Netanyahu Bahas Ancaman Iran dengan Trump

Tell Aviv — 1miliarsantri.net : Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membahas “ancaman Iran” dalam percakapan telepon dengan presiden terpilih AS Donald Trump pada hari Rabu lalu, sementara perang di Gaza dan Lebanon belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Dalam pernyataan resmi, kantor Netanyahu menyampaikan bahwa pemimpin Israel tersebut mengucapkan selamat atas kemenangan Trump dalam pemilihan, dan keduanya sepakat untuk bekerja sama demi keamanan Israel.

“Keduanya juga membahas ancaman dari Iran,” tambah pernyataan tersebut.

Kelompok Hizbullah yang didukung Iran menyatakan pada hari Rabu bahwa puluhan ribu militan mereka siap berperang melawan Israel. Mereka menegaskan hasil pemilihan AS tidak akan berpengaruh pada perang di Lebanon.

Pemimpin mereka memperingatkan bahwa tidak ada wilayah di Israel yang akan “bebas” dari serangan, sementara militer Israel melaporkan sekitar 120 proyektil ditembakkan melintasi perbatasan pada hari Rabu.

Militer Israel juga melaporkan sebuah rudal ditembakkan ke Israel selatan dari Gaza tengah, di mana mereka telah berperang dengan kelompok Hamas yang didukung Tehran sejak militan Palestina melancarkan serangan mematikan ke Israel pada 7 Oktober 2023.

Basis utama Hizbullah di Beirut selatan diserang udara Israel setelah ada peringatan untuk evakuasi.

Israel dan Hizbullah telah berperang sejak akhir September, ketika militer Israel memperluas fokus perang Gaza-nya untuk mengamankan perbatasan utara dengan Lebanon.

Hizbullah mulai melancarkan serangan lintas batas berintensitas rendah ke Israel tahun lalu, untuk mendukung sekutu Palestina mereka, Hamas, setelah serangan 7 Oktober.

Upaya mengakhiri perang di Gaza yang dipicu serangan Hamas belum membuahkan hasil, dan perang di Lebanon telah menewaskan setidaknya 3.050 orang sejak Oktober 2023, demikian menurut kementerian kesehatan pada hari Rabu.

Dalam pidato televisi yang menandai 40 hari sejak pendahulunya Hassan Nasrallah tewas dalam serangan, pemimpin baru Hizbullah Naim Qassem mengatakan: “Kami memiliki puluhan ribu pejuang perlawanan terlatih” yang siap bertempur.

Pidatonya disiarkan setelah kemenangan Trump diumumkan, namun telah direkam sebelumnya.

Qassem mengatakan siapapun yang memenangkan pemilihan tidak akan berdampak pada kemungkinan kesepakatan gencatan senjata untuk Lebanon.

“Yang akan menghentikan perang ini adalah medan pertempuran,” katanya, mengutip pertempuran di Lebanon selatan dan serangan Hizbullah ke Israel.

Hizbullah mengumumkan pada hari Rabu mereka memiliki rudal Fatah 110 buatan Iran, senjata dengan jangkauan 300 kilometer yang menurut pakar militer Riad Kahwaji merupakan “yang paling akurat” milik kelompok tersebut.

Kelompok ini juga mengatakan telah menargetkan pangkalan angkatan laut dekat Haifa di Israel dengan drone dan rudal, serangan keempat ke pangkalan tersebut dalam empat minggu.

Sebelumnya, Hizbullah mengatakan telah menargetkan pangkalan militer dekat bandara utama Israel yang dekat dengan pusat komersial Tel Aviv, tetapi Otoritas Bandara Israel mengatakan operasi tidak terganggu.

Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan serangan udara Israel di Lembah Bekaa di Lebanon timur dan kota selatan Nabatiyeh.

Koresponden media di kota timur Baalbek melaporkan serangan intensif di dalam dan sekitar kota.

Israel “bertaruh untuk memperpanjang perang sehingga menjadi perang yang melelahkan… Kami siap,” kata Qassem dalam pidato keduanya sejak ditunjuk sebagai sekretaris jenderal Hizbullah pekan lalu.

Dia juga menuntut kedaulatan Lebanon dijaga dalam setiap pembicaraan gencatan senjata.

Qassem meminta penjelasan dari tentara Lebanon setelah komando Israel menangkap seorang pria dari Lebanon utara pada hari Sabtu yang mereka katakan sebagai pejabat senior Hizbullah.

Dia mengatakan operasi tersebut adalah “penghinaan besar bagi Lebanon” dan “pelanggaran” kedaulatannya.

Pada hari Selasa, pejabat pengadilan Lebanon mengatakan komando Israel menggunakan kapal cepat yang dilengkapi perangkat canggih yang mampu mengganggu radar pasukan perdamaian PBB dalam operasi tersebut, menurut penyelidikan awal.

Satuan Tugas Maritim PBB telah membantu militer Lebanon untuk memantau perairan teritorial dan mencegah masuknya senjata atau material terkait melalui laut sejak 2006, menurut situs web misi tersebut.

Di Gaza, di mana perang 13 bulan telah berdampak menghancurkan, warga putus asa mencari solusi dan menyuarakan harapan Trump mungkin bisa menawarkan jalan keluar.

Serangan Hamas 7 Oktober mengakibatkan 1.206 kematian, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan dari angka resmi Israel.

Kampanye pembalasan Israel telah menewaskan 43.391 orang di Gaza, mayoritas warga sipil, menurut angka dari kementerian kesehatan wilayah yang dikuasai Hamas yang PBB anggap dapat dipercaya.

“Kami mengungsi, terbunuh… tidak ada yang tersisa bagi kami, kami ingin perdamaian,” kata Mamdouh Al-Jadba, 60 tahun, yang mengungsi ke Kota Gaza dari Jabalia.

“Saya berharap Trump menemukan solusi, kami membutuhkan seseorang yang kuat seperti Trump untuk mengakhiri perang dan menyelamatkan kami…”

Netanyahu sebelumnya memuji “kemenangan besar” Trump sebagai “comeback terbesar dalam sejarah.”

Amerika Serikat adalah sekutu utama dan pendukung militer Israel, dan pemilihan tersebut terjadi pada saat kritis bagi Timur Tengah.

Sambil mempertahankan aliran bantuan yang stabil ke Israel, pemerintahan Presiden AS Joe Biden selama berbulan-bulan menekan Netanyahu untuk menyetujui gencatan senjata.

Para analis mengatakan Netanyahu menginginkan kembalinya Trump, mengingat persahabatan pribadi mereka yang telah lama terjalin dan sikap keras Trump terhadap musuh bebuyutan Israel, Iran. (ric)

Baca juga :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *