Redaksi

Tarian Zikir Zaman Tetap Dilestarikan Hingga Saat Ini

Lobar – 1miliarsantri.net : Setiap datang nya musim haji tiba dan setiap pemberangkatan haji, di daerah Lombok Barat (Lobar), Nusa Tenggara Barat (NTB), terdapat tradisi turun-temurun sebuah tarian bernama Tari Zikir Zaman yang digelar dirumah jamaah calon haji sebagai pertanda akan diberangkatkan menuju ke tanah suci. Kesenian Islami yang sudah berjalan secara turun temurun ini tidak pernah habis termakan usia. Antusiasme warga yang selalu ingin menonton pagelaran kesenian tersebut yang digelar di rumah warga yang hendak pergi menunaikan haji. “Jadi sejak dari dulu kala setiap ada calon haji kita selalu menggelar tarian zikir Zaman ini. Didalam nya ada shalawatan kepada Nabi Muhammad agar diberi syafaat,” terang Khaerurozi, Pimpinan Zikir Zaman Kadiri Lobar, Selasa (6/6/2023). Ada 12 orang sebagai anggota belangkah yang menjadi bergarak dengan semacam silat. Aksi mereka diiringi oleh empat orang irama hadi yang bersalawat, saat kesenian zikir Zaman ini diperagakan di depan umum. Kesenian zikir Zaman yang ada di kecamatan kadiri ini berkembang pada tahun 1965. Syair kesenian zikir Zaman lahir dari tarekat Naqsabandiyah kemudian muncul sebuah syair yang saat ini dibacakan. Sementara, gerakan dan syairnya itu yang mencetusnya itu almarhum TGH Abdul Khotib Kadiri pada tahun 1955. Setelah dari almarhum TGH Sahabuddin pada tahun 1965, tradisi ini kemudian terus dikembangkan hingga sekarang ini. Syair yang keluar dari suara sang hadi tersebut banyak menyuarakan puji-pujian shalawat kepada Nabi Muhammad dan lelekaq sasak santun dengan niat saling mengingatkan antar sesama manusia. Zikir ini juga memberikan peringatan menuntut ilmu dunia dan akhirat yang bermanfaat. (wan)

Read More

Pemerintah Saudi Tawarkan Kode dan Sortir Barang Bawaan Jamaah

Makkah – 1miliarsantri.net : Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengoperasikan inisiatif Rute Makkah di 7 negara selama tahun 1444 H ini, yang meliputi Pakistan, Malaysia, Indonesia, Maroko, Bangladesh, selain Turki dan Pantai Gading yang ditambahkan ke dalam daftar untuk pertama kalinya pada tahun ini. Kementerian mengimplementasikan inisiatif bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri, Kesehatan, Haji dan Umrah, Otoritas Umum Penerbangan Sipil, Otoritas Zakat, Pajak dan Bea Cukai, Otoritas Data dan Kecerdasan Buatan Saudi (SDAIA), Doyof (Tamu) Program Al Rahman — Program Pengalaman Haji, salah satu program eksekutif Visi Saudi 2030, dan Direktorat Jenderal Paspor. Inisiatif Rute Makkah menawarkan pengkodean dan penyortiran barang bawaan jamaah haji. Fasilitas ini untuk memastikan barang tersebut dikirim ke tempat tinggal para jamaah selama di Makkah dan Madinah. Prosedur coding bagasi dilakukan di aula prakarsa di bandara jamaah haji oleh tim khusus di bawah pengawasan Kementerian Haji dan Umrah. Mulai dari penyortiran bagasi dan pemberian label pada setiap bagasi jemaah. Melansir Saudi Gazette, Ahad (11/6/2023), label tersebut berisi data penerbangan, serta informasi tentang jamaah haji dan tempat tinggalnya. Selain itu, label akan dipasang di sampul paspor dan jamaah akan diberikan kartu berisi informasi sama seperti yang tertera di bagasi mereka. Setibanya di Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah atau di Bandara Internasional Prince Mohammed Bin Abdulaziz di Madinah, jamaah haji akan langsung diantar ke bus menuju tempat tinggal mereka. Sementara itu, Arab Saudi juga meluncurkan Inisiatif Rute Mekkah di Pantai Gading pada Jumat (9/6/2023) lalu, tepatnya di Bandara Internasional Abidjan. Rute Mekah sendiri bertujuan untuk menyambut jamaah haji, menyelesaikan prosedur jamaah dari negara asal dengan mudah dan nyaman, mulai dari menerbitkan visa elektronik, mengambil karakteristik vital. Inisiatif ini juga melengkapi prosedur pembuatan paspor jamaah haji di bandara negara keberangkatan setelah dilakukan verifikasi ketersediaan persyaratan kesehatan. (dul)

