Silsilah Kerajaan Islam Pertawa Gowa

Makassar — 1miliarsantri.net : Kerajaan Gowa Tallo atau Kerajaan Makassar merupakan kerajaan Islam di Sulawesi Selatan. Letak Kerajaan Gowa Tallo berada di wilayah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa Tallo merupakan gabungan dari dua kerajaan yang berasal dari keturunan Kerajaan Gowa, yang didirikan oleh Tumanurung Bainea sekitar awal abad ke-14. Pada awal abad ke-15, Kerajaan Gowa dibagi menjadi dua, yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo.

Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo bersatu pada masa pemerintahan Raja Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi Kallonna, kemudian gabungan dua kerajaan itu disebut Kerajaan Gowa Tallo atau Kerajaan Makassar.

Kerajaan Gowa Tallo memasuki masa Islam dan berubah menjadi kesultanan pada akhir abad ke-16. Sejarah Kerajaan Gowa Tallo pada Masa Islam Kerajaan Gowa Tallo berpusat di Sombaopu (Makassar).

Lokasi Sombaopu yang strategis membuat pedagang Maluku senang singgah dan berdagang di Kerajaan Gowa Tallo. Pada akhirnya, Sombaopu menjadi penghubung Malaka, Jawa, dan Maluku. Kerajaan Gowa Tallo telah berhubungan dengan Sultan Ternate yang sudah memeluk agama Islam.

Agama Islam mulai masuk ke wilayah Sulawesi Selatan disebabkan dakwah Datuk RI Bandang dan Datuk Sulaiman dari Minangkabau. Pemimpin Gowa Tallo yang pertama masuk Islam adalah I Mangarangi Daeng Manrabbia (1593-1639 M) yang bergelar Sultan Alaudiin I.

Seluruh rakyat kemudian selesai diislamkan dua tahun setelahnya. Pada saat, Kesultanan Gowa-Tallo bercorak Islam, rakyat sangat patuh pada aturan berdasarkan ajaran Islam.

Siapa Nama Tokoh yang Terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo Sultan Malikussaid (1639-1653 M)

Kejayaan Kasultanan Gowa Tallo berawal dari peran Karaeng Patingalloang, seorang mangkubumi yang menjalankan kekuasaan pada tahun 1639-1654. Di mana, ia mendampingi Sultan Malikussaid yang saat itu masih kecil.

Pada saat Karaeng Patingalloang menjabat sebagai mangkubumi, nama Kerajaan Makassar terkenal dan menjadi perhatian sejumlah negeri. Karaeng Patingalloang berkongsi bersama Sultan Malikussaid dengan sejumlah pengusaha dagang dari Portugis dan Spanyol.

Karena kepandaiannya, Karaeng Patingalloang diuluki sebagai cendekiawan dari Kerajaan Makassar. Karaeng Patingalloang wafat pada tanggal 17 September 1654 pada saat turut serta dalam barisan Sultan Hasanuddin melawan Balanda.

Karaeng Patingalloang telah menyiapkan sekitar 500 kapal untuk menyerang Ambon sebelum meninggal. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M) Kerajaan Islam Gowa Tallo memasuki masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Pada saat itu,

Sultan Hasanuddin berhasil memperluas wilayah kekuasaan dengan menguasai daerah-daerah subur dan daerah penunjang perdagangan.

Daerah yang dikuasai hingga Nusa Tenggara Barat, sehingga Kerajaan Gowa Tallo dikenal sebagai negara maritim yang menjadi pusat perdagangan di Indonesia Timur.

Dalam bidang sosial pemerintahan, Sultan Hasanudin berhasil memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam. Alhasil, banyak murid yang belajar agama Islam ke Banten. Sultan Hasanuddin merupakan raja yang sangat anti dominasi asing.

Dirinya menentang kehadiran VOC yang saat itu sudah berkuasa di Ambon. Kemudian, Sultan Hasanuddin memimpin peperangan melawan VOC di Maluku dan berhasil memporak-porandakan pasukan Belanda.

Belanda yang menyadari kedudukannya semakin terdesak berupaya mengakhiri peperangan dengan melakukan politik adu domba antara Makassar dengan Kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makassar).

Rupanya, siasat politik adu domba yang dilakukan Belanda berhasil hingga Raja Bone yang bernama Aru Palaka mau bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makassar.

Perang yang telah berlangsung selama bertahun-tahun membuat Keraaan Makassar harus mengakui kekalahannya dan menandatangani Perjanjian Bonganya tahun 1667.

Banyak pasal dalam perjanjian tersebut yang merugikan Makassar, namun harus diterima Sultan Hasanuddin. Sultan Hasanuddin turun tahta setelah dua hari dari perjanjian tersebut dan menyerahkan kekuasaannya pada Sultan Amir Hamzah.

Perjanjian Bonganya merupakan awal kemunduran Kerajaan Gowa-Tallo. Hal tersebut dikarenakan, raja-raja setelah Sultan Hasanuddin bukan raja yang merdeka dalam menentukan politik kenegaraannya. (ndro)

Baca juga :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *