai. Pembaruan Kiai Ahmad Dahlan, membuat ajaran Islam menjadi sederhana. Tiap orang bisa dengan mudah memperoleh sumber belajar dengan guru yang setiap saat siap bersedia mendatangi tempat-tempat umat tinggal, melalui apa yang disebut tabligh (pengajian), sekarang dikenal sebagai majlis taklim. Kiai Ahmad Dahlan memulai membuka kegiatan tabligh menjadi kegiatan terbuka, bisa dilakukan siapa saja asal bersedia. Gerakan yang dikembangkan Kiai Ahmad Dahlan membuat ajaran Islam menjadi agama rakyat bagi si Ma’un (orang pinggiran) sekaligus berfungsi bagi pemecahan persoalan kehidupan yang dihadapi umat dalam kehidupan sehari-hari. Peran sentral Kiai Ahmad Dahlan dalam perkembangan Muhammadiyah, sebagai pendiri, juga dalam kaitan dengan pembaruan keagamaan Islam, dilukiskan dalam catatan budayawan, Kuntowijoyo. Sejarawan yang budayawan ini, menyatakan tentang apa dan bagaimana warisan Kiai Ahmad Dahlan. Gambarannya tentang sosok Kiai Ahmad Dahlan berikut bisa dijadikan dasar melihat peran sentral Kiai Ahmad Dahlan dalam pembaruan keagamaan Islam. Juga tentang strategi mengembangkan pembaruan keagamaan tersebut. Kuntowijoyo mengatakan kenyataan sejarah yang sering dilupakan oleh para pengikut Muhammadiyah (dan “musuh-musuhnya”) ialah bahwa KH Ahmad Dahlan sangat toleran dengan praktik keagamaan zamannya, sehingga ia dapat diterima semua golongan. “Sebagai seorang santri, ia menjadi pengurus BO (Boedi Oetomo), mengajar agama untuk murid-murid Kweekschool, dan dengan mudah bergaul dengan orang-orang BO yang pasti dari golongan priyayi yang cenderung abangan,” tulis Kuntowijoyo. Terbukti pada 1914, ia bermaksud mendirikan sekolah Muhammadiyah di Karangkajen, Yogyakarta, teman-temannya di BO meminjamkan uang dan menyediakan diri menjadi penjamin supaya ia dapat meminjam uang dari bank (Darmo Kondo, 12 Des 1914). Akan tetapi, lanjut Kuntowijoyo, orang hanya mengingatnya sebagai tokoh pemurnian Islam yang konsekuen dengan gagasannya. Namun, rupanya Islam murni hanya berlaku bagi dirinya sendiri dan orang-orang yang sepaham, tetapi tidak untuk orang lain. Kuntowijoyo menyebut pada waktu itu, Muhammadiyah menghadapi tiga front, yaitu modernisme, tradisionalisme, dan Jawaisme. Modernisme sudah dijawab dengan pendirian sekolah-sekolah (termasik HIS met de Qur’an dan Scakelshool di Wuluhan itu), kepanduan, dan voluntary association lainnya. Mengenai model jawaban terhadap tradisionalisme, KH Ahmad Dahlan menggunakan tabligh (penyampaian) dengan mengunjungi murid-muridnya, lebih daripada menunggu mereka datang. Padahal waktu itu “guru mencari murid” adalah aib sosial-budaya. KH Ahmad Dahlan yang menjadi Ketua Hoofd-Bestuur Muhammadiyah, beberapa tahun kemudian bermukim di Makkah, relatif cukup umur (lahir 1868), khatib Mesjid Besar Kesultanan, anggota pengadilan agama Kesultanan, penasehat agama CSI, dan sebenarnya sudah berhak menjadi guru yang didatangi murid. Akan tetapi tidak, ia memilih mengunjungi para muridnya. Penampilannya tidak lebih dari guru mengaji masa kini. Surat kabar yag terbit di Solo, Bromartani, pada 2 Zulkaidah (?) 1915 memberitakan bahwa ia mengajar anak-anak perempuan di Solo, kemudian 8 September 1915 dia dikabarkan mengantar murid-murid berekreasi di Sri Wedari.” Saat itu, “Tabligh yang sekarang tampak sebagai perbuatan biasa, pada waktu itu adalah perbuatan yang luar biasa. Setidaknya tabligh mempunyai dua implikasi, yaitu perlawanan tak langsung terhadap idolatri (pemujaan tokoh) ulama dan perlawanan tak langsung terhadap mistifikasi agama (agama dibuat misterius). Seperti diketahui pada waktu itu kedudukan ulama dalam masyarakat sangat tinggi. Mereka adalah mediator antara manusia dan Tuhan, elite agama dalam masyarakat, dan guru yang menyampaikan agama. …maka kedudukan sebagai mediator itulah yang terancam oleh kegiatan tabligh. Tabligh menjadikan penyampai agama sebagai orang sehari-hari yang tidak keramat. Kegiatan menyiarkan agama telah dibuat kemanungsan, kekeramatan ulama badhar (batal) oleh tabligh. Monopoli ulama atas agama, yang dimungkinkan oleh budaya lisan, dihilangkan oleh tabligh.” Selanjutnya tabligh juga merupakan perlawanan tak langsung terhadap mistifikasi agama, yaitu pengaburan agama, agama dianggap misterius, tinggi, dan adiluhung yang hanya patut diajarkan oleh orang-orang terpilih (tuanku, guru, kiai, tuan guru). Dengan tabligh agama yang semula misterius menjadi agama yang sederhana, terbuka, dan accesible bagi setiap orang. Agama yang semula bersifat esoteris-mistis milik kaum virtuosi (spsialis) menjadi agama etis rasional milik orang awam.” Menghadapi Jawaisme KH Ahmad Dahlan menggunakan metode positive action (…mengedepankan amar makruf) dan tidak secara frontal menyerangnya (nahi munkar). Dalam Suwara Muhammadiyah Tahun 1, Nomor 2, 1915 dalam artikel tentang macam-macam salat sunnah, ia menyebutkan bahwa keberuntungan (begjo, rahayu) itu semata-mata karena kehendak Tuhan, dan salat sunah adalah salah satu jalan meraihnya. Itu berarti bahwa keberuntungan tidak disebabkan oleh pesugihan (jimat kaya), minta-minta di kuburan keramat, dan memelihara tuyul. Itu berarti pula sebuah demitologisasi, karena mitos-mitos ditolak. Rupanya ia sadar betul bahwa cita-cita kemajuan yang waktu itu sedang populer akan mendapat tempat, sehingga tahayul diberantas selanjutnya dengan sendirinya hilang. Perhatian utama Muhammadiyah di awal kebangunannya terletak pada usaha terkait pemberdayaan dan pemihakan kaum fakir-miskin dari kaum pinggiran atau mustadl’afin, si Ma’un. Hampir seluruh kegiatannya dalam bidang pendidikan, tabligh, kesehatan dan kepustakaan terfokus pada pemberdayaan dan pemihakan terhadap kaum fakir-miskin atau si Ma’un tersebut. Baru dalam perkembangannya di kemudian hari, usaha tersebut tampak kurang lagi menjadi perhatian utama, berbeda dari fokus gerakan ini pada periode generasi pendirinya, yaitu pada masa Kiai Ahmad Dahlan. Kegiatan dan fokus gerakan Muhammadiyah di awal kebangunannya tersebut di atas adalah respons terhadap kenyataan objektif kehidupan umat pemeluk Islam dan warga negeri Hindia Timur…