Read More

Masjid Berkubah Pertama di Tanah Jawa

Tuban – 1miliarsantri.net : Masjid Agung Tuban menjadi salah satu masjid tua di Pulau Jawa. Konon, masjid ini menjadi masjid pertama di Jawa yang memakai kubah. Secara historis, Masjid Agung Tuban sudah ada sejak zaman Sunan Bonang, yakni sekitar tahun 1486. Masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Adipati Raden Ario Tedjo atau yang dikenal dengan Syeh Abdurrahman, bupati ke-7 Tuban (1401-1419). Sebagai bangunan tua, masjid ini ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya berdasarkan Undang-undang No.10 tahun 2011) dengan nomor induk 152. Tempat ibadah umat Islam ini sempat beberapa kali renovasi. Renovasi pertama pada 1894, ketika masa pemerintahan Raden Toemengoeng Koesoemodiko (Bupati ke-35 Tuban). Saat tu Raden Toemengoeng Koesoemodiko menggunakan jasa arsitek berkebangsaan Belanda bernama BOHM Toxopeus. Sebagaimana tertulis dalam prasasti di depan masjid berbunyi: “Batoe yang pertama dari inie missigit dipasang pada hari Akad tanggal 29 Djuli 1894 oleh R. Toemengoeng Koesoemodiko Boepati Toeban. Inie missigit terbikin oleh Toewan Opzicter B.O.H.M. Toxopeus”. Masjid Agung Tuban dibangun dengan menggunakan pola lengkungan untuk menghubungkan tiang penyangga. Sehingga menghasilkan pola ruang dengan kolom-kolom. Pola ini seakan terinspirasi dari ruang dalam Masjid Cordoba, Spanyol. Menurut GF Pijper, cerita yang berkembang menyebut rujukan rancangan masjid ini adalah Hagia Sofia lstanbul. Selain berkubah, Masjid Agung Tuban juga salah satu masjid terawal yang miliki arcade. Gaya arsitektur khas nusantara dapat ditemui pada pintu dan mimbar yang terbuat dari kayu dengan ornamen ukiran khas Jawa. Di sayap mihrab terdapat tangga dari bahan kuningan mencirikan gaya khas ornamen Jawa Klasik. Masjid yang berdiri di depan alun-alun Tuban tersebut memiliki keistimewaan lain. Sekitar sepuluh meter dari masjid, berdiri Museum Kembang Putih yang menyimpan berbagai benda bersejarah seperti kitab Al-Quran kuno terbuat dari kulit, keramik Cina, pusaka, sarkofagus, dan sebagainya. Bentuk asli bangunan masjid yang masih ada sampai sekarang ini adalah tempat untuk pengimaman, selebihnya bangunan ini sudah tidak berbekas lagi. Masjid Agung Tuban dibangun kembali pada 1894 dan diresmikan oleh Bupati Tuban Raden Tumenggung Kusumodikdo. Pendirian masjid ini hasil dari swadaya masyarakat dengan pemerintah daerah kala itu. Pada perkembangannya, dilakukan penambahan bangunan pada masa pemerintahan Bupati Juwairi Martoprawiro (1985-1991). Setelah selesai dilaksanakan pemugaran dan penambahan masjid Agung Kabupaten Tuban yang selanjutnya diresmikan oleh wakil Gubernur KDH. TK I Jatim Trimarjono SH pada tahun 1987. Renovasi besar-besaran dilakukan pada masa Bupati Hj. Haeny Relawati Rini Widyastuti yang menjabat selama dua periode (2001-2006 dan 2006-2011). Bangunan yang direnovasi besar-besaran terdiri dari ruang bangunan utama untuk salat lima waktu/ salat Jum’at dan ruang bangunan pelengkap seperti tempat wudlu, penitipan sepatu/sandal, kantor pengurus, perpustakaan, gudang, ruang penjaga, dan Taman Pendidikan Al-Quran. Saat ini masjid Agung Tuban menjadi salah satu tujuan wisata religi bagi jamaah yang melakukan perjalanan, baik ziarah walisongo maupun mereka yang sekedar istirahat sembari berfoto dan menikmati kuliner tuban yang ada disekitar masjid. (lai)

Read More

Masjid Al Jabbar Jadi Tujuan Wisata Religi Musim Liburan

Bandung – 1miliarsantri.net : Masjid Al Jabbar Bandung berhasil mencuri perhatian sebagian besar masyarakat sebulan belakangan. Banyak orang yang ingin melihat bangunan tersebut dari dekat sambil berwisata religi. Masjid Al Jabbar dibuka secara resmi pada 30 Desember 2022 lalu dan sejak itu pula masjid ini dibanjiri pengunjung, baik dari daerah sekitar Bandung, bahkan dari luar kota Bandung. Seperti masjid pada umumnya, Al Jabbar adalah tempat ibadah bagi umat muslim dan Ridwan Kamil yang sekaligus Gubernur Jawa Barat ini mampu mendesain berbagai macak keunikan masjid, sekaligus untuk mengenang mendiang putera tercinta nya. Masjid Al Jabbar Bandung berada di kawasan Gedebage. Masjid ini juga banyak disebut sebagai masjid terapung. Disebut demikian karena memang masjid ini dibangun dengan kolam reflektif di sekelilingnya. Sehingga memberikan kesan Al Jabbar mengapung di atas air. Masjid Al Jabbar memiliki luas 25 hektare dengan kapasitas dapat menampung hingga 50.000 orang jamaah, serta sangat memungkinkan jika diadakan berbagai macam kegiatan disana. Filosofi Al Jabbar sendiri bermakna dari salah satu nama keagungan Allah dalam Asma Husna. Selain itu, gaya arsitekturnya pun juga terinspirasi dari rumus matematika, Aljabar. Salah satu keunikannya adalah tidak adanya tiang penyangga masjid, dengan jumlah pintu masuk sebanyak 27 pintu yang mewakili daerah di Jawa Barat. Hal-hal itulah yang menjadikan keunikan serta menambah kemegahan dari bangunan masjid tersebut. Masjid Al Jabbar juga memiliki fasilitas pendukung seperti Museum Rasullulah dan Al-Qur’an, foodcourt, tempat untuk manasik haji, berikut penginapan dan perpustakaan yang bisa digunakan oleh warga. Masjid Al Jabbar berdiri kokoh di tengah kolam retensi, sehingga akan tampak seperti mengapung di atas danau ketika air kolam mencapai batas permukaan. Masjid ini juga dilengkapi empat buah menara dengan menara tertinggi memiliki tinggi mencapai 99 meter. Ada museum seluas 11.238,20 meter persegi di lantai dasar masjid ini. Masjid Raya Al Jabbar sendiri memiliki total luas mencapai 21,799,20 meter persegi. Pembangunan masjid ini memakan biaya sekitar Rp1 triliun. Wisata religi ke masjid ini akan membuat pengunjung terkesan, karena berbagai macam fasilitasnya. Masjid Al Jabbar memiliki beberapa fasilitas, antara lain plaza, selasar, ruang shalat mezzanine, dan ruang shalat utama. Paling mencuri perhatian adalah adanya museum Nabi, kemudian masyarakat juga dapat menikmati taman yang bisa dijadikan lokasi wisata religi. Belum ada yang seperti ini, baik eksterior maupun interior, karpet nya saja didatangkan langsung dari Turki. (de)

Read More

Riyadho ala Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah Turen Malang

Malang – 1miliarsantri.net : Perjalanan hidup manusia sering kali mengalami jatuh bangun dan pelbagai cobaan yang datang silih berganti. Terkadang banyak diantara nya yang dengan sabar menghadapi semua ujian tersebut dengan selalu mendekatkan diri pada Allah SWT. Namun banyak juga diantara nya yang benar-benar tidak kuat menghadapi ujian tersebut dan akhirnya mengakhiri kehidupan dengan cara yang sangat tragis. Bagi sebagian orang mungkin sudah pernah mendengar atau bahkan datang langsung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah, yang awal nya viral dikatakan sebagai Masjid Tiban Turen atau Masjid yang dibangun oleh bangsa Jin. Pesantren yang dirintis oleh Romo KH. Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al Mahbub Rahmat ‘Alam pada tahun 1963 dan resmi menjadi Pondok Pesantren tahun 1978 ini mengajarkan ilmu kehidupan kepada para santri nya. Purwanto, salah satu murid Pesantren, sekaligus Sekretaris Pengurus Harian mengatakan, tujuan utama nya adalah sebagai sarana atau media untuk membersihkan hati dari berbagai macam penyakit hati agar seseorang lebih Iman dan Cinta kepada Tuhan Allah SWT, serta sebagai sarana atau media pendidikan dan pembelajaran. “Pondok diperuntukkan bagi semua ummat, tanpa membedakan agama dan keyakinan serta aliran, ras dan suku bangsa, serta perbedaan-perbedaan lain nya. Disini lebih banyak diajarkan nilai tasawuf nya,” terang nya kepada 1miliarsantri.net. Dia menambahkan, bangunan Pesantren ini terdiri dari 10 lantai, dimana masing-masing lantai mengandung arti dan menyerap seluruh permasalahan yang pernah terjadi atau yang pernah dialami oleh para santri. “Dulu Romo Kiai hanya memiliki 10 santri saja yang kesemuanya memiliki permasalahan yang berbeda-beda, kemudian beliau meminta kepada para santri itu untuk beli tikar sebagai alas untuk santri itu sendiri dalam menjalankan riyadho. Kemudian Romo Kiai menjabarkan permasalahan para santri tersebut kedalam bentuk bangunan yang ada di Pesantren,” terang Purwanto. Bisa dikata, dari masing-masing tempat di Pesantren yang memiliki luas 8 hektare ini memiliki filosofi dan arti tersendiri, diantara nya misalkan ada santri yang memiliki masalah mengenai rumah tangga, maka ditempatkan pada lokasi yang sudah di istikharahi Romo Kiai Ahmad. “Romo Kiai tidak pernah memaksakan, jadi ketika ada yang memiliki permasalahan, maka akan disampaikan kepada beliau, untuk selanjutnya menunggu dawuh beliau dari hasil istikharoh yang dilakukan. Ada yang langsung pada saat itu beliau menyampaikan dan ada yang menunggu sehari atau bisa sampai tiga hari, dan disaat riyadho, para santri bisa membaca apa yang biasa dibaca atau dilakukan, bisa dengan sholawat atau duduk berdzikiri,” tukasnya. Menelusuri setiap ruang demi ruang yang ada di Pesantren ini sangat mengasyikkan. Selain desain interior nya yang sangat indah dan itu semua juga atas isyaroh yang didapat Romo Kiai Ahmad, disana bisa merasakan betul ketenangan bathin. Contoh ketika memasuki Ruang Tamu Lantai Dasar atau Ruang Tamu Parkiran, disana mengandung filosofi menumbuhkan / menghidupkan hati yang mati, memiliki akal sehat, memancarkan Nur Iman dan Islam, menciptakan akhlakul karimah, Nur Iman yang tidak terduga, mengangkat derajad, perubahan nasib. Kemudian menyusuri Ruang Istirahat Wanita di Lantai Dasar. Filosofi yang terasa adalah menjernihkan pikiran, menambah persaudaraan, menciptakan akhlakul karimah, menghilangkan suudzon terhadap Allah dan sesama makhluk, dapat berakhlakul karimah kepada Sang Pencipta, menghilangkan lebih diri, mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, dapat beradaptasi terhadap lingkungan, pendapat, agama, memuliakan seluruh makhluk karena memuliakan Allah, memiliki pikiran cerdas. Setelah wafatnya Romo Kiai Ahmad, perjalanan Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah, kini dilanjutkan Bu Nyai (istri Romo Kiai Ahmad) dan tetap sebagaimana yang sudah dilakukan sebelumnya, selalu diperhitungkan dengan istikharah terlebih dahulu. “Seluruh santri disini sangat merasakan betul manfaat dari Riyadho yang dilakukan dan hasilnya juga bisa diaktualisasikan seperti dawuh Romo Kiai dulu yakni berdakwah lewat bangunan,” lanjutnya. Untuk bisa menjadi santri di Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah Ini sebenarnya cukup mudah. Langsung datang menemui Bu Nyai, kemudian menunggu isyaroh yang beliau lakukan. Jika ada jawaban atas isyaroh tersebut, maka selanjutnya bisa dilakukan oleh yang bersangkutan. “Banyak yang datang disini dengan berbagai macam problem permasalahan, seperti kesehatan, untuk wanita hamil yang sulit melahirkan hingga problem lain nya juga sering dikonsultasikan kepada Bu Nyai,” tutup Purwanto. (fq)

Read More

Berjalan Kaki Sejauh 8.460 KM Untuk Menunaikan Ibadah Haji

Jakarta – 1miliarsantri.net : Bagi kebanyakan orang pasti tidak bisa membayangkan dan tidak mungkin sanggup berjalan kaki sejauh lebih dari 5.000 km. Ada petualangan serupa lainnya, terutama yang berkaitan dengan menunaikan haji. Pria Inggris Farid Feyadi juga melakukan perjalanan serupa dari London pada tahun 2020 untuk menyanggah kesalahpahaman di media Barat tentang Islam. Juga pada Juni 2022, perjalanan pemuda Indonesia Muhammad Fauzan ke Makkah memakan waktu lebih dari tujuh setengah bulan, mengendarai sepeda sejauh hampir 5.000 kilometer. Namun hal itu ditepis oleh Shihab Chottur, seorang muslim dari Kerala, India. Dia berjalan kaki sejauh 8.640 Km ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Dia berjalan kaki untuk memenuhi panggilan Allah SWT ke Tanah Suci Makkah. Chottur merupakan pedagang di Kerala dan memiliki supermarket. Sejak kecil, dia sudah sering mendengar tentang umat Islam yang berjalan kaki ke Makkah untuk berhaji. Kisah-kisah itu bersumber dari umat Islam yang hidup pada zaman dulu, saat teknologi transportasi modern belum ditemukan. Chottur lalu bertekad untuk berjalan kaki ke Makkah. Dia memulai perjalanan pada Juni 2022 lalu dengan melintasi India, Pakistan, Iran, Irak, dan Kuwait. Hingga akhirnya mencapai Arab Saudi pada 7 Juni 2023. Artinya, dia berjalan selama 12 bulan 5 hari. Perjalanan selama setahun itu tidak mudah. Ketika dia mencapai perbatasan Wagah, Punjab pada September lalu, dia dihentikan oleh otoritas Pakistan karena tidak memiliki visa. Dia baru mendapatkan visa pada Februari 2023. Chottur akhirnya berhasil masuk ke Pakistan dan melanjutkan perjalanan ke Arab Saudi. Di antara berbagai macam kesulitan yang dia hadapi adalah beberapa hewan predator, dan juga cuaca dingin ketika berada di Iran. Memasuki Arab Saudi bulan lalu, Chottur pergi ke Madinah sebelum berangkat ke Makkah. Dia menempuh jarak 440 kilometer antara Madinah dan Makkah dalam sembilan hari. Dia akan menunaikan ibadah haji setelah ibunya, Zainaba, tiba dari Kerala. (wink)

