Butuh Puluhan Tahun untuk Pulihkan Perekonomian di Gaza

Gaza — 1miliarsantri.net : PBB memperingatkan dampak ekonomi yang menghancurkan di Gaza dan Tepi Barat yang diduduk Israeli. Perang di Gaza telah menghancurkan perekonomian wilayah Palestina tersebut, menciutkannya hingga kurang dari seperenam ukuran pada tahun 2022. Sementara itu, terjadi juga “penurunan signifikan” di Tepi Barat yang diduduki, menurut laporan PBB.
“Proses produksi terganggu atau hancur, sumber pendapatan hilang, kemiskinan semakin parah dan meluas, lingkungan permukiman lenyap, serta komunitas dan kota-kota hancur,” demikian temuan laporan yang diterbitkan Kamis oleh badan Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD).
Mutasim Elagraa, koordinator program bantuan Palestina UNCTAD, mengatakan masih belum jelas berapa biaya yang dibutuhkan untuk membangun kembali Gaza.
“Tapi bukti yang kami miliki sekarang menunjukkan biayanya akan mencapai puluhan miliar atau bahkan lebih. Butuh puluhan tahun untuk mengembalikan Gaza ke kondisi seperti Oktober 2023,” ujarnya kepada wartawan di Jenewa.
UNCTAD melaporkan bahwa pada awal 2024, hingga 96 persen aset pertanian Gaza, termasuk lahan pertanian, kebun, sistem irigasi, mesin, dan fasilitas penyimpanan telah “hancur”. Hal ini telah melumpuhkan kapasitas produksi pangan dan memperburuk jumlah orang yang tidak memiliki cukup makanan di wilayah Palestina yang terkepung tersebut.
Sebanyak 82 persen bisnis di Gaza juga mengalami kerusakan atau kehancuran. Pada kuartal terakhir 2023 saja, produk domestik bruto (PDB) Gaza anjlok 81 persen, menyebabkan kontraksi 22 persen untuk keseluruhan tahun.
“Pada pertengahan 2024, ekonomi Gaza telah menyusut menjadi kurang dari seperenam ukurannya pada 2022,” kata UNCTAD.
Sementara itu, meningkatnya kekerasan di Tepi Barat telah memicu “penurunan ekonomi yang cepat dan mengkhawatirkan” di sana juga. UNCTAD mencatat PDB di wilayah tersebut mengalami kontraksi 19 persen pada kuartal terakhir 2023.
Sejak 7 Oktober, tentara dan pemukim Israel telah menewaskan setidaknya 662 warga Palestina di Tepi Barat, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Sedikitnya 24 warga Israel, termasuk anggota pasukan keamanan, tewas dalam serangan Palestina selama periode yang sama, kata pejabat Israel.
Laporan menyebutkan faktor-faktor seperti perluasan permukiman, penyitaan tanah, penghancuran struktur Palestina, dan meningkatnya kekerasan pemukim telah mengungsikan komunitas Tepi Barat dan sangat berdampak pada kegiatan ekonomi. Sekitar 80 persen bisnis di Kota Tua Yerusalem telah menghentikan operasi baik sebagian atau seluruhnya, kata UNCTAD.
Kondisi pasar tenaga kerja di seluruh wilayah Palestina juga memburuk drastis sejak 7 Oktober. Laporan menunjukkan 96 persen bisnis di Tepi Barat mengurangi aktivitas dan lebih dari 42 persen mengurangi tenaga kerja mereka.
Secara total, 306.000 pekerjaan hilang, mendorong tingkat pengangguran Tepi Barat dari hampir 13 persen sebelum Israel melancarkan perang ke Gaza menjadi 32 persen. Sementara di Gaza, dua pertiga dari pekerjaan pra-perang – sekitar 201.000 posisi – telah hilang pada Januari, menurut laporan tersebut.
UNCTAD menyatakan pengangguran di wilayah yang terkepung itu mencapai 79 persen pada kuartal terakhir 2023, naik dari 46 persen pada kuartal sebelumnya. (zul)
Baca juga :
- 220.000 Jamaah Haji Memasuki Arab Saudi, Didominasi Jamaah Haji Indonesia
- Arab Saudi Tangkap Hampir 16.000 Dan Proses Hukum 25.689 Orang Diawal Musim Haji 2025, Ini Penjelasannya
- Santri Ponpes Al Imam Berlaga Hingga Grand Final Olimpiade Sains Pelajar 2025 Kabupaten Kediri
- Arab Saudi Perketat Aturan Haji Terkait Larangan Visa Selain Visa Haji, Ini Penjelasan Kemenag
- 212.242 Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji Jelang Penutupan