Read More

Kemenag Gelar Pertemuan Serius dengan 28 Ormas Islam

Jakarta — 1miliarsantri.nret : Direktorat Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag menggelar pertemuan dengan 28 perwakilan organisasi masyarakat (ormas) Islam. Pertemuan berlangsung di Auditorium H.M. Rasjidi, Kementerian Agama, Jakarta Pusat. Giat ini mengusung tema “Pertemuan Pimpinan Ormas Islam dan Fasilitasi Lembaga Keagamaan Islam Tingkat Pusat”. Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin mengatakan, pertemuan ini bertujuan mempererat sinergi antara pemerintah dan ormas dalam menjaga keberagaman. Kamaruddin Amin, mengapresiasi kontribusi ormas Islam dalam merawat keberagaman Indonesia. Ia menilai ormas tidak hanya menjaga nilai-nilai agama, tetapi juga membina harmoni sosial. “Kita semua diberi kesempatan untuk berkhidmat dan mengabdikan diri. Atas nama pemerintah, saya mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan memberi apresiasi setinggi-tingginya atas khidmat bapak/ibu sekalian kepada bangsa dan negara,” ujar Kamaruddin. Kamaruddin juga menegaskan pentingnya kolaborasi untuk menjaga kerukunan beragama dan stabilitas nasional. “Terjaganya keharmonisan sehingga masyarakat dapat menjalankan agama masing-masing dengan baik tidak lepas dari kerja sama solid antara pemerintah dan masyarakat. Ini adalah pekerjaan luar biasa,” tuturnya. Ia menambahkan, komunitas keagamaan di Indonesia menjadi aset berharga dalam menjaga harmoni sosial. “Hubungan baik antara agama, pemerintah, dan masyarakat telah menciptakan stabilitas yang tidak kalah dibandingkan negara lain,” jelasnya. Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, menyebut pertemuan ini menjadi momentum penting memperkuat hubungan antara lembaga keagamaan dan pemerintah. “Kegiatan ini tidak hanya membahas keberagaman, tetapi juga merumuskan langkah konkret untuk menjaga keharmonisan sosial dan keindonesiaan,” ungkapnya. Zayadi menambahkan, pada 2025, Kemenag akan memperkenalkan model kerja sama berbasis prestasi untuk meningkatkan kontribusi ormas Islam. “Kami berharap model ini dapat memperkuat kedamaian dan keberagaman di Indonesia,” katanya. Berikut daftar 28 ormas Islam yang hadir: (wink) Baca juga :

Read More

3 Fase Tazkiyatun Nafs Menurut Said Hawwa

Jakarta — 1miliarsantri.net : Gagasan Said Hawwa tentang keteguhan jiwa (nafs) dapat dikatakan lebih dikenal luas. Karyanya, Tarbiyatuna ar-Ruhiyah, mengeksplorasi lebih jauh pemikiran Imam Ghazali tentang jiwa. Menurutnya, jiwa manusia dapat dibagi dalam tiga keadaan, yakni an-nafs al-muthmainnah, an-nafs al-lawwamah, dan an-nafs laammarat bis su`. Penjelasan keadaan pertama merujuk pada Alquran surah al-Fajr ayat 27-30. Jiwa yang tenang (an-nafs al-muthma`innah) bertujuan pada ridha Allah SWT. Caranya melalui keikutsertaan pada golongan kebaikan. Bila menjauh dari golongan ini, (jiwa) seseorang akan merasa resah. Sementara itu, jiwa yang amat menyesali diri sendiri (an-nafs al-lawwamah)—seperti diilustrasikan dalam surah al-Qiyamah ayat 2. Munculnya keadaan ini yakni ketika seseorang rentan terhadap hawa nafsu, sehingga lalai dari perintah Tuhannya. Jiwa yang lalai akan terperosok kepada keadaan ketiga, yakni nafsu yang selalu menyuruh pada kejahatan (an-nafs laammarat bis su), seperti disinggung dalam surah Yusuf ayat 53. Surah ini menuturkan keadaan Nabi Yusuf AS ketika terbebas dari fitnah di lingkungan istana Mesir. Putra Nabi Ya’qub AS itu terbukti tidak bersalah. Yang terjadi, justru istri penguasa Mesir yang menggoda Nabi Yusuf AS. Bagaiamanapun, seperti dijelaskan dalam tafsir ayat tersebut, Nabi Yusuf AS tidak mengklaim diri suci. Sebab, secara naluri jiwa manusia selalu condong kepada kesenangan, yakni menganggap indah keburukan dan kejahatan. Dia bersyukur Allah SWT menjaganya dari terpedaya nafsu. Hanya jiwa yang dijaga atau diberi rahmat oleh Allah SWT (“maa rahima rabbii”) yang akan dihindarkan dari kejelekan. Dengan menyadari tiga kondisi jiwa (nafs), maka dirasakan perlu adanya penyucian jiwa (tazkiyatun nafs). Menurut Said Hawwa, tazkiyatun nafs pada hakikatnya menjauhkan diri dari kemusyrikan, yakni mengakui dengan setulus hati dan sebenar-benarnya tentang keesaan Allah SWT. Tidak hanya itu, seseorang hendaknya meneladani akhlak Rasulullah SAW. Ada tiga fase yang mesti dilalui, yaitu tathahhur, tahaqquq, dan takhalluq. Tahap pertama berarti memfokuskan hati dan pikiran hanya kepada Allah SWT. Kuncinya adalah zikir, baik secara lisan, batin, maupun perbuatan. Kepaduan zikir ini digambarkan dalam surah Ali Imran ayat 191. Di dalamnya, Allah menyinggung orang-orang yang mengingat-Nya baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring. Mereka itu menyadari tanda-tanda kekuasaan Allah di langit dan bumi. Tahap kedua dapat diartikan sebagai perwujudan sifat-sifat Allah yang mulia dalam aktivitas seorang Muslim. Semboyannya adalah “Berakhlak sebagaimana akhlak Tuhan.” Misalnya, salah satu sifat Allah adalah ar-Rahmaan dan ar-Rahiim. Maka dari itu, seseorang hendaknya cenderung bersifat pengasih dan penyayang terhadap sesama. Tahap ketiga adalah membiasakan akhlak-akhlak baik ke dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah puncak perwujudan disiplin diri, sehingga jiwa cenderung pada kondisi ideal, an-nafs al-muthma`innah. Demikianlah gagasan-gagasan sang salik, Said Hawwa. (yan) Baca juga :

Read More

Ketika Umar Menyuruh Gubernur Menggembala Kambing

Jakarta — 1miliarsantri.net : Saat menjadi pemimpin, Umar bin Khattab sangat tegas mengawasi para gubernurnya di daerah-daerah. Hal itu tecermin dalam kisah berikut, sebagaimana disarikan dari buku Fatawa wa Aqdhiyah Amiril Mu`minin ‘Umar bin Khaththab karangan Muhammad ‘Abdul ‘Aziz al-Halawi. Untuk diketahui, Khalifah Umar bin Khattab apabila hendak mengangkat seorang gubernur, akan mengambil sumpah jabatan. Prosesi itu dilakukannya di hadapan orang-orang Anshar serta para sahabat Nabi Muhammad SAW lainnya. Ada sedikitnya empat perkara yang selalu disebutkan dalam teks sumpah jabatan. Pertama, hendaknya seorang gubernur tidak menunggangi kuda pengangkut barang-barang berat. Ini bermakna bahwa seorang pemimpin tidak akan memamerkan harta miliknya. Kedua, seorang gubernur tidak memakai baju berbahan kain halus. Ini bermakna seorang pemimpin tidak tampil bermewah-mewahan. Ketiga, tidak makan roti putih. Artinya, seorang gubernur lebih mengutamakan perut rakyat daripada diri sendiri. Terakhir, seorang gubernur tidak boleh menutup pintu rumahnya. Ini berarti ia mesti siap melayani kebutuhan rakyatnya. Hal lainnya adalah, Umar juga melarang seorang gubernur memiliki ajudan. Alkisah, Umar bin Khattab sedang berjalan-jalan di Madinah usai melantik seorang pejabat. Tiba-tiba, seorang pria berlari mendatanginya. “Wahai Amirul mukminin! Benarkah keempat syarat itu bisa menyelamatkan Tuan dari siksa Allah, sedangkan gubernur Tuan sendiri di Mesir telah memakai baju bagus dan mengangkat ajudan?” Khalifah Umar terkejut mendengar keterangan pria ini. Segera, ia memanggil kurir negara, Muhammad bin Maslamah. Tujuannya untuk menyelidiki, benarkah Ayyadh bin Ghanam selaku gubernur Mesir berperangai seperti dideskripsikan pria Madinah ini. “Pergilah ke tempat Ayyadh. Bawalah dia kepadaku dalam keadaan persis sebagaimana engkau saksikan dia ketika bertemu,” demikian perintah Umar kepada si kurir. Berangkatlah Muhammad bin Maslamah ke Mesir. Beberapa waktu lamanya, ia pun sampai di kediaman sang gubernur, Ayyadh bin Ghanam. Ternyata, Ayyadh memang berpenampilan mewah.Bukan hanya soal pakaian. Kini, gubernur Mesir itu mempekerjakan seorang ajudan pribadi. Sang gubernur menyambut Muhammad bin Maslamah dengan baik. Tanpa berbasa-basi, sang kurir menyampaikan maksud kedatangannya. “Wahai, Gubernur Ayyadh. Engkau dipanggil Khalifah Umar ke Madinah,” kata Muhammad. “Baiklah. Tetapi, saya minta waktu sebentar untuk ganti baju,” jawab Ayyadh bin Ghanam. “Tidak perlu. Ikutlah denganku sekarang, sebagaimana aku mendapatimu saat bertemu ini,” kata Muhammad. Dengan sedikit bertanya-tanya, sang gubernur pun menyanggupi. Keduanya berangkat ke Madinah untuk menemui Khalifah Umar. Sampai di tujuan, mereka menghadap sang amirul mukminin. Demi melihat gubernur Mesir ini, pandangan mata Umar menahan amarah. Wajahnya memerah, menyiratkan perasaan tidak suka. “Lepas baju itu!” perintah Khalifah Umar kepada Ayyadh bin Ghanam. Kemudian, Umar menyuruh Muhammad untuk mengambilkan sebuah jubah yang terbuat dari bulu hewan ternak. Tidak hanya itu, sang khalifah juga menginstruksikannya mengumpulkan sekawanan kambing serta sebatang tongkat. Semua itu lalu diberikannya kepada gubernur Mesir ini. “Pakailah baju bulu ternak ini. Ambil tongkat ini. Kemudian, pulanglah ke Mesir dengan menggembalakan kambing-kambing ini! Dan berilah minum kepada orang-orang yang kau temui di jalan!” demikian perintah Umar kepada Ayyadh bin Ghanam. “B-baik, ya Amirul mukminin,” jawab sang gubernur. Di pintu keluar, Ayyadh terdengar menggerutu: “Sungguh, saya lebih baik mati daripada tampil begini.” Mendengar gerutuannya, Khalifah Umar dengan keras berkata, “Mengapa engkau tidak senang dengan pekerjaan seperti ini? Ayahmu dahulu dikenal sebagai ghanam karena ia menggembala kambing. Tahukah engkau? Apa kau kini merasa lebih baik daripada ayahmu!?” Sejak peristiwa ini, sosok Ayyadh bin Ghanam berubah drastis. Pribadinya kemudian menjadi sangat tawaduk. Ia menjadi gubernur yang dicintai rakyat Mesir. (jeha) Baca juga :