Read More

Ustad Ariful Penceramah Masjid Nabawi, Asli Putera Riau

Madinah – 1miliarsantri.net : Seluruh jamaah calon haji Indonesia sangat terkesima ketika ada seorang penceramah yang menggunakan bahasa Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah Al Munawarah. Ternyata penceramah tersebut bernama Ustad Ariful Bahri, putra asli Riau yang berasal dari Air Tiris Kabupaten Kampar. Selain penceramah, Ustad Ariful juga terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Islam Madinah, jurusan S3 jurusan Akidah. Ustad Ariful terpilih bersama dua orang lainnya dari Indonesia yang telah menjalani serangkaian ujian untuk menjadi penceramah berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi. Ia menggantikan kajian selama ini yang dilaksanakan oleh Ustad DR Firanda Lc. MA dan Ustad DR Abdullah Roy Lc.MA yang merupakan juga ustad asal Indonesia. Setiap hari ba’da Maghrib hingga menjelang Isya, Ustad Ariful mengajarkan nilai-nilai keislaman kepada jamaah haji yang mayoritas merupakan orang Indonesia. Ribuan jamaah haji tampak antusias mengikuti materi yang disampaikan Ariful. Pria lulusan Doktor Bidang Aqidah itu biasa mengisi kajian di pintu (gate) 19, tidak jauh dari pintu utama Masjid Nabawi. Saat musim haji kajiannya fokus seputar manasik haji. Sedangkan di luar musim haji kajiannya fokus dua hal, yaitu keutaman-keutamaan kota Madinah dan sejarahnya. Ustad Ariful membagikan kisah dirinya bisa mengajar di Masjid Nabawi. Saat itu, dirinya tengah kuliah S3 di Universitas Islam Madinah (UIM). Pada 2019, Kampus UIM bekerja sama dengan pihak Masjid Nabawi mengirim mahasiswanya yang secara keilmuan mumpuni dan lancar berbahasa Indonesia untuk memberikan kajian di Masjid Nabawi. “Cara pemilihannya kami tidak tahu. Ini karunia Allah, ya. Mungkin karena data-data kami kan sudah ada semua di UIM,” terangnya kepada 1miliarsantri.net, Minggu (11/06/2023). Setelah mendapatkan informasi bahwa namanya tercatat sebagai mahasiswa UIM yang lolos mengisi kajian di Nabawi, baru ia diminta menghubungi salah seorang Syaikh di masjid tersebut yang mengurusi bagian dakwah. “Waktu itu saya sedang liburan di Indonesia. Setelah Idul Adha langsung ke sini. Saya interview dengan syaikh terkait bahasa Arab, hafalan Al-Qur’an dan sebagainya,” tuturnya. Ketua Umum DPH LAM Riau Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, ketika melaksanakan umroh beberapa waktu lalu sempat bertemu dengan Ustadz Ariful Bahri dan menyampaikan, meski sudah 12 tahun berada di Madinah, cara bicara Ustad Ariful masih kental dengan dialek Kampar. “Saya sempat bertegur sapa dengan Ustad Ariful Bahri, meski tak sempat berbicara luas karena banyaknya jamaah yang ingin bertemu. Semoga aktivitasnya, ikut menjadi asbab keberkahan bagi Riau,” terang Taufik Ikram. Sementara rasa bangga juga disampaikan Gubernur Riau Syamsuar. Saat menjalankan ibadah umrah, Syamsuar mendengar pengajian di Masjid Nabawi, Madinah Al Munawarah yang disampaikan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Gubri menyampaikan bahwa ada kebanggaan tersendiri mendengar pengajian berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah Al Munawarah. Apalagi yang mengisi pengajian tersebut merupakan putra terbaik Riau. “Alhamdulillah, bisa mendengarkan pengajian berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah Al Munawara, dan yang membuat saya bangga, ustad yang mengisi pengajian berasal dari Provinsi Riau,” kata Syamsuar. Selain bertemu Ustad Ariful, pada kesempatan itu Gubri juga sempat bersilaturahmi dengan mahasiswa Riau yang sedang melaksanakan pendidikan di Universitas Islam Madinah. “Saya melihat wajah bahagia dari mahasiswa itu. Saya sempat berpesan agar menjaga nama baik Riau, niat untuk belajar bisa selesai sampai lulus dan ketika nanti menjadi para dai, mubaligh, ulama, ahli agama, sekembalinya dari Madinah, maka tebarkanlah nilai-nilai agama yang mewujudkan kedamaian di bumi Melayu yang kita cintai dan Indonesia,” ujar Syamsuar dengan mata berkaca-kaca. (mik)

Read More

Bukan Masjid Tiban Turen, Tapi Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah

Malang – 1miliarsantri.net : Jika kebanyakan masyarakat lebih mengenal dengan sebutan Masjid Tiban Turen, maka sebutan tersebut salah pengartian. Istilah yang sebenarnya adalah Pondok Pesantren, karena sejak awal pembangunan memang bukan masjid, melainkan Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah. Berdiri pada tahun 1963 yang waktu itu masih berada di lahan seluas 300 meter, Romo KH. Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al Mahbub Rahmat ‘Alam, memulai mengajarkan pendidikan agama dikediaman nya Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang. “Waktu itu Romo Kiai baru pulang dari Pesantren Sidolangu Krian milik almarhum Hadratus Syekh Sahlan Tholib, Romo Kiai mulai merintis Pesantren, yang waktu itu sudah banyak masyarakat sekitar yang ngaji kepada beliau,” terang Purwanto, Sekretaris Harian Pondok kepada 1miliarsantri.net, Senin (12/06/2023). Purwanto menambahkan, sekitar tahun 1978 mulai berdirinya pesantren awal yang masih sangat sederhana sekali, tutup gedek (bambu), atap daduk (daun pohon tebu), tiang juga terbuat dari bambu. “Pada tahun 1978 Romo Kiai mengajukan ke Pemerintah Kecamatan Turen agar kediaman beliau dijadikan Pondok Pesantren, karena pada saat itu ada peraturan tiga hari sekali harus lapor ke aparat setempat untuk jamaah atau santri yang mau bermalam di rumah warga sekitar,” lanjutnya. Disaat pembangunan masih dengan batu bata merah yang ditempelkan dengan menggunakan tanah liat. Bahkan untuk menghaluskan tembok, masih menggunakan tanah liat. Bahkan pada tahun 1978 itu masih belum berdiri pondok, melainkan bangunan rumah dan musholla untuk mengaji para santri. “Berhubung rumah Romo Kiai agak lumayan besar dan waktu itu hanya belasan santri yang mengaji, dibuatkan kamar-kamar untuk santri dari luar kota yang bermalam disana,” imbuhnya. Pada akhir tahun 1988 mulai pembangunan tahap pertama Pondok Pesantren dengan ditandai peletakan batu pertama hingga tahun 1992 dan sempat terhenti sementara karena kendala kepengurusan dan perijinan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). “Salah satu syarat pendirian kan memang harus ada IMB, sedangkan kami tidak memiliki master plan, blueprint, rencana atau rancangan mau dibuat apa model Pondok nya. Jadi bisa dikatakan pembangunan Pondok Pesantren melalui isyaroh yang didapat Romo Kiai,” tandas Purwanto yang masuk Pesantren ini pada tahun 2004. Pembangunan Pesantren kembali dilanjutkan hingga saat ini berdiri di lahan seluas 8 hektar dan status masih sama yakni Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah. “Jadi kalau ada yang menyebut tempat ini Masjid Tiban itu salah dan masing-masing masyarakat memiliki persepsi yang berbeda mengenai Pesantren kami, bahkan ada yang mengatakan dibangunan oleh bangsa jin, itu salah besar,” tegas Purwanto. Ponpes Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah Turen Malang, saat ini menampung sekitar 319 orang santri dari 78 Kepala Keluarga yang bermukim dan menentap didalam Pondok. “Jadi sekali lagi disini ini bukan Masjid Tiban atau Masjid yang dibangun bangsa jin, melainkan Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang ada proses pembangunan nya dan dikerjakan oleh warga sekitar juga para santri yang kebanyakan dari luar kota Malang,” pungkas Purwanto. (fq)

Read More

Katering Jamaah Haji Dihentikan Sementara

Makkah – 1miliarsantri.net : Layanan katering untuk jamaah haji Indonesia di Makkah akan dihentikan untuk sementara. Rata-rata layanan katering bagi jamaah selama tinggal di Makkah berlangsung dalam rentang 22 hari. “Namun, ada fase di mana layanan katering jamaah di Makkah akan berhenti sementara, yakni menjelang dan setelah puncak haji, layanan katering di Makkah akan berhenti sementara tepatnya pada 7, 14, dan 15 Dzulhijjah 1444 H,” terang Direktur Bina Haji Kementerian Agama Arsad Hidayat di Madinah, Minggu (11/6/2023). Penghentian sementara layanan katering pada tanggal-tanggal tersebut dikarenakan kondisi di Makkah sudah sangat padat. Jamaah dari seluruh dunia sudah berada di Makkah sehingga sering terjadi kemacetan dan itu tidak memungkinkan dilakukan proses distribusi katering. “Jangankan wilayah yang jauh, kawasan yang dekat hanya sekitar 2 km harus ditempuh dalam waktu lama. Kalau ada katering, kemungkinan akan terlambat sampai jamaah,” ucapnya. Dalam fase penghentian sementara layanan katering, jamaah dapat membeli makanan pada sejumlah pedagang yang berjualan di dekat hotel. Begitu juga jamaah haji lanjut usia (lansia), dia meminta agar jamaah perlu mempersiapkan diri. Apabila tidak bisa, pendamping maupun orang terdekat bisa membantu menyiapkan supaya lansia tersebut bisa mengonsumsi makanan. Pada fase puncak haji, 8 sampai 13 Dzulhijjah, jamaah tetap mendapatkan layanan katering. Layanan itu diberikan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). “PPIH telah bekerja sama dengan muassasah/masyariq untuk menyiapkan 16 kali layanan katering pada fase Armuzna,” kata Arsyad. Khusus untuk jamaah yang mengambil nafar awal, kembali ke Makkah pada 12 Dzulhijjah mereka juga belum mendapat layanan katering di hotelnya. Sebab, saat itu layanan katering masih dipusatkan di Mina. “Layanan katering pada hotel di Makkah akan mulai diberikan kembali pada 16 Dzulhijjah 1444 H. Layanan ini akan diberikan kepada jamaah yang belum habis paket kateringnya yang sebanyak 66 kali makan di Makkah,” ujarnya. Seperti diketahui, Petugas Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1444 H/2023 M telah menyiapkan 66 kali makan untuk jamaah haji selama berada di Makkah. Paket konsumsi itu dibagikan tiga kali sehari sejak awal kedatangan jamaah haji di kota kelahiran Nabi Muhammad SAW. Selain katering, layanan transportasi bus sholawat juga akan dihentikan sementara. “Menjelang Armuzna itu semua bus sholawat akan ditarik dari jalanan di Makkah sebagai persiapan mengantarkan jamaah dari Makkah ke Arafah. Setiap tahun seperti itu, tidak hanya Indonesia tapi semua negara,” kata Arsad. Di sisi lain, jumlah jamaah haji Indonesia yang sudah berada di Makkah hingga saat ini mencapai 80.613 jamaah dari 212 kloter. Dari jumlah tersebut sebanyak 24.596 merupakan jamaah haji lansia. (dul)

Read More

Sebanyak 43 Jamaah Calon Haji Meninggal

Makkah – 1miliarsantri.net : Menurut data yang dirilis oleh Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag) pada pukul 15.20 waktu Arab Saudi (WAS), Minggu (11/06/2023) tercatat sebanyak 43 jamaah haji yang meninggal dunia. Kadaker Mekkah, Khalilurrahman, menjelaskan bahwa jika ada jamaah yang meninggal, langkah yang harus diambil adalah melaporkannya kepada pihak hotel. Selanjutnya, pihak hotel akan menghubungi maktab dan meminta surat kematian dari dokter kloter. Pihak maktab akan mengurus surat tersebut hingga dikeluarkan Sertifikat Kematian (CoD), kemudian jenazah dapat dishalati di Masjidil Haram jika keluarga menginginkannya. Semua urusan terkait jenazah, mulai dari pemulasaran hingga pemakaman akan ditangani oleh maktab. Oleh karena itu, menurut Khalil, keluarga tidak memiliki pilihan untuk menentukan waktu dan lokasi pemakaman, kecuali jika yang meninggal adalah seorang ulama besar. Khalil menjelaskan bahwa selama ini tidak ada jenazah yang dibawa pulang ke Indonesia karena prosesnya yang cukup panjang dan tidak memungkinkan. Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per tanggal 10 Juni 2023, terdapat 503 jemaah yang menjalani perawatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), dan 145 jemaah yang dirawat di rumah sakit di Arab Saudi. Dalam hal pelayanan kesehatan di kloter, terdapat 12.880 calon haji yang terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan 11.652 calon haji yang mengalami hipertensi. Kuota jemaah calon haji Indonesia tahun ini adalah 210.000 orang, di mana 30 persen dari total kuota adalah jemaah lansia. (dul)

Read More