Kisah Asal Usul Telaga Sarangan Magetan, Jawa Timur

Magetan — 1miliarsantri.net : Semua orang pasti sudah mengenal dan mengetahui Telaga Sarangan, atau yang dikenal juga sebagai Telaga Pasir. Sebuah telaga alami yang berada di ketinggian 1.200 mdpl, terletak di lereng Gunung Lawu, Kecamatan Plaosan, berjarak sekitar 16 kilometer arah barat Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Di balik keindahan danau di lereng gunung lawu ini ternyata danau telaga Sarangan menyimpan legenda cerita rakyat tentang asal-usul nya.
Pada zaman dahulu di kaki gunung Lawu hiduplah sepasang suami istri yang hingga usia senja belum memiliki keturunan. Setiap harinya hanya satu yang mereka minta kepada Sang Pencipta yaitu segera diberikan seorang anak.
Pasangan suami istri itu bernama Ki pasir dan Nyi Pasir. Aktivitas keseharian mereka adalah berkebun di ladang dan berburu binatang untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Hingga suatu hari datanglah sebuah kabar yang menggembirakan bahwa Nyi pasir akhirnya mengandung. Mereka berdua sangat bahagia serasa semesta mendukung mereka dan mengabulkan keinginan yang sudah lama mereka harapkan.
Setelahnya Nyi pasir mengandung selama 9 bulan lahirlah anak laki-laki yang kemudian diberi nama Joko Lelung. Terasa lengkaplah kebahagiaan mereka sebagai pasangan suami istri.
Singkat cerita Joko Lelung telah tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan cekatan, namun sayangnya dia jarang berada di rumah. Joko Lelung selalu berkelana ke berbagai tempat baru yang belum pernah ia datangi.
Joko Lelung juga mendalami ilmu kebatinan dengan bersemedi. Joko Lelung hanya sesekali mampir ke rumah kemudian esoknya pergi lagi entah ke mana.
Kian hari tubuh Ki pasir mulai terlihat lemah dia berharap anaknya Joko lelung pulang dan membantunya bekerja di ladang. Namun, harapan itu hanya dipendam oleh Ki pasir dan dia pun memilih untuk bersemedi di dalam gua.
Ki pasir menginginkan supaya tubuhnya yang sudah lama ini bisa menjadi kuat dan kembali sehat serta memiliki umur yang panjang melebihi Manusia biasa.
Tak diangka-sangka dalam semedinya Ki pasir mendapatkan sebuah wangsit. Dalam wangsit itu Ki pasir menemukan sebuah telur yang sangat besar dalam waktu tersebut ia diberitahu harus memakan telur tersebut agar keinginannya untuk hidup abadi tercapai.
Ki Pasir mencari arti dari wangsit itu hingga tubuhnya semakin rental sampai-sampai dia lupa dengan wangsit yang pernah dia dapat dahulu.
Suatu ketika sepulang dari ladang dia tak sengaja melihat sebuah benda bulat di bawah pohon tua benda itu seperti telur namun memiliki ukuran yang lebih besar daripada telur biasanya.
Ki pasir kemudian kembali teringat dengan wangsit yang pernah ia dapatkan. Ki pasir terlihat sangat bahagia dan berniat memakan telur itu setibanya di rumah nanti.
Keesokan harinya Ki pasir memasak telur itu menggantikan istrinya yang sudah lebih dulu berangkat ke hutan untuk mencari kayu bakar.
Ki pasir kemudian membagi telur itu menjadi dua bagian setengahnya untuknya dan setengahnya lagi untuk istrinya Nyi pasir. Usai Ki pasir merasa kenyang setelah menyantap telur berangkatlah Ki pasir menuju ladangnya.
Suasana begitu cerah Ki pasir sangat bahagia, dia merasa dapat menyatu dengan alam. Alam pun seakan melukiskan keindahannya yang tak terbatas untuk di pasir.
Ki pasir juga merasa tubuhnya semakin segar dan kuat bahkan terasa puluhan tahun lebih muda dari umur yang sebenarnya saat ini.
Tiba-tiba kepala Ki Pasir terasa sangat pening dan sekujur tubuh mulai gatal-gatal. Semakin Ki pasir menggaruk semakin mengelupas pula kulitnya dan dari bekas luka itu mengeluarkan uap yang panas.