Read More

PBNU Tegaskan Aksi Miftah Maulana Bukan Guyonan Ala Santri

Jakarta — 1miliarsantri.net : Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Media, IT & Advokasi, Mohamad Syafi’ Alielha atau dikenal Savic Ali, ikut menanggapi viralnya perilaku Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah belakangan ini. Savic Ali menegaskan aksi Miftah Maulana yang menyebut seorang penjual es teh dengan umpatan “goblok” dan melecehkan seniwati senior Suyati atau Yati Pesek, bukan guyonan ala santri. Savic Ali menambahkan, perilaku Miftah Maulana tersebut bahkan dapat mencoreng nama besar Nahdlatul Ulama (NU). “Guyonan Kang Miftah itu bukan guyonan (ala) santri. Apalagi yg rekaman ama Bu Yati. Jelas menjadi masalah buat NU jika diterus-terusin,” cuit Savic lewat akun X, @savicali, dikutip Rabu (18/12/2024). Pengasuh Pondok Pesantren Taswirul Afkar Klaten Jawa Tengah ini pun berharap, Miftah Maulana segera sadar bahwa aksinya bisa berdampak pada warga NU lainnya. “Mugo wae wonge sadar (semoga saja orangnya sadar) kalo tindakan dan omongan dia jg berdampak pada sesama warga NU yang lain,” harapnya. Menurut Savic, ceramah seorang pendakwah seharusnya menjadi tuntunan jamaah. Mirisnya, berkaca pada aksi dakwah Miftah, hal tersebut malah berubah menjadi tontonan yang disukai masyarakat. “Apa yang mestinya mjd tuntunan berubah menjadi tontonan. Sehingga cangkem elek (omongan jelek) pun disukai,” sambungnya. Membawa atribut santri, tambah Savic, apalagi seorang da’i sudah semestinya bertindak atau bicara secara hati-hati. “Membawa atribut santri apalagi dai sdh semestinya kalo bertindak ato ngomong hati-hati, bukan spt punya privilege dan tinggi diri. Enough is enough,” lanjut Savic. Diketahui, Miftah Maulana panen kecaman usai beredar video yang memperlihatkan dirinya memperolok penjual es teh di acara Magelang Bershalawat di Magelang, Jawa Tengah pada Rabu, 20 November 2024. Usai video viral tersebut, warganet terus menguliti perilaku negatif Miftah Maulana di beberapa kesempatan, salah satunya saat bersanding dengan Yati Pesek. Miftah Maulana menyebut Yati Pesek dengan kata-kata kasar seperti “bajingan” dan “lonte (pelacur)”. Banjir kecaman dan desakan publik atas perilakunya yang viral, Miftah Maulana Habiburrahman resmi mengundurkan diri dari jabatan Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan dan Pembinaan Sarana Keagamaan pada Jumat (6/12/2024) lalu. (rid) Baca juga :

Read More

Bahaya Menumpuk Harta Secara Berlebihan

Jakarta — 1miliarsantri.net : Pada suatu hari, Rasulullah Muhammad SAW keluar rumah sambil memegang tangan sahabatnya, Abu Dzar al-Ghifari. Kemudian, beliau bersabda, “Wahai Abu Dzar, tahukah kamu bahwa di depan kita ada sebuah tanjakan yang sulit yang hanya bisa dilalui oleh orang-orang yang ringan beban?” Abu Dzar pun bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah saya ini termasuk orang-orang yang ringan atau sarat beban?” Rasulullah SAW menjawab dengan pertanyaan, “Apakah kamu punya makanan untuk hari ini?” “Ya.” Rasulullah bertanya lagi, “Untuk esok pagi?” “Ya,” jawabnya lagi. Rasulullah kembali bertanya, “Untuk besok lusa?” “Tidak.” Kemudian, Rasulullah SAW menegaskan, “Kalau kamu mempunyai makanan yang cukup untuk tiga hari, maka kamu termasuk orang-orang yang sarat beban.” Yang dimaksud dengan “tanjakan yang sulit” oleh hadis tersebut adalah jalan menuju kebahagiaan akhirat. Adapun yang dimaksud dengan “beban” adalah harta. Hal itu, karena proses materialisasi membuat angan-angan menjadi panjang. Setiap hari sibuk menumpuk harta. Tidak sebatas untuk diri sendiri. Bahkan dipikirkan pula agar bisa mewariskannya dalam jumlah besar, khawatir kalau anak kelak melarat. Karena itu, segala sesuatunya disiapkan sekarang. Harta yang menumpuk lalu terasa belum memenuhi seluruh keinginan. Sehingga semakin kaya semakin kikir. Yang dipikirkan, bagaimana harta bertambah, bukan bagaimana memanfaatkannya untuk bekal menuju akhirat yang sulit itu. Rasulullah SAW sendiri tak meninggalkan harta. Seluruh tanah dan hartanya telah diwakafkan. Kata Beliau, “Kami para nabi tidak mewariskan warisan harta kecuali semuanya telah menjadi sedekah” (HR Bukhari). Dalam hidup ini, kadang-kadang kita ini bertindak sebagai Tuhan. Ingin menetapkan pembagian rezeki kalau perlu sampai tujuh keturunan. Sebab, rasa waswas yang berlebihan tentang masa depan keturunan. Padahal, yang berhak menetapkan pembagian rezeki itu adalah Allah. Kita lupa bahwa tugas terhadap anak bukan semata mewariskan harta yang memang diperlukan. Lebih penting lagi, mewariskan pendidikan yang baik. Ali bin Abi Thalib berkata, “Kebaikan itu bukan ada pada banyaknya harta dan anak, tetapi pada banyaknya pendidikan, besarnya kepekaan sosial, dan perasaan terhormat dengan ibadah.” Karena itu, menurut sahabat Nabi itu, harta hanya baik buat pendosa yang bertobat dan orang yang senang bergegas dalam kebaikan. Pengalaman mengajarkan, betapa banyak anak seorang miskin lalu menjadi kaya dan baik hanya lantaran orang tua tadi mewariskan pendidikan yang baik kepada anaknya. Namun sebaliknya, betapa banyak anak yang menerima harta warisan banyak tetapi tak berbekal pendidikan yang baik, atau berbekal tetapi pendidikan yang melulu berurusan dengan keduniaan, lalu menjadi bangkrut, miskin, dan sesat jalan. (yan) Baca juga :

Read More

Para Budak yang Mengakhiri Daulah Ayyubiyah di Mesir

Jakarta — 1miliarsantri.net : Setelah kehancuran Daulah Fatimiyah di Mesir digantikan Daulah Ayyubiyah. Kala itu, Nuruddin Zanki (Penguasa Syam dan Aleppo) mendesak Salahuddin Al-Ayyubi untuk mengakhiri kekuasaan Daulah Fatimiyah di Mesir yang Syiah itu. “Nurudin juga memerintahkan Salahuddin Al-Ayyubi mengusir tentara Salib,” tulis Dr. H. Syamruddin Nasution. M.Ag dalam bukunya berjudul “Sejarah Peradaban Islam” (Yayasan Pusaka Riau, 2013). Usaha merekrut budak-budak untuk dimanfaatkan dalam kegiatan pemerintahan di bidang Militer sudah menjadi tradisi saat itu terutama bagi daulah-daulah yang pernah berkuasa di Mesir sebelum Daulah Ayyubiyah maupun Daulah Ayyubiyah sendiri. Hal itu dapat diketahui dari apa yang dilakukan oleh Daulah Tulun (254-292 H / 868-905 M), Daulah Ikhsit (323-358 H / 935-969 M), Daulah Fatimiyah (909-1171 M) dan Daulah Ayyubiyah. Mereka mendatangkan budak-budak ke Mesir untuk diangkat menjadi tentara pemerintahan. Dalam perkembangan selanjutnya, para budak itu bukan hanya berpengaruh dalam tubuh militer tapi juga dalam pemerintahan pada umumnya. Daulah Mamalik di Mesir muncul pada saat dunia Islam mengalami desentralisasi dan desintegrasi politik. Wilayah kekuasaannya meliputi Mesir, Hijaz, Yaman dan daerah sungai Furat. Kaum Mamalik ini berhasil membersihkan sisa-sisa tentara Salib dari Mesir dan Suriah serta membendung desakan gerombolan-gerombolan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulaqu Khan dan Timur Lenk. Kaum Mamalik yang memerintah di Mesir mereka dibedakan menjadi dua suku. Pertama Mamalik Bahri (648- 792 H / 1250-1390 M), kedua Mamalik Burji (784-922 H / 1382- 1517 M). Mamalik Bahri adalah budak-budak Turki yang didatangkan Malik Al-Saleh ke Mesir dalam jumlah besar setelah ia berhasil menduduki jabatan Sultan (1240-1249). Di Mesir mereka ditempatkan di barak-barak militer dekat sungai Nil, itulah sebabnya mereka disebut dengan Mamalik Bahri artinya budak laut. Adapun Mamalik Burji adalah budak-budak yang didatangkan dari Syirkas (Turki) oleh Sultan Qalawun (1279-1290) karena ia curiga terhadap beberapa tokoh militer dari Mamalik Bahri yang dianggapnya dapat mengancam kelangsungan kekuasaannya. Mereka ditempatkan di menara-menara benteng (Burji). Itulah sebabnya mereka disebut dengan Mamalik Burji. Baik Mamalik Bahri maupun Mamalik Burji sama-sama berasal dari Turki tetapi suku mereka yang berbeda. Untuk mempertahankan kekuasaan Daulah Ayyubiyah Sultan Malik Al-Saleh memberikan kebebasan dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada kaum Mamalik Bahri untuk mencapai prestasi dan kedudukan tinggi dalam jabatan militer Daulah Ayyubiyah. Oleh karena itu, Mamalik Bahri mempergunakan kesempatan tersebut untuk menyusun suatu kekuatan sehingga mereka menjadi kelompok militer yang terorganisir. Hal tersebut dilakukan untuk menyaingi kekuatan militer asal suku Kurdi yang sudah ada sebelumnya yang dibentuk oleh Sultan Malik Al-Kamil. Ketika Malik Al-Saleh berusaha hendak merebut kekuasaan dari Sultan Malik AlKamil, dia dibantu tentara dari budak-budak Turki, sebaliknya Sultan Malik Al-Kamil didukung oleh tentara asal Kurdi. Tetapi kemenangan tetap berada di tangan Sultan Malik Al-Saleh. Setelah Sultan Malik Al-Saleh meninggal (1249), ia digantikan oleh Turansyah. Tetapi Turansyah tidak menyukai kaum Mamalik al-Bahri sehingga ia membentuk pasukan militer sendiri. Maka kaum Mamalik Bahri pun tidak menyukainya karena mengabaikan peran mereka. Oleh karena itu, pada tahun 1250 M Mamalik Bahri di bawah pimpinan Baybar dan Izuddin Aibak melakukan kudeta terhadap Daulah Ayyubiyah sehingga Turansyah terbunuh. Baik Malik Al-Saleh maupun Turansyah tidak mempunyai anak laki-laki yang ada hanya seorang bekas budak wanita yang bernama “Syajar Ad-Duur” yang sudah dimerdekakan dan dinikahi oleh Sultan Malik Al-Saleh. Ketika mereka hendak membaiatnya menjadi Sultan, kaum Muslimin menolaknya karena bertentangan dengan tradisi. Bahkan Khalifah Abbasiyah ketika itu berkata dengan nada mengejek, “Kalau rakyat Mesir tidak mempunyai anak laki-laki untuk menjadi raja maka beritahu segera supaya kami dapat mengirimkan anak laki-laki yang akan menjadi raja” Untuk mengatasi hal tersebut Izuddin Aibak menikahi “Syajar Ad-Duur”. Dengan demikian, Izuddin diangkat menjadi Sultan Daulah Mamalik di Mesir menggantikan Daulah Ayyubiyah sebelumnya. (jeha) Baca juga :

Read More

Dianjurkan Minum Minuman Herbal selama Musim Hujan

Jakarta — 1miliarsantri.net : Ahli gizi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Fitri Hudayani mengatakan bahwa musim hujan dapat dijadikan waktu yang baik untuk mengonsumsi minuman herbal alami yang bermanfaat bagi sistem imunitas tubuh. “Saat hujan kita cenderung senang mengonsumsi minuman hangat. Hal ini dapat dimanfaatkan juga untuk mengonsumsi minuman herbal yang alami,” terang Fitri. Kondisi tersebut dapat diantisipasi dengan menjaga kesehatan, salah satunya adalah mengonsumsi makanan yang sehat dan benar. Misalnya membuat minuman hangat dari rebusan herbal berupa jahe, sereh, kayu manis atau temulawak. Seluruh herbal dapat membantu menghangatkan tubuh. Di sisi lain, aroma yang dihasilkan saat herbal itu diseduh dapat memberikan efek tenang pada tubuh maupun pikiran. “Semua bahan tersebut merupakan antioksidan yang dapat membantu menjaga kesehatan tubuh,” sambung Fitri. Cara pembuatannya pun perlu memperhatikan banyak jumlah gula yang ditambahkan ke dalam minuman. Fitri menganjurkan sebaiknya masyarakat mengganti gula dengan bahan yang lebih alami seperti madu. (Iin) Baca juga :

Read More

Korban Gugur Akibat Serbuan Israel di Gaza Lampaui 44.600 Orang

Gaza — 1miliarsantri.net : Setidaknya 52 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir. Hal itu membuat total jumlah korban tewas sejak tahun lalu mencapai 44.664 orang. Dalam pernyataannya, kementerian itu menambahkan sekitar 105.976 lainnya terluka akibat serangan yang masih terus berlangsung. “Pasukan Israel telah membunuh 52 orang dan melukai 142 lainnya dalam empat pembantaian keluarga selama 24 jam terakhir. Masih banyak orang yang terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan-jalan karena tim penyelamat tidak bisa mencapai mereka,” ujar kementerian itu. Israel melancarkan perang genosida di Jalur Gaza setelah serangan lintas batas kelompok perjuangan kemerdekaan Palestina, Hamas pada Oktober tahun lalu. Memasuki tahun kedua genosida di Gaza, aksi ini telah memicu kecaman internasional yang semakin meluas, dengan para tokoh dan lembaga menyebut serangan dan blokade bantuan oleh Israel adalah upaya sengaja untuk menghancurkan dan memusnahkan Palestina. Pada 21 November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas penyerbuan tanpa jeda di Gaza. Sementara itu, lebih dari 4.000 kasus amputasi serta 2.000 cedera otak dan tulang belakang telah tercatat di Gaza sejak awal serangan Israel pada 7 Oktober 2023. Direktur Kompleks Medis Al-Shifa, Mohammad Abu Salmiya, dalam konferensi yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional di Kompleks Medis Nasser, Gaza Selatan, menyatakan bahwa “mayoritas korban yang kehilangan anggota tubuh adalah anak-anak.” “Lebih dari 4.000 orang telah kehilangan anggota tubuh bagian atas atau bawah sejak dimulainya genosida ini,” katanya. Ia juga menambahkan bahwa lebih dari 2.000 orang dengan cedera tulang belakang dan otak kini terbaring di tempat tidur dan sangat membutuhkan rehabilitasi segera. Ribuan orang lainnya mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan akibat serangan bom tanpa henti, lanjutnya. “Sistem kesehatan di Gaza hancur total, tanpa fasilitas atau layanan medis yang memadai. Satu-satunya rumah sakit rehabilitasi, yaitu Rumah Sakit Hamad, serta pusat pembuatan anggota tubuh buatan di Gaza telah dihancurkan sepenuhnya,” ujar Abu Salmiya. Pada Selasa (3/12/2024), Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini menggambarkan situasi di Gaza sebagai “pandemi disabilitas.” UNRWA memperingatkan bahwa banyak korban cedera membutuhkan layanan rehabilitasi jangka panjang, termasuk perawatan bagi mereka yang mengalami amputasi dan cedera tulang belakang. Hal ini sejalan dengan laporan pada September oleh Koordinator Kemanusiaan PBB, Sigrid Kaag, yang memperkirakan lebih dari 22.000 orang di Gaza menderita cedera yang mengubah hidup mereka, dengan 13.000 hingga 17.000 kasus melibatkan kerusakan parah pada anggota tubuh. Israel telah melancarkan perang genosida di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 44.600 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di Gaza. (zul/AP) Baca juga :

Read More

Standar Ganda di Gaza Jadi Lampu Hijau Lanjutkan Genosida

Jakarta — 1miliarsantri.net : Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI Arrmanatha Nasir menyoroti standar ganda yang dipertontonkan di Jalur Gaza saat ini. Menurut dia, hal itu merusak sistem multilateral. Tata mengatakan, sejak Israel melancarkan serangan ke Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, lebih dari 44.500 warga Palestina telah terbunuh. “Jika pembunuhan ribuan orang tak berdosa ini tidak dianggap sebagai genosida, lalu apa sebutan yang pantas?” ujar diplomat yang akrab disapa Tata tersebut. Dia pun menyoroti adanya delapan rancangan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang bertujuan menghentikan kekerasan di Gaza, kandas akibat penggunaan hak veto. Dari empat resolusi yang disahkan DK PBB, tak satu pun dijalankan secara efektif. Menurut Tata, di luar itu, berbagai produk hukum dari Mahkamah Internasional dan Mahkamah Pidana Internasional yang menuntut akuntabilitas serta penghentian kejahatan kemanusiaan pun tidak ada yang dipatuhi. Tata berpendapat, standar ganda itu seolah memberikan “lampu hijau” kepada Israel untuk melanjutkan kekerasan terhadap rakyat Palestina dan mencederai tatanan hukum internasional. Oleh sebab itu, Tata mengajak negara-negara mulai mengambil langkah konkret melalui penghentian pengiriman senjata ke Israel, implementasi resolusi Dewan Keamanan PBB, dan keputusan Mahkamah Internasional secara efektif, serta perbaikan atas kondisi kemanusiaan di Gaza melalui bantuan internasional. Indonesia juga menyesalkan langkah Israel yang terus menghambat masuknya bantuan internasional ke Gaza. Hal itu termasuk meningkatnya upaya mendiskreditkan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). “Kami turut merasa kehilangan atas gugurnya 333 pekerja kemanusiaan, termasuk 249 staf UNRWA, saat membantu warga Gaza. Mereka adalah harapan terakhir bagi keberlangsungan hidup rakyat Gaza,” lanjut Tata. Dia menambahkan, selama ini UNRWA telah menjadi penyelamat bagi lebih dari 2 juta pengungsi Palestina. Indonesia meyakini solusi dua negara adalah jalan satu-satunya menuju perdamaian berkelanjutan antara Palestina dan Israel. “Saatnya dunia berpihak pada keadilan dan kemanusiaan, bukan pada kekerasan,” kata Tata sambil mendesak semua negara untuk segera mengakui kemerdekaan Palestina tanpa syarat. Melalui sesi sidang darurat itu, negara-negara anggota PBB diharapkan dapat mengesahkan dua resolusi, yakni resolusi yang mendorong gencatan senjata di Gaza serta dukungan politik terhadap UNRWA. Indonesia mengajak seluruh negara anggota mendukung kedua resolusi dimaksud untuk menghentikan kekerasan dan mengembalikan kemanusiaan pada sistem tatanan dunia. “Saat dunia memilih berpihak pada keadilan, maka penderitaan rakyat Palestina bisa segera diakhiri,” sambung Tata. Melalui Sidang Darurat Majelis Umum PBB, negara-negara anggota PBB diharapkan dapat mengesahkan dua resolusi, yakni resolusi yang mendorong gencatan senjata di Gaza serta dukungan politik terhadap UNRWA. Indonesia mengajak seluruh negara anggota mendukung kedua resolusi dimaksud untuk menghentikan kekerasan dan mengembalikan kemanusiaan pada sistem tatanan dunia. “Saat dunia memilih berpihak pada keadilan, maka penderitaan rakyat Palestina bisa segera diakhiri,” imbuh Tata. Indonesia juga menyesalkan langkah Israel yang terus menghambat masuknya bantuan internasional ke Gaza, dan meningkatnya upaya mendiskreditkan UNRWA. “Kami turut merasa kehilangan atas gugurnya 333 pekerja kemanusiaan, termasuk 249 staf UNRWA, saat membantu warga Gaza. Mereka adalah harapan terakhir bagi keberlangsungan hidup rakyat Gaza,” ujar Tata. Nasir mengajak negara-negara mulai mengambil langkah konkret melalui penghentian pengiriman senjata ke Israel, mengimplementasikan resolusi Dewan Keamanan PBB dan keputusan Mahkamah Internasional secara efektif, dan memperbaiki kondisi kemanusiaan di Gaza melalui bantuan internasional. (wink) Baca juga :

Read More