Redaksi

Doa Ampuh AA Gym: Amalan Nabi Daud Ini Dijamin Buka Pintu Rezeki

Jakarta — 1miliarsantri.net : Dalam kajian terbaru, KH Abdullah Gymnastiar atau yang akrab disapa AA Gym membagikan rahasia meraih kehidupan terbaik di masa depan. Tokoh agama yang dikenal dengan ceramah menyejukkan ini menekankan pentingnya menjadi hamba yang dicintai Allah SWT. “Kalau kita ingin sesuatu yang terbaik dimasa yang akan datang intinya adalah sederhana, jadilah orang disukai Allah,” terang AA Gym, dikutip dari instagram pribadinya, Senin (11/11/2024). AA Gym menganjurkan untuk mengamalkan doa yang dipraktikkan Nabi Daud AS. Doa ini dipercaya dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Allah sekaligus mendatangkan cinta-Nya. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, doa tersebut berbunyi: اللَّهُمَّ ! إِنِّي أَسْألُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ ، وَالعَمَلَ الَّذِي يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ . اللَّهُمَّ ! اِجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِليَّ مِنْ نَفْسِيْ وَأَهْلِي ، وَمِنَ المَاءِ البَارِدِ “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu untuk selalu cinta kepada-Mu, mencintai orang yang selalu mencintai-Mu dan amal yang dapat menyampaikanku untuk mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta kepada-Mu melebihi cintaku terhadap diriku sendiri, keluarga, dan air yang dingin.” Doa ini mengandung makna mendalam tentang pengabdian total kepada Allah SWT. Melalui doa ini, seorang hamba memohon agar cintanya kepada Allah melebihi segalanya, bahkan melebihi kebutuhan dasarnya seperti air yang menyegarkan. (yan) Baca juga :

Read More

Toleransi di Serambi Makkah Dibuat Film Harmony of Aceh

Nangro Aceh — 1miliarsantri.net : Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Aceh meluncurkan film pendek tentang keberagaman dan toleransi antar umat beragama di tanah Serambi Makkah. Film berjudul “Harmony of Aceh; Memaknai dan Menghormati” di-launching di Ruang Teater BSI (Bank Syariah Indonesia) Landmark Aceh Green Building, Rabu (6/11/2024) lalu. Film ini menggambarkan bagaimana kenyamanan dan toleransi terjalin dengan baik di Aceh. “Film kerukunan ini di launching dengan harapan, antara lain, bisa menjadi satu bentuk visualisasi nyata dan sebenarnya yang terjadi di sini (Aceh). “Bagaimana kenyamanan dan toleransi terjalin baik, terlihat dalam film ini,” kata Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Aceh, Ahmad Yani. Menurut Yani, Aceh memang daerah yang sejuk, nyaman dan rukun. “Tidak seperti yang digembar-gemborkan sebagian media dari luar. Di sini, kita saling menghargai dan menghormati, juga dalam aspek ibadah bagi umat masing-masing,” ujarnya. Film “Harmony of Aceh; Memaknai dan Menghormati” akan dapat ditonton di saluran youtube dan media sosial Kemenag Aceh mulai 16 November 2024, bertepatan dengan Hari Toleransi Internasional atau International Tolerance Day. “Film ini akan ditonton oleh masyarakat Indonesia dan dunia, dan tetap menunjukkan, bahwa Aceh memang sangat toleran dan harmonis,” sambungnya. Sementara itu, poduser film yang juga Ketua Tim Umum dan Hubungan Masyarakat (Humas) Kanwil Kemenag Aceh, Ahsan Khairuna mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu ikhtiar dalam memperkuat moderasi beragama di Aceh. “Merawat kerukunan intern dan antar umat beragama, selain dengan dialog dan pelatihan pelopor kerukunan untuk berbagai elemen masyarakat, kali ini kita nonton bareng, sebuah film pendek yang memotret keberagaman, keberagamaan, dan kerukunan di Serambi Makkah,” paparnya. Ahsan berharap, film ini juga bisa menjadi salah satu referensi bagi wisatawan yang belum pernah ke Aceh dan belum mendapatkan informasi utuh tentang harmonisasi dan toleransi di Aceh. Peluncuran film Harmony of Aceh ini dihadiri oleh para Pembimas di Kanwil Kemenag Aceh, Kepala Kankemenag Banda Aceh dan Aceh Besar, pengurus FKUB, pimpinan regional BSI, Kesbangpol Aceh, ormas dan pegiat film. (mis) Baca juga :

Read More

Israel Larang Tahanan Wanita Palestina Kenakan Hijab

Tell Aviv — 1miliarsantri.net : Otoritas Israel di Penjara Damon telah melarang tahanan wanita Palestina mengenakan hijab. Layanan Penjara Israel (IPS) dilaporkan telah menyita pakaian keagamaan, termasuk hijab, niqab, dan jilbab, dan menggantinya dengan pakaian training warna abu-abu. Kebijakan ini muncul setelah penunjukan direktur penjara baru dan dikaitkan sebagai respons terhadap kejadian pada Oktober 2023. Kepala Komisi Urusan Tahanan, Qaddoura Fares, mengecam pembatasan tersebut dan menyebutnya sebagai pelanggaran hak beragama tahanan dan standar kemanusiaan. Dia memperingatkan bahwa pelarangan hijab dan pakaian lainnya bisa membahayakan kesehatan tahanan, terutama menjelang musim dingin, karena para tahanan menghadapi kelangkaan pakaian hangat dan selimut yang parah. Fares menyatakan kondisi di Penjara Damon yang menahan 94 wanita Palestina semakin memburuk. Para tahanan mengalami penggeledahan harian dan penyitaan barang pribadi secara rutin. Tahanan wanita juga dilaporkan tidak mendapatkan kebutuhan kebersihan dasar, makanan yang layak, dan menghadapi penggeledahan strip yang merendahkan martabat mereka. Mayoritas tahanan ini ditahan dalam penahanan administratif, tanpa dakwaan atau pengadilan, berdasarkan bukti yang dirahasiakan. Sejak Oktober 2023, Otoritas Palestina memperkirakan lebih dari 11.500 warga Palestina telah ditangkap di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem yang diduduki. (prim) Baca juga :

Read More

Mendikdasmen Bakal Umumkan Kenaikan Kesejahteraan Guru di Hari Guru Nasional

Jakarta — 1miliarsantri.net : Momentum Hari Guru Nasional tahun ini akan menjadi momen istimewa bagi para pendidik di Indonesia. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) tengah menyiapkan kabar menggembirakan terkait peningkatan kesejahteraan guru ASN maupun non-ASN. Informasi ini mencuat dalam Rapat Kerja antara Kemendikdasmen dengan Komisi X DPR RI di Kompleks MPR/DPR, Rabu (6/11/2024) lalu. Dalam pertemuan tersebut, terungkap adanya program prioritas untuk memajukan kualitas pendidik di Tanah Air. “Sudah saya sampaikan tadi, Insya Allah akan ada kenaikan,” ujar Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, kepada 1miliarsantri.net, Ahad (9/11/2024). Program peningkatan kesejahteraan ini akan menyentuh seluruh lapisan tenaga pendidik, tanpa terkecuali. “Program ini akan mengakomodasi semua guru, baik yang ASN maupun non-ASN,” tegas dia. Kemendikdasmen menetapkan tiga program unggulan yang menjadi fokus utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Program tersebut meliputi peningkatan kualifikasi, kompetensi, dan kesejahteraan guru. “Nah poin c ini [peningkatan kesejahteraan] kami sampaikan pada peringatan Hari Guru Nasional pada beberapa minggu akan datang,” ungkapnya. Sebelum pertemuan dengan Komisi X DPR RI, Mu’ti telah melakukan kunjungan ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta Pusat. Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan bahwa pihaknya telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk tahun 2025. Meski rencana ini sudah pasti, nominal kenaikan kesejahteraan masih menjadi rahasia. Mu’ti meminta semua pihak untuk bersabar menunggu pengumuman resmi yang akan disampaikan pada momen spesial Hari Guru Nasional. (wink) Baca juga :

Read More

Pulau Mewah Pertama di Neom Arab Saudi Resmi Dibuka

Dubai — 1miliarsantri.net : Sindalah, sebuah resor pulau di Laut Merah yang dirancang oleh studio Italia Luca Dini Design and Architecture, telah menjadi wilayah Neom pertama yang selesai dibangun di Arab Saudi. Resor yang dijuluki “destinasi pulau mewah” ini berlokasi lima kilometer dari pesisir Neom di Laut Merah, dan telah dibuka untuk sejumlah tamu undangan. Proyek seluas 840.000 meter persegi ini menjadi bagian pertama dari Neom, sebuah mega-proyek di Arab Saudi bagian timur laut, yang berhasil diselesaikan. “NEOM berkomitmen mendukung era baru pariwisata mewah Kerajaan dengan dibukanya Sindalah,” kata CEO Neom, Nadhmi Al-Nasr. “Terwujudnya destinasi bersejarah ini, yang menjadi gerbang ke Laut Merah, adalah berkat kepemimpinan visioner Yang Mulia Mohammed bin Salman dan Visi Saudi 2030,” tambah Al-Nasr. Sindalah dirancang oleh Luca Dini Design and Architecture, yang terkenal dengan desain kapal pesiar mewah, dan dibangun di sekitar marina berkapasitas 86 kapal beserta klub kapalnya. Menurut Neom, pulau ini akan berfungsi sebagai “gerbang menuju Laut Merah.” Pulau ini dilengkapi hotel, restoran dan berbagai fasilitas termasuk Sindalah Yacht Club dengan interior yang dirancang oleh merek fashion Italia Stefano Ricci. Terdapat juga klub pantai, klub golf, gerai ritel, dan layanan manajemen kapal pesiar. Pengunjung pulau yang dijuluki “masa depan wisata mewah” oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman ini dapat memilih dari 440 kamar, 88 vila, dan lebih dari 200 apartemen berlayanan lengkap. “Ini adalah babak membanggakan dalam perjalanan NEOM dan kami sangat bersemangat untuk mencapai lebih banyak tujuan ambisius kami, dengan dukungan berkelanjutan dari Yang Mulia,” ujar Al-Nasr. “Destinasi perdana NEOM ini memberikan pengunjung ‘sekilas gambaran’ tentang apa yang akan datang untuk portofolio destinasi dan pengembangan kami yang luas.” Sindalah menargetkan dapat menerima 2.400 pengunjung per hari pada tahun 2028. Ini adalah yang pertama dari 10 wilayah yang diciptakan untuk proyek Neom, termasuk kota mega The Line. Proyek kontroversial ini mendapat banyak kritikan. Pada 2022, organisasi hak asasi manusia ALQST melaporkan bahwa tiga anggota suku Huwaitat yang diduga mengkritik penggusuran terkait Neom telah dijatuhi hukuman mati. Aktivis hak asasi manusia Lina Alhathloul awal tahun ini mengatakan kepada media bahwa Neom “dibangun di atas darah rakyat Saudi” dan editor media Tom Ravenscroft mempertanyakan apakah “sudah waktunya studio arsitektur mundur dari Neom?” (dul) Baca juga :

Read More

Sumatera menjadi titik kumpul kapal dari Athena, Mesir, dan berbagai kawasan

Tapanuli Tengah — 1miliarsantri.net : Barus adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Terletak di pantai barat Sumatra, 60 kilometer di barat daya Sibolga dan sekitar 70 kilometer di timur laut kota Singkil. Barus adalah sebuah kota kecamatan yang sunyi dan terpencil sekarang ini. Siapa sangka, Barus pada masa-masa kejayaannya sebelum abad ke-17, kota ini masyhur sebagai pelabuhan yang ramai disinggahi kapal-kapal dagang asing terutama dari Cina, India, Arab, Persia, Turki dan Portugis selama berabad-abad. Berita atau catatan tertua mengenai Barus kita dengar dari catatan Ptolomeus, ahli geografi Yunani pada abad ke-2 M, demikian dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia. Menurut Ptolomeus, kapal-kapal dari Athena telah singgah Barus sepanjang abad ke-4 dan ke-3 Sebelum Masehi (SM). Begitu pula kapal-kapal dari era Firaun di Mesir untuk membeli kapur barus atau kamfer, bahan yang diperlukan untuk membuat mumi. Sebagai pelabuhan dagang, kota Barus baru mencapai kemakmuran pada abad ke-7 tidak lama setelah berdirinya kerajaan Sriwijaya. Sumber Cina menyebut Sriwijaya dan Barus sebagai kerajaan kembar. Bahkan I Ching, musafir Cina yang berkunjung ke Sumatra pada abad ke-7 mengatakan bahwa kota Barus merupakan pusat penyebaran aliran Mulasarvastivada, sebuah madzab dalam Buddha Mahayana yang banyak diikuti penduduk Sriwijaya. Tetapi pada abad ke-9 M pedagang-pedagang Arab dan Persia, kemudan Turki, mulai ramai berdatangan ke Barus untuk memperoleh emas, lada, kapur barus, dan lain-lain. Kapur dan lada yang dihasilkan di daerah ini terkenal tinggi mutunya dan merupakan bahan perniagaan penting pada masa itu. Sudah pasti mereka tinggal agak lama di wilayah Barus, karena pelayaran ke negeri asal mereka sangat jauh dan harus menunggu musim yang baik untuk berlayar. Mereka lantas kawin mawin dengan wanita setempat atau wanita pribumi Barus. Sehingga terbentuklah komunitas Muslim yang signifikan di situ. Sebelum nama Barus dikenal, kota ini diberi nama Fansur (Panchur) oleh orang-orang Mandailing dan Batak yang tinggal di sekitarnya. Sebelum suku-suku yang tinggal di sini memeluk agama Islam, dan kemudian Kristen, mereka itu dikenal karena kepandaiannya dalam ilmu sihir. Dalam bahasa Mandailing atau Batak, perkataan Pancur berarti ‘mata air’ dan berdasarkan nama ini orang Arab menyebutnya Fansur. Nama Barus diberikan kemudian oleh orang-orang Melayu yang berduyun-duyun pindah ke tempat ini dan kemudian bercampur baur dengan penduduk asal. Sehingga terbentuklah suku Mandailing yang beragama Islam. Nama Barus itu diberikan mengikuti nama sungai yang biasa dilalui oleh orang-orang Melayu untuk mencapai tempat ini. Bukti-bukti arkeologis belakangan juga telah ditemukan bahwa sebelum munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang awal di Sumatra seperti Peurlak dan Samudra Pasai, yaitu sekitar abad ke-9 dan ke-10 M, di Barus telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat Muslim dalam jumlah yang besar, terdiri dari saudagar-saudagar asing dan keturunan mereka dari perkawinan mereka dengan wanita-wanita pribumi. Prapanca, pujangga Majapahit abad ke-14, dalam buku Nagara Kertagama mengatakan bahwa Barus merupakan negeri Melayu yang penting di Sumatra, yang berhasil dijadikan taklukan Majapahit. Melalui keterangan Prapanca itu, tampak bahwa kota ini telah mempunyai hubungan politik dan dagang dengan kerajaan-kerajaan Hindu di Jawa pada abad-abad sebelumnya. Seperti kota-kota pelabuhan Melayu lain, Barus ketika itu merupakan pusat perdagangan, transit dan pertukaran barang-barang niaga yang dibawa dari negeri Arab, Persia, India dan Cina. Braginsky (1993) menemukan keterangan tentang Barus dalam Kitab Seribu Satu Malam (abad ke- 11 M), yaitu pada bagian kisah mengenai Sinbad Si Pelaut. Sinbad yang mendarat di Barus menceritakan tentang tempat ini sebagai berikut: “Maka mereka (saudagar-saudagar; VB) bermalam di sebuah tempat yang indah-indah dan selamat, dan aku pun bermalam bersama mereka, dan hatiku terlalu senang sebab aku terbebas dari lembah ular lalu sampai di negeri (yang dihuni) manusia. Waktu hari sudah siang kami bangun dan berjalan di gunung yang besar itu, dan melihat ular yang banyak.” “Kami berjalan sehingga sampai di sebuah taman di pulau yang besar dan indah, maka di taman itu tumbuh pohon-pohon kapur barus, dan setiap satu daripadanya dapat memberi tempat berteduh kepada seratus orang. Maka jika ada orang yang mau mendapat kapur barus, ia pun mengorek lubang di pucuk sebatang pohon dengan sebuah alat yang panjang, lalu mengumpulkan apa (butir-butir kristal; AH) yang menetes dari lubang itu, lantas melelehlah air kapur barus dan mengental bagaikan perekat, beginilah air pohon kapur, dan kemudian pohon itu kering saja dan dipakai sebagai kayu bakar.” Seorang penulis Arab terkenal Sulayman al-Muhri juga mengunjungi Barus pada awal abad ke-16 dan menulis dalam bukunya Al-Umdat al Muhriya fi Dabt al- Ulum al-Najamiyah (1511) bahwa Barus merupakan tujuan utama pelayaran orang-orang Arab, Persia dan India. Barus merupakan sebuah pelabuhan yang terkemuka di pantai barat Sumatra. Pada pertengahan abad ke-16 seorang ahli sejarah Turki bernama Sidi Ali Syalabi juga berkunjung ke Barus dan melaporkan bahwa kota ini merupakan pelabuhan utama di Sumatra. Seorang musafir Portugis, Tome Pires juga telah melawat Barus dan dalam catatan perjalanannya Suma Oriental dia menyatakan: “Sekarang tiba masanya berbicara tentang kerajaan Barus yang kaya dan makmur, yang juga disebut Pancur atau Pansur. Orang-orang dari Gujarat menyebutnya Panchur, dan begitu pula halnya orang Persia, Arab, Keling, Bengali, dan lain-lain. Orang-orang Sumatra (Melayu) menyebutnya Baros atau Barus. Ia merupakan sebuah kerajaan, bukan dua. Berbatasan dengan Tiku di satu pihak dan batas lain adalah wilayah kerajaan Singkil; pedalaman daerah itu berhubungan dengan daerah Minangkabau dan di hadapannya di tengah laut terletak pulau Nias.” “Kerajaan Barus merupakan pusat perniagaan di pulau Sumatra, oleh sebab ia pelabuhan tempat emas dijual dan dibawa, dan juga sutra, benzoin, barus dalam jumlah besar, madu dan barang-barang niaga lain yang amat banyak terdapat di situ melebihi di tempat lain, dan semua pedagang berkumpul di negeri ini.” (man) Baca juga :

Read More

Komunitas Muslim Ubah Peta Politik AS, Trump Kembali ke Gedung Putih

New York — 1miliarsantri.net : Peta politik Amerika Serikat mengalami perubahan dramatis dalam pemilihan presiden 2024. Komunitas Muslim Amerika mencatatkan sejarah baru dengan memberikan dukungan signifikan kepada Donald Trump, mengantarkannya kembali ke kursi kepresidenan AS. Perolehan suara elektoral Trump mencapai 295, jauh melampaui ambang batas kemenangan 270 suara. Pesaingnya dari Partai Demokrat, Kamala Harris, hanya mampu mengumpulkan 226 suara elektoral. Dominasi Trump juga terlihat dari perolehan suara populer yang mencapai 73.523.637 (50,92%), unggul dari Harris yang meraih 68.683.845 suara (47,57%). Michigan menjadi saksi kunci pergeseran suara Muslim Amerika. Negara bagian yang dikenal sebagai salah satu swing states ini memiliki konsentrasi pemilih Muslim yang besar. Kekecewaan terhadap kebijakan Partai Demokrat terkait konflik Gaza mendorong perubahan dukungan yang signifikan. “Kebijakan yang mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan tidak akan pernah menjadi politik yang baik.” – Aktivis Muslim Amerika, Michigan. Dearborn, kota di Michigan dengan populasi Arab-Amerika terbesar, menjadi cerminan perubahan preferensi pemilih Muslim. Konsultan politik setempat mengamati fenomena ini dengan seksama. “Harapan kami sederhana – Amerika yang lebih bersatu dan Partai Demokrat yang lebih mendengar aspirasi rakyat.” – Konsultan Politik Amerika-Lebanon, Hussein Dabajeh. Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) memberikan respons positif atas kemenangan Trump. Organisasi ini menekankan pentingnya pemenuhan janji kampanye, terutama terkait kebijakan luar negeri di Timur Tengah. “Masyarakat Amerika, khususnya komunitas Muslim yang mendukung presiden terpilih, menginginkan kebijakan yang mengedepankan perdamaian, bukan konflik. Kami berharap tidak ada lagi diskriminasi di dalam negeri dan peperangan yang tidak perlu di luar negeri.” – Direktur Eksekutif Nasional CAIR, Nihad Awad. Trump sendiri mengakui dukungan luas yang diterimanya dalam pidato kemenangan. Ia menyebut berbagai kelompok yang mendukungnya, termasuk komunitas Muslim Amerika. “Kita menyaksikan dukungan yang luar biasa dari berbagai kalangan – serikat pekerja, non-serikat, komunitas Afrika Amerika, Hispanic, Asia, Arab Amerika dan Muslim Amerika. Inilah Amerika yang sesungguhnya, bersatu dalam keberagaman.” – Presiden Terpilih Donald Trump. Kegagalan Harris dikaitkan dengan kebijakannya yang dinilai terlalu pro-Israel. Komunitas Arab dan Muslim Amerika merasa suara mereka diabaikan oleh Partai Demokrat. “Kekalahan ini adalah konsekuensi dari kebijakan yang terlalu condong pada satu pihak. Partai Demokrat kehilangan basis pendukung Muslim Amerika, kaum muda, dan kalangan progresif karena kebijakannya terhadap Netanyahu.” – Aktivis Muslim Amerika, Adam Abusalah. (ris) Baca juga :

Read More

Para Dirjen Agama Berkumpul Sharing Tentang Pengalaman Moderasi Beragama

Jakarta — 1miliarsantri.net : Upaya pemerintah menumbuhkan moderasi beragama terus diintensifkan. Ini ditandai dengan berkumpulnyapara Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) dari berbagai agama serta Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) berbagi pengalaman tentang penerapan moderasi beragama di Indonesia. Acara ini bertujuan memperkuat dan mempromosikan pemahaman antaragama untuk membangun masyarakat yang lebih toleran, moderat, dan damai. Tokoh-tokoh yang hadir di antaranya Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin, Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung, Dirjen Bimas Hindu I Nengah Duija, Dirjen Bimas Katolik Suparman, Dirjen Bimas Buddha Supriyadi, Kepala Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu Susari, serta Kepala PKUB M. Adib Abdushomad. Dalam sambutannya, Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin menekankan pentingnya moderasi beragama dalam menjaga persatuan bangsa yang beragam. “Moderasi beragama IMB) adalah kunci untuk menangani konflik yang dapat timbul akibat perbedaan keyakinan. Kemenag berupaya membangun fondasi penting untuk moderasi beragama di setiap Eselon I dan Eselon II,” ujar Kamaruddin. Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung menjelaskan, moderasi beragama telah disosialisasikan kepada seluruh unsur umat Kristen, mulai dari ASN, pimpinan gereja, hingga sekolah Kristen. “Di Bimas Kristen, kami sudah menyosialisasikan nilai moderasi beragama kepada para penyuluh agama, baik ASN maupun non-ASN, serta pimpinan dan tokoh gereja, juga di sekolah-sekolah Kristen. Kami bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Negeri dan pemerintah daerah untuk menetapkan desa-desa moderasi beragama. Saat ini, sudah ada 21 desa yang ditetapkan,” jelas Jeane. Dirjen Bimas Hindu I Nengah Duija menyebut, praktik moderasi beragama telah berlangsung lama di kalangan umat Hindu, khususnya di Bali. Ia mencontohkan Pura Negara Gambur Anglayang di Keputambahan, yang memiliki tempat pemujaan bernuansa Islam, Buddha, Sunda, dan Melayu. “Praktik moderasi beragama di kalangan umat Hindu sudah dilakukan sejak lama. Hal ini penting untuk dilanjutkan dan diwariskan kepada generasi mendatang,” ujar Duija. Selanjutnya, Dirjen Bimas Katolik Suparman menekankan peran Paus Fransiskus dalam mempromosikan moderasi beragama di Indonesia. Kunjungan Paus ke Indonesia pada September lalu, termasuk pertemuannya dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, dinilai membawa kesejukan dan kedamaian bagi seluruh umat beragama di Tanah Air. Dirjen Bimas Buddha Supriyadi mengatakan, pihaknya telah menginstruksikan lembaga keagamaan Buddha untuk mempraktikkan moderasi beragama, termasuk melibatkan tokoh agama lain dalam perayaan besar Buddha. Kepala Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu Susari menambahkan bahwa di Pusbimdik Khonghucu, calon rohaniwan wajib mengikuti pelatihan moderasi beragama sebelum ditahbiskan. Buku bimbingan perkawinan Khonghucu juga telah memasukkan konsep moderasi beragama. Sementara itu, Kepala PKUB M. Adib Abdushomad menegaskan peran PKUB dalam mendorong dialog lintas agama. Ia menyebut, pendekatan berbasis komunitas perlu didorong sebagai bagian dari strategi moderasi beragama berkelanjutan. “Sebagai pusat kerukunan umat beragama, PKUB mendorong agar semua agama di Indonesia tidak hanya berdampingan, tetapi juga aktif berinteraksi dan saling memahami,” kata Adib. Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin mengatakan, ICROM 2024 mengukuhkan bahwa moderasi beragama merupakan tanggung jawab bersama dalam mewujudkan Indonesia yang damai dan menghargai perbedaan. Menurutnya, moderasi beragama di Indonesia perlu diekspos ke tingkat global. “Indonesia pantas menjadi model keberagaman dunia. Moderasi beragama dapat menjadi instrumen yang mendukung pembangunan bangsa,” ujarnya. Dengan komitmen pada moderasi beragama, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi contoh negara yang harmonis dalam keragaman, serta mengatasi tantangan intoleransi dan radikalisme. (Iin) Baca juga :

Read More

PP Muhammadiyah ajak Jamaah Meneladani Sifat Rasulullah SAW

Jakarta — 1miliarsantri.net : Anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Okrisal Eka Putra, mengajak jamaah untuk meneladani akhlak dan kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW. Dalam Kajian di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan, Okrisal merujuk pada Surah Al-Ahzab ayat 21, yang menekankan bahwa dalam diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi umat manusia. “Selama ini kita diajarkan untuk mencontoh sunnah Nabi dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari makan, minum, hingga cara berjalan. Namun, penting untuk diingat bahwa Rasulullah juga adalah seorang pemimpin,” ungkap Okrisal. Okrisal menjelaskan bahwa kepemimpinan dalam Islam memiliki berbagai bentuk, mulai dari teokrasi yang ditandai dengan kepemimpinan yang langsung berlandaskan pada wahyu, hingga sistem dinasti dalam sejarah Islam. Okrisal menyoroti bahwa negara teokrasi, seperti yang diterapkan di zaman Nabi, memberikan landasan pada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman dalam bernegara. “Banyak negara-negara yang mengklaim sebagai negara demokrasi saat ini, namun dalam realitasnya banyak di antara mereka yang menghadapi masalah yang sangat mendasar seperti kemiskinan, berbeda dengan banyak negara kerajaan yang terbukti lebih stabil secara ekonomi,” ujarnya. Selanjutnya, Okrisal membahas beberapa sunnah Nabi yang berkaitan dengan kekuasaan. “Sebagai seorang pemimpin, kita harus mengedepankan akhlak yang mulia,” tegasnya. Okrisal mengingatkan bahwa akhlakul karimah sangat penting karena dapat menciptakan lingkunganyang harmonis. “Kalau kita tidak berakhlak mulia, banyak bencana yang bisa terjadi. Ini adalah pesan yang disampaikan oleh Rasulullah,” tambahnya. Okrisal juga menjelaskan bahwa masa kepemimpinan Rasulullah di Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yang dapat menjadi pelajaran bagi pemimpin saat ini mengenai batasan waktu dalam memimpin. “Kepemimpinan yang terlalu lama dapat menimbulkan kepentingan-kepentingan yang tidak sejalan dengan amanah,” tegasnya. Okrisal mengajak jamaah untuk menerapkan akhlak dan teladan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. “Dengan meneladani Rasulullah, kita tidak hanya membangun karakter yang baik, tetapi juga menciptakan pemimpin-pemimpin yang berkualitas di masa depan,” pungkasnya. (yan) Baca juga :

Read More

Kisah KH Miftachul Akhyar Jadi Ulama Besar

Jakarta — 1miliarsantri.net : KH Miftachul Akhyar adalah pimpinan tertinggi di jamiyah Nahdlatul Ulama (NU). Kiai asal Surabaya ini menjabat sebagai Rais Aam PBNU 2022-2027. Pengasuh Pesantren Miftachussunnah Surabaya ini merupakan putra kedelapan dari tiga belas bersaudara dari KH Abdul Ghoni. Bagaimana kisah perjalanan Kiai Miftah saat masih menjadi santri hingga saat ini sebagai pimpinan paling tinggi di NU? Menuntut ilmu di pondok pesantren atau nyantri menjadi pengalaman berharga bagi banyak orang. Termasuk bagi tokoh yang saat ini memimpin organisasi Nahdlatul Ulama, KH Miftachul Akhyar. Kiai Miftah pernah menceritakan pengalamannya sebagai santri. Menurutnya, pendidikannya semasa kecil ada di lingkungan rumah, pernah sekolah di Sekolah Rakjat atau SR (kini SD) namun hanya sampai kelas 5 saja. “Sejak kecil saya pendidikannya ya di rumah, dulu ada sekolah SR, ikut pendidikan itu sampai kelas 5. Jadi kemungkinan usia-usia yang masih 8 tahun, lalu mondok,” tutur Kiai Miftach. Kiai Miftach menyampaikan bahwa ia pernah nyantri di Tambak Beras Jombang. Namun durasinya tidak begitu lama. “Mondoknya ini pernah ke Tambak Beras, tapi sejak kecil. Kira-kira tiga tahun di Tambak Beras, ya belum selesai, lalu pindah pada tahun 1967-1969 saya di Sidogiri, saya sampai kelas satu tsanawiyah. Jadi sempat ikut ujian MI-nya, ibtidaiyahnya, kan sana diakui ya,” ucap kiai yang pernah menjadi Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur masa khidmah 2007-2015 ini. Kiai Miftach melanjutkan ceritanya, ia pernah berhenti sejenak mondok selama satu tahun pada 1970-an. Kiai Miftah sampai kena marah abahnya. “Setelah itu kira-kira tahun 1970-an, saya di rumah, istilahnya tidak mondok lah. Setelah satu tahun di pondok, abah marah terus karena saya sudah mutung, tidak mau mondok sampai-sampai saya tidak disapa selama satu tahun, tidak diperhatikan. Baru saya sedikit ada kesadaran, kalau begini terus saya bagaimana? Pergaulan hampir terpengaruh dengan anak-anak di Surabaya. Alhamdulillah akhirnya timbul kesadaran, saya mau mondok lagi, tapi saya meminta pondok yang tidak ada sekolahnya,” jabar Kiai Miftach. Lanjut nyantri di Lasem Setelah timbul kesadaran dan memberikan persyaratan jika mondok kembali, akhirnya Kiai Miftach melanjutkan kembali perjalanannya nyantri dan Pesantren Al-Ishlah Lasem asuhan Syekh Masduqi. “Akhirnya di Lasem itu, tahun 1971 saya mondok di lasem. Alhamdulillah sampai 3 tahun, tahun 1974 saya pulang,” ungkapnya. Rencananya, jelas Kiai Miftah, saat pulang itu dirinya hendak melanjutkan belajar di Makkah di tempat Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, namun karena sakit rencana tersebut terpaksa kandas. “Waktu pulang itu saya maunya ke Makkah, karena waktu itu Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki mau menerima pelajar atau santri dari Indonesia, tapi saya sakit selama satu tahun. Akhirnya tidak jadi ke Makkah. Di pertengahan sakit itu, keluarga dari Lasem datang ke Surabaya untuk menikahkan saya. Jadi saya nikah usia muda, kira-kira 21-22 tahun, tahun 1975 menikah, kira-kira sampai tahun 77 saya di Lasem, setelahnya saya bawa ke Surabaya,” sambungnya. Menurut Kiai Miftach, alasan dirinya mondok di Lasem adalah karena petunjuk dari kakak iparnya. “Saya di Lasem di Kiai Masduqi, di Al-Ishlah, karena kebetulan kakak ipar saya sekurun dengan Kiai Mustofa Lekok, Kiai Dahlan Al-Hafidz Peneleh itu, mondoknya bersama jadi satu, ini yang memberi petunjuk saya untuk ke Lasem. Bahkan saya diantar ke Lasem, jadi ke sana tidak diantar oleh abah karena masih marah, baru sekitar dua bulan abah baru nyambangi karena saya mau mondok lagi. Ya seperti itulah pengalaman, jadi tidak banyak,” imbuh Kiai Miftach. Nyantri dengan Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Sekitar tahun 1977-1978, keinginan Kiai Miftach untuk mengaji dengan Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki terwujud. Namun sedikit berbeda daripada keinginan awalnya, kali ini Kiai Miftach di Malang pada saat Sayyid Muhammad sedang ada di sana. “Kira-kira tahun 1977-1978 itu kan Sayyid Muhammad ke Indonesia, beliau tinggal di Malang, saya dipanggil. Ada 15 pemuda dipanggil untuk ikut daurah, tiap Sabtu-Rabu, saya di Malang, nanti pulang, itu berjalan sampai 6-8 bulan. Itu daurah ula, tapi setelah itu tidak ada daurah lagi,” jelas Kiai Mitach. “Jadi pada saat itu ada Kiai Masbuchin, Kiai Muchith, Kiai Midkhal, dari Langitan ada, ada 15 dari luar Jawa. Dari Sarang ada Gus Najih tapi masih kecil dan datangnya menyusul,” pungkasnya. (jeha) Baca juga :

Read More