Ki pasir pun mulai panik dan segera mencari mata air terdekat untuk berendam agar panas dan gatal di tubuhnya mereda. Sebelum berhasil berendam justru kulitnya berubah menjadi bersisik seperti hewan yang menyeramkan dan menakutkan.
Setelah menemukan mata air, Dia segera berlari merendam tubuhnya di sana. Di tempat lain Nyi pasir telah sampai di rumah dan membawa cukup banyak kayu bakar dari hutan.
Ketika ingin masuk rumah dia melihat ada makanan di dekatnya Dia pun akhirnya memakan separuh telur itu.
Sesaat setelah memakan telur itu Nyi pasir mengalami hal yang sama tubuhnya gatal dan panas ia pun panik dan menyusul suaminya ke ladang untuk meminta bantuan. Namun ia tidak dapat menemukan suaminya di ladang.
Nyi pasir berusaha memanggil-manggil Ki Pasir akan tetapi tidak ada jawaban dia sudah tidak kuat. Nyi pasir pun mencari sumber air untuk merendam tubuhnya sambil mencari keberadaan Ki pasir saat ini.
Sayup-sayup dari arah mata air terdengar suara gemuruh seakan terdapat makhluk besar yang mengamuk di mata air.
Nyi pasir penasaran dan mencoba melihatnya dari balik semak-semak. Nyi pasir terkejut melihat seekor ular naga raksasa yang tengah berenang mengamuk di dalam mata air, tetapi Nyi pasir justru merasa jika ular besar itu adalah wujud dari suaminya.
Di tengah kepanikan Nyi Pasir terperosok dan berguling di dekat mata air dalam sekejap badan Nyi pasir juga berubah menjadi seekor naga lalu masuk ke dalam mata air yang sama dengan suaminya.
Di dalam air Nyi pasir mencari suaminya dan melampiaskan amarahnya karena telah merubah dirinya menjadi wujud ular.
Naga wujud dari Ki pasir pun turut ikut naik pitam dia juga tidak terima jika berubah wujud. Ki pasir pun merasa bahwa alam semesta telah mengutuknya.
Akhirnya Ki pasir mengajak istrinya yang sudah berwujud naga itu untuk menenggelamkan Gunung Lawu dengan cara membuat pusaran air yang besar hingga menyebabkan tanah di sekitar sumber air itu longsor semakin besar dan semakin dalam dan jika dibiarkan maka Gunung Lawu akan segera mengamuk hebat.
Seketika itu Joko Lelung yang pulang dari semedinya mengetahui jika bencana yang sedang terjadi sekarang disebabkan oleh kedua orang tuanya yang telah berubah menjadi naga.
Maka segeralah Joko lelung bersila dan memanjatkan doa, dia berdoa agar alam semesta menundukkan kedua ular naga raksasa itu.
Tiba-tiba kedua naga perwujudan dari ki Pasir dan Nyi Pasir itu bercahaya dan menjadi lebih tenang.
Akhirnya kedua naga itu pun moksa di dalam perairan tersebut. Joko Lelung pun merasa sedih ditinggal kedua orang tuanya.
Bekas dari amukan kedua naga raksasa itu membentuk seperti sebuah Telaga dengan pulau kecil di tengahnya.
Untuk mengenang kebaikan kedua orang tuanya tempat itu akhirnya diberikan nama yaitu Telaga pasir atau sekarang disebut dengan Telaga sarangan. (tri)
Baca juga :
- Arab Saudi Tangkap Hampir 16.000 Dan Proses Hukum 25.689 Orang Diawal Musim Haji 2025, Ini Penjelasannya
- Santri Ponpes Al Imam Berlaga Hingga Grand Final Olimpiade Sains Pelajar 2025 Kabupaten Kediri
- Arab Saudi Perketat Aturan Haji Terkait Larangan Visa Selain Visa Haji, Ini Penjelasan Kemenag
- 212.242 Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji Jelang Penutupan
- Pemerintah Arab Saudi Larang Jamaah Tanpa Visa Haji Masuk Makkah, Simak 4 Aturan Terbaru